'Halo, jadikan cek up hari ini?'
"Iya, jadi kok lagian gue gak ada kelas, sama siapa aja?"
'bang Reynan sama bunda Ika'
"Gue otw nih" panggilan telepon pun berakhir. Zia bangkit dari tempat tidur nya. Iya maksud dari otw itu bukan on the way ke tempat tujuan melain kan on the way ke kamar mandi. Alias mandi. Sekarang sudah pukul 07.00 tetapi rasanya sangat dingin bagi Zia. Dia membasahi jarinya dengan air yang mengalir di wastafel kamar mandi. Dan rasanya air itu sangat dingin. Niat untuk tidak mandi ia gagalkan. Ia memilih mandi menggunakan air hangat.
Durasi mandi yang biasanya tiga puluh menit sekarang menjadi lima belas menit. Selain karena hawa dingin, jam pun juga sudah mepet. Cek up dijadwalkan pukul 08.15, dan sekarang sudah pukul 07.15.
Berangkat dari rumahnya ke titik kumpul menghabiskan waktu lima belas menit. Itu saja ia harus mengebut dengan mengenakan motor Harley Davidson iron 883 milik suaminya. Zia menggunakan motor tersebut karena dua motornya masih berada di bengkel, dan motor yang tersisa yaitu dua motor gede milik sang suami.
"Udah siap?" Tanya Zia masuk kedalam rumah eyang nya.
"Udah, Zi lo gak salah kostum?" Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Reza. Secara otomatis ia melihat ke pakaian yang ia kenakan.
"Panas-panas kayak gini lo pake sweater? pake jaket lagi" komentar Reza.
"Panas Lo bilang? Dingin yang gue rasain"
"Lo sakit?" Tanya Reynan, ia mau mengecek suhu tubuh Zia dengan tangan nya tetapi tangannya ditampik oleh Zia.
"Udah-udah yuk berangkat, kasihan eyang capek nunggu" bunda Ika menengahi percakapan mereka. Bunda Ika ialah istri dari anak terakhir eyang putri. Keponakan nya biasa memanggil Bunka-bunda Ika-, atau Tante terkadang.
Mereka semua keluar rumah dengan Reza yang mendorong kursi roda yang diduduki oleh eyang putri.
"Lo pake motor nya bang Zidan, Zi?" Reza berhenti tepat di samping pintu mobil dekat kemudi yang sudah dibuka.
"Iya, motor gue masih di bengkel dua-duanya"
"Enggak dimarahin sama suami lo?" Tanya Reynan mengingat harga motor tersebut tidaklah murah.
"Enggak tau, di rumah gue adanya motor itu sama motor sport terus kalau pakai mobil kelamaan" Setelah eyang putri duduk di kursi samping kemudi, kemudian Reynan duduk di kemudi dan yang lainnya duduk di belakangnya. Kursi roda nenek mereka ditaruh di bagian belakang.
Sastro Prawiro atau sering dipanggil eyang putri oleh cucu-cucunya. Eyang Sastro umurnya hampir satu abad, yaitu 83 tahun. Beliau telah ditinggal mati oleh suaminya dua puluh satu tahun yang lalu. Suaminya yaitu Caraka Prastowo Kencana, atau sering dipanggil eyang Kakung oleh cucu-cucunya.
"Eyang, lebaran tahun ini aku masih dapet jatah THR kan?" Tanya Zia tiba-tiba. Dia tiba-tiba kepikiran lebaran tahun ini padahal ramadhan saja belum datang. Masih beberapa Minggu lagi.
"Ye...Lo mah udah nikah, harus nya ngasih THR bukan malah minta THR" sahut Reynan.
"Lah iya tuh, lebaran tahun ini jangan lupa ngasih THR gue ya, Zi" ucap Reza.
"Kalian berdua udah gede, yang dapet THR yang masih kecil" bunda Ika menyahuti.
"Kan yang gede lebih butuh duit dibanding dengan yang masih kecil" ucap Reynan sambil menyetir mobil.
"Yang masih kecil mah duitnya di ambil ibu nya, mending ngasih yang udah gede" timpal Reza.
"Nanti eyang kasih semua" eyang Sastro merespon percakapan mereka dengan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
General Fiction"Truth or Dare?" "Ok, dare" jawab gue pasrah. "Lo liat di sana ada pak Zidan?" ucap Dipta kawan setongkrongan ku, sambil menunjukkan ke arah pak Zidan duduk. Hanya dibatasi satu meja di depan meja kami. "Terus?" ucapku curiga. "Tau challenge make y...