12

2.7K 193 0
                                    

Dear My Family

***

Jam menunjukkan pukul empat sore. Di mana artinya seluruh siswa maupun siswi pulang ke rumah mereka masing-masing. Bertemu dengan keluarga, bercerita tentang keseharian di sekolah, bercanda bersama dengan keluarga tercinta. Sangat berbeda dengan Linda yang selama ini tidak mendapatkan kasih sayang. Memang sakit, tetapi Linda gadis yang kuat. Maka dari itu, ia bisa melewati rasa sakit itu dengan mudah.

Linda sedang membereskan peralatan sekolahnya dan segera dimasukkan ke dalam tas miliknya. Kemudian, duduk sebentar di bangkunya seraya meneguk air mineral yang sempat ia bawa dari rumah. Linda lebih memilih membawa air dari rumah daripada pergi ke kantin yang harus berdesak-desakan. Di sisi lain Linda juga harus menghemat uang jajan miliknya. Ia tidak mau merepotkan kakaknya.

"Lin," panggil seseorang dari belakang.

"NCT in the house!" pekik Linda kaget sampai air minumnya tumpah sedikit ke meja.

Ternyata, pelakunya adalah Darena.

"Lawak kamu. Suka sama K-Pop, 'ya?" tanya Darena yang masih tertawa lepas saat melihat Linda terkejut tadi.

"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Linda balik dan tidak menjawab pertanyaan dari Darena. Linda sedang menutup botol air mineralnya sambil menatap Darena.

"Nungguin kamu," jawab Darena dengan wajah polosnya.

"Ngapain kamu nungguin aku, sih? Kasihan nanti ayah kamu udah jemput tapi kamu-nya masih di sini," ujar Linda yang kini sudah berdiri dari duduknya.

"Enggak, kok. Aku udah bilang sama ayah buat nungguin kamu pulang. Kita pulang bareng," ucap Darena tersenyum.

Aduh ... padahal niatnya mau beli mie instan. Tapi, Darena ngajakin pulang bareng. Gimana, nih?

"Dar, aku udah bilang. Nggak perlu, aku bisa pulang sendiri. Lagian, ayah kamu orang sibuk, pasti harus cepat-cepat. Biarin aja aku pulang sendiri, ya."

"Nggak, kamu harus ikut karena sekalian mau ke rumah kamu belajar bareng seperti yang udah dibilang kemarin. Aku juga udah nyuruh ayah buat bawa baju ganti aku. Udah ayo!" ajak Darena sambil menarik tangan Linda.

"Ya sudah, kalau kamu memaksa. Maaf banget udah ngerepotin," ucap Linda merasa tidak enak.

"Apanya yang ngerepotin?"

"Itu ... kamu udah kasih aku kalung mahal dan sekarang aku numpang ke mobil kamu. Kan aku jadi enggak enak," jawab Linda kikuk.

"Shht! Nggak usah bilang nggak enakan. Aku ini teman kamu. Udahlah, ayo kita pulang!" Darena menarik tangan Linda dengan paksa dan berjalan menyusuri koridor sekolah.

"Aku takut ayah kamu sibuk, Dar." Linda masih kikuk untuk bertemu dengan ayahnya Darena. Mereka keluarga yang berada, keluarga yang harmonis dan saling menjaga satu sama lain. Linda menganggap itu adalah kehidupan sempurna.

Memang Linda juga keluarga berada. Namun, kurangnya kasih sayang dan perhatian membuat Linda sedikit tidak suka. Walaupun sudah dicap sebagai pembunuh ayahnya, Linda tetap tegar mendengar segala ocehan itu bahwa apa yang dia ucapkan kalau ia memang bukan pembunuh ayahnya.

"Ayah aku nggak terlalu sibuk karena dia seorang Bos di sebuah perusahaan besar," jawab Darena.

Kini mereka berdua sudah sampai di gerbang sekolah. Di mana ada mobil sedan mewah berwarna hitam yang begitu berkilau. Linda pun semakin tidak enak.

Apalagi Ayahnya seorang Bos. Aku jadi tidak enak," batin Linda.

"Ayah! Apa sudah lama menunggu di sini?" tanya Darena kepada Ayahnya.

"Tidak, Ayah baru saja sampai. Untunglah Ayah tidak terlambat menjemput kalian," jawab Ayah Darena dan tersenyum kepada anaknya.

"Oh iya, mana teman kamu?" tanya Ayah Darena yang sedari tadi tidak melihat keberadaannya karena Linda bersembunyi di balik badan Darena.

Aduh ... malah ditanya lagi. Kan jadi malu dan nggak enak, batin Linda gelisah.

"Ini dia!" Darena meminggirkan badannya dan terlihat Linda yang sedang menunduk takut.

"Hei, ayo naik! Jangan sungkan, kamu, 'kan teman anak saya. Tidak usah malu, 'ya," ucap Ayahnya Darena.

Perlahan kepala Linda terangkat dan tersenyum kikuk kepada Ayahnya Darena. Linda semakin dilanda rasa kurang enaknya.

"Maaf kalau saya merepotkan Om. S-saya jadi tidak enak, loh," ucap Linda menggaruk kepalanya.

"Sudahlah, jangan malu-malu. Darena, ajak teman kamu masuk!" suruh Ayahnya.

"Ayo masuk!"

Darena membukakan pintu mobil untuk Linda. Menghembuskan napas pelan, akhirnya Linda mau memasuki mobil mewah milik Ayahnya Darena.

Setelah itu, mereka melaju meninggalkan pelataran sekolah. Di saat perjalanan, Linda tetap saja diam dan tidak berani berujar apa pun. Ia masih sangat malu dan tidak enak kepada Ayahnya Darena.

"Nama kamu siapa, Nak?" tanya Ayah Darena seraya masih mengemudi dengan tenang.

"Nama s-saya Linda, Om. Linda Cantika," sahut Linda.

"Kamu sekelas dengan Darena?" tanya Ayahnya lagi.

"Iya, Om. Darena baik sekali sama saya. Dulu Darena pernah memberikan saya kalung, katanya Om yang membelikannya. Saya jadi tidak enak sama Om karena sudah ngerepotin. Maaf banget," ujar Linda yang masih terlihat belum akrab.

"Tidak usah mengatakan itu. Saya sama sekali tidak merasa direpotkan. Malah saya makin senang Darena punya teman sebaik kamu," ucap Ayahnya Darena.

"Iya, anak Om yang calon psikiater."

Aku hanya terkekeh pelan melihat wajah cemberut Darena. Dia hanya menekuk wajahnya.

"Iya, dia memang suka ilmu seperti itu. Dia terlalu kepo dengan dunia psikologi. Tetapi, Om yakin Darena nanti pasti bisa mewujudkannya."

"Tuh ... udah disemangati sama Ayah kamu. Semangat belajar psikologinya. Tapi, kapan-kapan ajarin aku juga, 'ya!"

Mereka bertiga pun tertawa bersama dan sampai akhirnya tiba di rumah Linda.

___________________________________🐾

Yuhu ... aku kembali.
Kasih vote dan komen kalian, ya!
Mohon bantuannya.

Makasih banyak (>.<)
Maafkan kalau ada typo 😣

See you~

Dear My Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang