Chapter XIV; Perdana

3.8K 175 10
                                    

"assalamualaikum, bunda" teriak Zia saat memasuki rumah orang tuanya. Tidak ada sahutan, Zia mengucapkan salam sekali lagi.

"Assalamualaikum, bunda"

"Bun"

"Bunda" Zia memanggil sambil mencari di segala penjuru lantai bawah.

"Bunda pergi ke kondangan" mendengar teriakan Zafran, Zia naik kelantai atas menuju kamar Zafran.

"Fran, Midori udah pulang belom?" Midori itu nama panggilan Vespa milik Zia, yang menamai Midori ialah Va'ad. Entah tercetus dari mana Midori lah yang terlintas dibenak Va'ad.

"Midori? Udah kemaren udah diambil" Zia masuk ke dalam lalu duduk di kursi belakang dengan posisi sandaran belakang kursi di depan.

"Sama siapa, kak?" Zia baru teringat bahwa dia ke rumah bunda bersama Zidan.

"Oh iya lupa sama pak Zidan" Zia keluar kamar Zafran dengan diikuti oleh Zafran di belakangnya.

"Bang Va'ad mana kok gak ada?"

"Oh bang Va'ad ke Bandung ngurus cabang di Bandung." Sudah sampai di lantai bawah Zia tidak melihat keberadaan Zidan. Tidak mencari sang suami, Zia malah merebahkan badannya di sofa ruang tengah.

"Enggak dicari itu laki kak Zia?" Pertanyaan Zafran hanya dijawab dengan gelengan kepala. Belum lama memejamkan mata suara berat menginterupsi Zia.

"Zi, tidur di kamar" Zia melihat sebentar pemilik suara yang menggangu tidurnya kemudian kembali tidur dengan memunggungi Zidan. Ya, pemilik suara tersebut adalah Zidan. Tadi saat Zia mencari bundanya, Zidan menepi sebentar di halaman belakang rumah bunda untuk mengangkat panggilan telpon.

Karena dibangunkan tapi tidak kunjung bangun akhirnya Zidan memilih menggendong ala bridal style ke kamar Zia. Zia yang sebenarnya sudah bangun memilih untuk pura pura tidur dan pasrah tubuh nya dibopong oleh Zidan.

Sampai di kamar, Zidan membaringkan tubuh Zia di atas ranjang lalu mencopot kerudung Zia. Zidan mengamati kamar Zia. Kamar sang istri masih sama seperti saat terakhir bertandang ke rumah mertuanya. Zidan mendudukkan pantatnya di kursi belajar. Dia mengamati foto foto polaroid yang tertempel di pinboards.

Disana terdapat foto Zia dengan teman-teman nya. Dari foto foto tersebut dapat dipastikan bahwa teman teman Zia kebanyakan laki-laki. Zidan mengambil salah satu foto yang menurutnya sangat menarik untuk dilihat secara dekat. Di foto itu terdapat tiga laki laki dan dua perempuan termasuk Zia. Di dalam foto itu Zia sedang dirangkul seorang laki-laki.

Zia membuka matanya perlahan lahan untuk menyudahi akting tidurnya. Saat sudah bangun iris matanya menangkap Zidan yang sedang mengamati foto foto yang berada di pinboards. Melihat itu Zia panik langsung merebut foto yang dipegang Zidan dan menyembunyikan di belakang badannya.

"Coba lihat fotonya?!" Minta Zidan sambil menengadah kan tangan kanannya. Zia hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Kenapa?" Lagi lagi Zia hanya bisa menggelengkan kepala. Zia gugup sekaligus takut bila Zidan marah.

Zidan berdiri dari duduknya kemudian mendekatkan dirinya kearah Zia. Maju dua langkah kemudian mengunci Zia dengan lengan yang berada di sisi kanan kiri Zia. Dengan posisi mereka yang hanya berjarak dua atau tiga senti membuat jantung Zia berdegup kencang, berharap semoga Zidan tidak mendengar detak jantungnya.

Zia memejamkan matanya saat Zidan mendekatkan wajahnya dengan wajah Zia. Zia pikir Zidan akan mencium bibir nya tetapi dugaannya salah Zidan hanya mendekatkan wajahnya untuk mengecoh konsentrasi Zia dan dengan mudah Zidan mengambil foto yang Zia sembunyikan dibelakang tubuhnya. Karena merasa yang ada didalam pikiran nya tidak terjadi, Zia membuka matanya. Dengan jarak wajah yang sangat dekat bahkan Zia dapat merasakan hembusan nafas Zidan, dia mengamati wajah Zidan.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang