Azkadina Kanzia Nadhifah POV
Resepsi akan digelar di hotel ayahku dan akan dimulai setelah maghrib. Tamu yang diundang kata ayah hanya sedikit jadi aku bisa selow nanti tak ada acara kaki pegal-pegal, amanlah.
Sekarang aku telah memakai gaun baju pernikahan berbahan brokat dan berwarna putih untuk menambah kesan anggun, aku mengenakan kerudung syar'i dan dilengkapi dengan short veil transparan. Dan mahkota bunga warna perak agar telihat lebih ramai. Sedangkan bang Zidan memakai tuxedo hitam yang membuat ketampanannya bertambah.
Seperti yang dititahkaannya sekarang aku makan dengan ditemani oleh paduka suami, walaupun dari tadi sang paduka sibuk dengan ipad nya entah apa yang dilakukannya. Sebelum sholat ashar tadi mas Va'ad bilang ke aku kalo sang paduka tadi sebelum membangunkanku belum menyelesaikan makannya dan masih sisa banyak. Jadi aku akan mencoba menawarinya makanan yang ku makan ini. Ku toel lengannya lalu ku tawari dia makan tapi hasilnya dia gak mau, yaudah kuhabiskan makananku keburu tukang yang mau memfoto aku dengan sang paduka datang.
Tok.. Tok.. Tok..
Ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku mungkin itu orang yang mau memfoto prawedding ku.
"Om..eh maksudnya abang tolong buka in pintunya" keceplosan manggil sang paduka 'om' aku berhasil dihadiahi tatapan mematikan oleh sang paduka suami. Paduka suami membukakan pintu dan benar saja tebakan ku yang mengetuk pintu adalah sang photografer.
Sang photografer yang bernama mas tito mengarahkan paduka suami untuk untuk memelukku dari belakang. Huuuu mrinding rasanya nafasnya paduka suami sampai terasa di leherku. Sebenarnya sudah dari akad nikah tadi pagi mas tito beserta kawan-kawannya menggambil gambar dan merekam cuman setelah akad nikah selesai mas-masnya itu istirahat gak memfoto kita.
.
.
.
Sesi pemotretannya sudah selesai, aku dan paduka suami beserta rombongan akan berangkat ke hotel tempat terselenggaranya.Sekarang aku telah berada di dalam mobil dan aku akan bertanya apakah paduka suami mengundang orang kampus atau tidak.
"O..eh abang" hampir saja aku keceplosan mengundang paduka dengan panggilan 'om'. Paduka suami menoleh ke arah ku.
"Apa?"
"Bang Zidan ngundang orang kampus gak?" tanyaku, sejujurnya sedikit menggelikan memanggil dosen sendiri pake embel-embel abang.
"Emang kenapa kalo saya ngundang?" Eh si abang malah balik nanya
"Yaa.. Kalo mereka tau gimana"
"Saya Jamin gak bakal tau make-up mu kan tebel banget, kayak badut" ejek bang Zidan dan hanya ku tatap sinis
"Jangan panggil saya 'om' kalo manggil 'om' saya kasih hukuman" Bang Zidan kembali bersuara.
Selang beberapa menit mobil kita sampai di hotel. Karena acara dimulai sehabis maghrib aku beserta yang lainnya ke kamar hotel terlebih dahulu sebelum ke balroom.
.
.
.
Akhirnya acara pun dimulai aku berjalan dengan menggandeng lengan kekar bang Zidan. Aku baru pertama kali ini menggandeng lengan laki-laki selain keluarga. Saat berjalan begini tinggiku hanya sedagunya Pak Zidan, mendadak jadi pendek kalo berdiri di dekat Pak Zidan. Tak terasa aku berjalan sudah sampai ke balroom. Betapa terkejut dan ter-ter lain tamu undangannya banyak banget.
Berdiri selama beberapa jam dengan high heels rasanya aduh ingin ku menghilang dari sini. Antrian untuk memberikan ucapan selamat serta doa kepada sang pengantin yang tak lain adalah aku, masih panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
General Fiction"Truth or Dare?" "Ok, dare" jawab gue pasrah. "Lo liat di sana ada pak Zidan?" ucap Dipta kawan setongkrongan ku, sambil menunjukkan ke arah pak Zidan duduk. Hanya dibatasi satu meja di depan meja kami. "Terus?" ucapku curiga. "Tau challenge make y...