"Zi, tolong pasangin dasi" Zidan turun dari lantai atas dengan dasi yang terkalung kan di lehernya, jas yang tersampaikan dibahunya serta tangan yang membawa koper hitam nya turun ke bawah.
Sedangkan Zia, dia sedang menata sarapan yang baru saja selesai dibuat nya. Sarapan yang dibuat cukup simpel, yaitu cheese egg toast.
Tak lupa juga air putih untuk mereka berdua.
"Iya nanti, sekarang sarapan dulu aja" Zia duduk ditempat duduk yang biasa ia tempati. Begitu juga dengan Zidan.
Sarapan berjalan dengan hening. Tanpa ada yang membuka mulut untuk memulai percakapan sampai makanan mereka habis.
Zia memberesi meja makan lalu mencuci piring.
"Nih pasangin" Zidan menyodorkan dasinya ke hadapan Zia. Zia menghampiri Zidan lalu memakan dasi.
Jarak antara mereka hanya beberapa centimeter. Tetapi itu tidak berlangsung lama. Zidan menarik pinggang Zia sampai mengikis jarak diantara mereka.
Zidan sibuk mengamati wajah istrinya. Dia telah jatuh kedalam pesona Zia, sampai-sampai Zia memanggil pun tidak dengar padahal jarak mereka sangat dekat.
Ide jahil terlintas di dalam benak Zia. Zia menarik simpul dasi Zidan sampai membuat Zidan tercekik. Hal itu berhasil menghancurkan lamunan Zidan. Tetapi ada satu hal bodoh yang telah dilakukan Zia. Zia lupa jika tangan Zidan memeluk pinggang Zia, yang mana karena hal itu Zia tidak bisa melarikan diri.
Zidan melonggarkan simpul dasinya dengan tangan kirinya dan tangan kanannya tetap memeluk pinggang Zia, agar Zia tidak melarikan diri.
"jangan harap bisa melarikan diri, Zia" Zidan menampilkan smirk nya.
"Udah berangkat sana nanti ketinggalan pesawat" Zia berusaha melepaskan tangan Zidan yang masih senantiasa berada di pinggangnya.
"Tidak akan, saya pakai jet pribadi"
"Btw nanti akan ada yang menemani kamu"
"Siapa? ART?" Tanya Zia
"Bukan, pokoknya ada" Zidan melepaskan tangannya dari pinggang Zia lalu memakai jasnya yang tersampirkan di kursi makan.
Tin!
Tin!"Nah itu Abra sudah datang" ucap Zidan saat mendengar suara klakson mobil.
"Saya berangkat dulu, jaga rumah dan diri kamu baik-baik" pamit Zidan. Zia mengantarkan Zidan sampai depan pintu rumah, masih di dalam rumah.
Zia menjulurkan tangannya ke hadapan Zidan.
"Apa?"
"Salim lah" langsung saja Zidan menerima jabatan tangan Zia. Zia mencium punggung tangan Zidan.
Hal mengejutkan terjadi setelah Zia mencium punggung tangan Zidan. Dia merasakan ada sesuatu yang basah di dahinya. Zidan mengecup kening Zia setelah Zia mencium punggung tangannya.
Cup!
Mungkin ini kedua kalinya Zia merasakan keningnya dikecup oleh Zidan. Atau mungkin lebih? Mungkin saja jika Zidan mengecup keningnya saat ia tidur. Hanya tuhan yang tahu jika hal itu benar terjadi.
Setelah mengecup kening Zia, Zidan keluar beserta koper hitamnya. Sedangkan Zia hanya bisa melihat kepergian Zidan dari jendela ruang tamu.
☀️🌘
Karena hari ini tidak ada kelas, Zia di rumah disibukkan dengan bersih-bersih rumah. Dari mulai menyapu sampai menyetrika.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
General Fiction"Truth or Dare?" "Ok, dare" jawab gue pasrah. "Lo liat di sana ada pak Zidan?" ucap Dipta kawan setongkrongan ku, sambil menunjukkan ke arah pak Zidan duduk. Hanya dibatasi satu meja di depan meja kami. "Terus?" ucapku curiga. "Tau challenge make y...