Chapter XXII; Obat

3.1K 139 15
                                    

Dua hari setelah kedatangan Zidan, Zia sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Tepatnya hari ini. Setelah dokter mengumumkan hal itu semua yang ada di ruang kamar inap Zia tersenyum bahagia.

"Hmmm... Paham gue sekarang" ucap Reynan sambil mengangguk -anggukkan kepalanya.

"Paham apa, Rey?" Tanya Va'ad menanggapi Reynan.

"Sakit kangen ternyata, yang keluar kota udah balik" ucap Reynan menggoda Zia.

"Dih, apaan?! enggak ya! Emang gue nya yang udah fit aja, iya kan mas?" Elak Zia dengan minta bantuan sang suami.

"Enggak tahu, kan yang ngerasain kamu" tanggap Zidan diposisi netral. Mendengar hal itu mereka yang ada di ruangan itu mentertawakan Zia.

"Anyway kalian udah pada sarapan belum?" Tanya Zidan kepada sepupu-sepupu istrinya itu. Pasalnya pukul 06.30 tadi mereka sudah datang ke rumah sakit. Dan sekarang sudah satu setengah jam berlalu. Bahkan dokter sudah mengecek kondisi Zia tadi.

"Belum, emang kenapa ,bang?" Jawab Reza.

"Mau sarapan apa? kebetulan juga belum sarapan" tawar Zidan.

"Aku pengen double cheese burger McD" usul Zia.

"Kamu udah mas beliin, kalian mau sarapan apa bilang aja nanti saya yang bayar"

"Oke siap! Thanks bang" seru mereka.

Beberapa saat kemudian semua makanan telah datang.

"Punyaku mana?" Tanya Zia. Zidan mendekati Zia, dia duduk di kursi samping brankar Zia.

"Mas suapin ya?"

Uhuk!uhuk!

Semua yang ada di ruangan itu langsung menoleh ke sumber suara. Reza tersedak minuman tatkala mendengar suara Zidan yang amat sangat lembut berbeda ketika mengajar.

"Kayaknya gue makan di kantin aja deh" ucap Reza sambil membereskan makanan nya.

"Kenapa dah?" Tanya Reynan.

"Gak tahan gue, udah mendingan pindah kantin aja" usul Reza.

"Loh kalian juga mau pindah ke kantin?" Tanya Reynan kepada Aslan, Kean , Jovan, Va'ad.

"Anjir gak peka banget jadi orang! Itu loh butuh waktu berdua" ucap Kean berbisik agar orang yang dimaksud tidak dengar. Kean menunjuk Zia dan Zidan dengan dagunya.

"Azka, cabut dulu ya. Bang Zidan thanks makanannya" ucap Jovan lalu keluar disusul yang lainnya.

Di ruangan itu tinggal lah sepasang suami istri.

"Emang segitu sibuknya ya sampe gak bisa ngabarin?" Zia berhenti menyendokkan makanannya kedalam mulutnya dan hanya diaduk-aduk. Begitu juga dengan Zidan. Ia meletakkan makanannya di meja samping brankar saat mendengar pertanyaan istrinya itu. Dia pindah duduk ke brankar. Zidan menangkup wajah Zia.

"Zia tatap mata, mas" perintah Zidan sambil tangannya menangkup wajah Zia agar menatap matanya.

"listen to my explanation okey?!" Perintah Zidan dengan suara yang lembut.

"Jadi, setelah mas telpon waktu itu, mas langsung buru-buru berangkat meeting dan itu menjadi terakhir kalinya mas pegang handphone setelah itu jadwal mas di Jakarta benar-benar padat sampai-sampai mas engga nyadar kalo handphone mas tertumpuk berkas-berkas, dan waktu mas mau pulang ke Jogja mas baru nyadar kalo lama gak megang handphone" jelas Zidan sambil menatap manik mata Zia.

"Kamu mau mas tunjukkin saksi serta bukti? Mas ada bukti cctv dan Abra sekretaris mas bisa menjadi saksi" Zia menggelengkan kepalanya. Dia bisa melihat kejujuran di mata Zidan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang