Dear My Family
***
Hujan masih saja belum berhenti sejak kemarin sore yang membuat Linda semakin kesal. Kenapa tidak? Itu akan mempersulit Linda untuk datang ke sekolah. Sekarang Linda masih berada di dalam kamarnya sambil menatap ke arah jendela. Ia sudah selesai menggunakan seluruh atribut sekolahnya, termasuk sepatu. Kini ia tinggal berangkat ke sekolah saja, namun hujan yang terus-terus semakin deras mengakibatkan jam datang ke sekolah Linda diundur.
"Hujan ... aku mau berangkat ke sekolah, nih. Masa kamu turunnya semakin deras? Kamu nggak kasihan sama aku? Nanti kalau aku terlambat datang ke sekolah gimana?" ucap Linda sambil memainkan jari-jarinya.
Tidak berselang lama, pintu kamar Linda terbuka lebar menampakkan seorang laki-laki dengan setelan jas yang rapi. Linda sempat terkejut karena kedatangan kakaknya yang terlalu tiba-tiba.
"Lo mau berangkat sekarang?" tanya Ervin.
Linda hanya menggeleng kikuk, tidak berani untuk menjawab atau pun menoleh ke arah sanga kakak yang tengah menatapnya dengan horor.
"Kalo orang nanya itu dijawab!" bentak Ervin membuat Linda langsung bungkam.
"B-belum, Kak. Hujannya masih l-lebat, jadi aku nunggu hujannya agak reda aja," sahut Linda yang masih menunduk tidak berani menatap kakaknya.
"Ya sudah, kalo gitu lo berangkat bareng gue sama Harry," ucap Ervin. Sontak saja Linda mengangkat kepalanya tidak percaya.
Apakah ini mimpi? Tidak, ini pasti mimpi. Linda mengatakan kepada dirinya sendiri kalau ia tidak akan bisa duduk di kursi penumpang mobil milik kakaknya sampai kapan pun. Tapi sekarang ....
I-ini sungguh? Kak Ervin ngajak aku ke sekolah bareng naik mobil?
"Beneran, Kak?" tanya Linda dengan mata berbinar. Ervin menanggapi omongan Linda dengan dehemen sedang.
"Ayo cepat!"
Linda langsung berdiri mengusul kakaknya yang sudah pergi duluan. Saat berada di ambang pintu rumah, Harry menatap ke arah Linda dengan tatapan tidak suka. Begitu juga dengan Mamanya yang berada di sana.
"Ma, aku berangkat dulu, 'ya," pamit Ervin dan menyalami Mamanya dan mengecup tangannya juga. Hal yang sama tersebut dilakukan juga oleh Harry.
Dan, kini giliran Linda. Namun, itu ditolak mentah-mentah oleh Mamanya membuat Linda sakit hati yang kesekian kalinya.
"Udah! Sana kamu pergi! Jangan kepedean kamu diantar ke sekolah sama Ervin!" desis Mamanya yang membuat bulu kuduk Linda meremang. Linda hanya mengangguk paham dengan apa yang dikatakan oleh Mamanya itu.
"Aku berangkat, Ma," pamit Linda dan berjalan keluar dari rumah dan menuju bagasi.
Linda duduk di kursi penumpang sendirian, sedangkan Harry duduk di samping Ervin atau di samping kursi pengemudi. Harry tidak mau dekat-dekat dengan Linda walaupun Linda lah yang juga selalu mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.
Linda memasang sabuk pengaman dan tasnya ia letakkan di samping dirinya. Tempat duduk yang begitu bagus, halus, lembut, dan nyaman membuat Linda kegirangan dalam hati. Selama bertahun-tahun, Linda sama sekali belum pernah untuk menduduki mobil kakaknya itu. Dan untuk kali ini, Linda merasa sangat bahagia.
"Sudah siap?" tanya Ervin yang akan segera menancapkan gas.
"Sudah, Kak," jawab Harry dan Linda bersamaan. Harry yang mendengarkan itu hanya mengomel sendirian. Sedangkan, Linda yang melihat adiknya mengomel karena pengucapan kata yang sama hanya terkekeh pelan.
Walaupun kakak benci sama aku, aku yakin kakak masih mempunyai rasa peduli denganku. Andai saja ini berjalan di tiap harinya. Keluarga yang harmonis, saling bercanda-tawa, menumpahkan kesedihan bersama. Aku mungkin tidak akan rela meninggalkan kalian tanpa alasan. Tetapi, aku hidup tidak akan lama lagi, batin Linda dan tersenyum.
***
Setibanya di depan gerbang sekolah Linda langsung membuka sabuk pengamannya dan segera untuk mengambil tas yang tepat berada di sampingnya. Saat hendak membuka pintu pergerakan tangan Linda terhenti karena Ervin memanggilnya.
"Linda," panggil Ervin dan mengambil sesuatu dari Harry.
"Pakai ini." Ervin memberikan sebuah payung bening berukuran sedang kepada Linda. Linda yang melihat itu tersenyum dan menerima payung tersebut.
"Terima kasih, Kak," ucap Linda. Lalu, ia keluar dan memakai payung tersebut.
Saat mobil kakaknya sudah menghilang Linda memasuki sekolah. Untungnya ia tidak terlambat datang karena tumpangan kakaknya yang tiba-tiba, ia sangat berterima kasih kepada kakaknya.
Setelah sampai di koridor sekolah Linda menutup kembali payung pemberian kakaknya. Ia berjalan sambil melirik ke sekitar. Masih ada beberapa orang yang sedang menggunjingnya saat Linda lewat di koridor tersebut.
Namun, Linda sama sekali tidak menghiraukan kata-kata yang membuat telinga Linda panas. Linda masih tetap berjalan sampai tiba di depan kelasnya. Ia duduk di bangkunya sendiri dan menaruh payungnya di samping meja dengan keadaan berdiri supaya airnya jatuh, meskipun tidak terlalu banyak.
Lantas, Linda mengambil ponsel beserta earphone yang sengaja ia bawa. Mendengarkan lagu mellow di saat hujan memanglah yang terbaik. Meskipun itu adalah kebiasaan baru bagi Linda karena ia merasa kesepian.
Linda menelungkupkan dirinya di atas meja sambil menikmati alunan musik. Tidak lama kemudian, seorang perempuan datang dan duduk di bangkunya. Ia hendak menyapa Linda, namun ia urungkan karena teringat dengan kata-katanya sendiri kemarin.
Sehingga jam sudah menunjukkan angka setengah delapan yang artinya kelas akan segera dimulai. Linda membuka earphone yang tersumpal di telinganya dan menaruhnya kembali ke dalam tas beserta ponselnya.
Kelas pun sudah dimulai, semua siswa maupun siswi dengan tertib mengikuti pembelajaran. Linda mencatat beberapa materi yang sudah dituliskan oleh guru di papan tulis. Saat itu juga Linda dipanggil untuk menjawab pertanyaan yang tertera di papan oleh guru.
Akhirnya, Linda bangkit dan berjalan ke depan mengambil spidol yang tersedia. Tangan Linda dengan lihai menulis jawaban di papan tulis. Tulisannya yang bagus dan jawaban yang benar membuat guru takjub.
"Baiklah, kamu boleh duduk."
Linda kembali ke tempat duduknya seperti semula. Linda sempat eye contact dengan Darena untuk beberapa saat. Namun, setelah itu Linda memanglingkan wajahnya dari Darena.
Linda tidak memakai kalung yang aku kasih? Dan juga jam yang aku berikan kemarin, batin Darena dan menatap Linda dari belakang dengan perasaan yang campur aduk.
_______________________________🐾
Hiyaaa ... kasih vote dan komennya (。•̀ᴗ-)✧
Terima kasih atas partisipasinya (つ≧▽≦)つ
Maaf kalau ada typo ༼;´༎ຶ ༎ຶ༽
See you~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Family [END]
Teen Fiction"Aku sama sekali tidak membunuh Ayah!" - Linda Cantika. "Saya menyesal telah melahirkan kamu!" - Mama. "Gue nggak sudi punya adik seperti lo!" - Ervin Sastrawan. "Gue benci Kak Linda sampai kapan pun!" Harry Saguna. Linda Cantika, seorang gadis lucu...