Dear My Family
***
Saat ini Linda sudah berada di depan rumahnya. Lebih tepatnya masih berada di pintu gerbang bagaikan gerbang surga yang besar itu. Linda mendorong gerbang yang sangat besar itu dengan tenaga yang masih tersisa.
Setelah itu, Linda menutup kembali pintu gerbang itu dengan rapat dan segera masuk ke dalam rumah. Tidak lupa juga Linda melepaskan sepatu beserta kaosnya terlebih dahulu dan ia taruh di luar.
Linda memasuki rumahnya dengan langkah pelan. Kalau tidak salah, Linda melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam sudah terparkir di bagasi mobil. Di mana artinya Ervin sudah pulang dari kerjanya.
Tidak hanya itu, sebuah sepeda motor berwarna hitam juga sudah terparkir di samping mobil tersebut. Linda menghembuskan napas panjang dan menetralkan dirinya.
Linda berdoa supaya nanti Ervin tidak lagi akan memarahinya karena Linda sudah mendapatkan nilai yang di atas rata-rata sesuai perintah dari Ervin. Linda meyakinkan dirinya untuk menapakkan kakinya di ruang tamu.
"Baru pulang jam segini lo?" tanya seorang laki-laki yang sedang duduk di atas sofa sambil menikmati secangkir teh serta tidak lupa dengan televisi yang menyala yang menayangkan sebuah berita terkini.
"Iya, Kak. Aku baru pulang sekarang. Ini aja aku udah cepat-cepat jalan pulangnya, soalnya di luar sudah mendung dan mau hujan," jelas Linda dengan gugup.
Linda meremat roknya sembari menggigit bibir bawahnya karena Ervin bangkit dari soda serta menghampiri Linda yang masih berdiri dengan kaku. Ervin mendekati adiknya itu dengan ekspresi dingin.
"Gimana hasil ulangan lo hari ini?" tanya Ervin.
"A-aku sudah berusaha semaksimal mungkin dan ng-nggak bisa dapat nilai 100," ucap Linda dengan kepala yang tertunduk sembari meremat jari-jarinya takut.
"Hah?! Jadi lo dapat nilai yang lebih kecil dari yang udah gue ingatkan?!" tanya Ervin sekaligus membentak Linda yang membuat tubuh Linda langsung bergetar.
"B-bukan begitu, Kak. Aku ambil dulu hasil ulangannya."
Linda mencari lembar jawabannya di dalam tas. Linda sengaja untuk melipatnya karena tas yang Linda miliki cukup kecil. Jadi, Linda melipat lembar jawabannya supaya muat di dalam tas kecilnya.
Linda memberikan lembar jawabannya kepada Ervin dan langsung dirampas oleh Ervin dengan kasar dan hampir saja sampai robek dibuatnya. Ervin mulai mengecek hasil jawaban Linda dengan teliti dengan mata yang sangat mengintimidasi.
"Bagus. Lo udah dapat nilai 98. Bagus sekali, kalau gini lo bisa dapat hadiah dari gue, nih," ucap Ervin dengan menyeringai yang tanpa diketahui oleh Linda. Sedangkan Linda hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Sangat-sangat tipis sehingga tidak tampak seperti sebuah senyuman.
"H-hadiahnya apa?" tanya Linda heran.
Tidak seperti biasanya Ervin akan memberikan Linda hadiah kalau mendapatkan nilai sebesar ini. Linda dibuat bingung oleh Ervin yang membuat Linda semakin penasaran.
"Sebagai hadiahnya, lo harus cuci baju-baju gue. Sudah gue taruh di kamar mandi dan itu ada dua ember. Itu semua baju gue, Harry, dan juga Mama. Lo harus selesai'in hari ini dan langsung jemur!" suruh Ervin dengan berkacak pinggang.
"Tapi kan, Kak, di luar kan lagi mendung," ucap Linda dengan wajah yang memelas.
"Gimana pun caranya, lo harus cuci semua baju gue dan langsung disetrika kalau sudah kering!" suruhnya lagi.
"Tap—"
"Nggak ada tapi-tapian! Ini perintah! Lo harus kerjain apa yang sudah gue perintah ke lo!"
Linda langsung menunduk dan meremat roknya lagi saking takutnya. Linda merutuki perkataannya karena sudah mengucapkan kata-kata yang membuat Ervin semakin marah.
"Oh iya ... sekali lagi gue perintah. Lo jangan pakai mesin cuci, lo harus pakai sikat saja biar tangannya makin luwes nanti biar nggak kaku. Kalau pakai mesin cuci kan enak," cibir Ervin dengan senyuman meremehkan.
"I-iya, Kak Ervin. Aku usahain."
Linda memasuki kamarnya dan langsung mengganti pakaian. Lantas, ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci semua pakaian itu menggunakan sikat sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh kakaknya.
Linda mencuci baju selama setengah jam. Jangan remehkan kemampuan Linda yang sudah seperti ibu-ibu rumah tangga. Linda sudah terbiasa dengan kegiatan ini setiap hari yang membuatnya hampir jatuh sakit.
Setelah mencuci semua pakaian itu, Linda berjalan keluar untuk mengecek keadaan langit. Saat mencuci baju tadi, Linda sama sekali tidak mendengar rintikan hujan sama sekali.
Oleh karena itu, Linda mengecek untuk memastikan sekali lagi dan ternyata kali ini langit sangat cerah dan matahari bersinar terang benderang. Linda tersenyum sumringah karena ia bisa menjemur semua pakaian yang ia cuci tadi.
Linda langsung mengambil cuciannya dan menjemur di bawah terik matahari itu. Setelah selesai, Linda berencana untuk istirahat sejenak. Punggung, tangan, dan kakinya sangat sakit sekarang. Linda perlu untuk mengistirahatkan alat geraknya karena sudah bekerja keras.
"Shh ... kaki aku sakit banget." Linda memijat-mijat pergelangan kakinya dan duduk di atas sofa.
"Heh ... siapa yang suruh lo duduk di sini?" Seorang anak laki-laki kini berancang-ancang untuk mengusir Linda.
"Kakak capek. Kaki kakak sakit, kakak habis cuci pakaian kamu, Kak Ervin, dan juga Mama. Biarin lah kakak duduk sebentar saja," belas Linda.
"Nggak ada! Minggir sana! Yang ada lo harus pijat kaki gue!" suruh Harry dan menyingkirkan Linda dari sana.
"Tap—"
"Kalau sudah disuruh itu kerjakan! Jangan membantah!" sembur Mama dari belakang.
Linda menghela napas dan langsung memijat-mijat kaki Harry dengan pelan. Linda sebisa mungkin untuk menahan rasa sakitnya saat ini. Kali ini sakit yang dirasakan oleh Linda adalah di hati. Hati Linda seperti terkikis oleh pisau saking sakitnya. Di sana Linda memijat kaki Harry sembari menahan tangis.
__________________________________🐾
Yooo ... ketemu lagiʘ‿ʘ
Kasih vote dan komen, yup ( ╹▽╹ )
Maafkan kalau ada typo (༎ຶ ෴ ༎ຶ)See you~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Family [END]
Teen Fiction"Aku sama sekali tidak membunuh Ayah!" - Linda Cantika. "Saya menyesal telah melahirkan kamu!" - Mama. "Gue nggak sudi punya adik seperti lo!" - Ervin Sastrawan. "Gue benci Kak Linda sampai kapan pun!" Harry Saguna. Linda Cantika, seorang gadis lucu...