Chapter VIII; mendaki??

4.2K 168 4
                                    

Paginya aku mengantar pak zidan ke bandara tentunya pakai scoopy ku. Aku nyaranin buat pakai mobilnya aja tapi si bapak bilang biar gak bolak balik akunya. Merakyat sekali bapaknya. Setelah dari bandara aku prepare buat mendaki besoknya. Paginya aku, Reza, Kevin, Dipta, Gita dan Jangan lupakan Faiz, dia juga ikut mendaki, kami berangkat dari stasiun tugu dan turun di stasiun malang. Kami menggunakan KA Malioboro Express.

Untuk menuju Ranu Pali kami dari Stasiun Malang ke Terminal Arjosari dari Arjosari kami menggunakan angkot menuju Pasar Tumpang. Dari Pasar Tumpang kami carter jeep untuk menuju Ranu Pali. Dari Pasar Tumpang menuju Ranu Pali kami memakan waktu ±2 jam. Setibanya di desa Ranu Pali ketu kelompok pendakian yakni Reza langsung menyerahkan menyerahkan kelengkapan berkas yang dibutuhkan seperti foto kopi KTP anggota tim, bukti pembayaran, surat keterangan sehat dan beberapa keperluan lainnya. Ketika sudah beres, ketua tim akan mendapat SIMAKSI yang harus dijaga sampai pendakian Semeru selesai. Setelah itu kami diajak menuju ruang breifing untuk diberikan penjelasan oleh relawan seputar pendakian. Karena Ranu Pali adalah pos terakhir pemeriksaan jadi kami memeriksa kelengkapan kami terlebih dahulu. Setelah dirasa lengkap kami dari Ranu Pali menuju Pos 1. Perjalanan yang kami tempuh ±1jam. Sebelum sampai di pos 1 kami terlebih dahulu berfoto terlebih dahulu di depan gerbang pendakian semeru.

Dari pos 1 kami menuju pos 2. Perjalanan kami tempuh ±45menit. setiap pos yang ada di Gunung Semeru selalu ditandai dengan adanya Shelter yang cukup besar dan juga penjual makanan (gorengan, semangka, dll). Kami menggunakan shelter tersebut untuk beristirahat sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanan. Dilanjut menuju pos 3 memakan waktu ±1,5jam. Jalur dari pos 2 menuju pos 3 mirip dengan pos 1 menuju pos 2 hanya saja kini sedikit lebih panjang dan memutar. Pepohonan lebat menghiasi bagian kiri dan kanan jalan. Sesekali burung-burung terlihat terbang dari satu pohon ke pohon yang lain. Pemandangan kota Malang pun terlihat dari atas sini.

Sebelum dilanjut untuk menuju pos 4 kami beristirahat sejenak di pos 3. Dari depan pos 3 kami sudah disuguhi pemandangan yang indah yaitu berupa kumpulan awan yang bergerombol sudah dapat kami lihat di depan pos 3 ini. Setelah istirahat sejenak kami melanjutkan perjalanan menuju pos 4. Perjalanan yang kami tempuh ±45menit. Jalur menuju untuk pos 4 akan dimulai dengan tanjakan yang sangat curbisa Usai melewati tanjakan yang sangat curam, jalur berikutnya cenderung menurun atau biasa disebut dengan bonus. Menjelang akhir-akhir, sebelum tiba di pos 4, pemandangan cantik Ranu Kumbolo sudah bisa kami lihat dengan jelas.

Setibanya di pos 4 rasanya perjalanan sudah tidak berat lagi. Beban di pundak akibat mengangkut carrier pun seolah lenyap, rasa capek yang mengikuti sepanjang Pos Ranu Pani - Pos 4 pun seolah hilang begitu saja. Hal tersebut tidak lain karena keindahan Ranu Kumbolo yang memang benar-benar sudah nampak di depan mata. Daya magis yang ditimbulkan oleh keindahannya begitu luar biasa. Perjalanan dari pos 4 menuju Ranu Kumbolo pun mulai berubah. Jalur tidak lagi menanjak. Langkah kaki yang tadinya diiringi deruan napas panjang dan berat kini berganti menjadi nyanyian. Kerutan di wajah perlahan berubah menjadi senyuman. Kami berjalan terus hingga Shelter Porter. Kemudian kami membuka tenda tepat di depan dua cekungan bukit yang ada di Ranu Kumbolo. Oh ya perjalanan kami dari pos 4 menuju Ranu Kumbolo memakan waktu ±30menit. Oh ya, kami akan menginap disini selama semalam, kami keesokannya melihat pemandangan indah kala mentari merekah. Sebelum melanjutkan perjalanan kami menyempatkan terlebih dahulu untuk berkeliling di kawasan Ranu kumbolo untuk sekedar melihat prasasti untuk mengenang mereka yang meninggal saat melakukan pendakian atau sekedar memotret pemandangan indah di kawasan Ranu Kumbolo.

Dari Ranu Kumbolo kami melanjutkan perjalanan ke Cemoro Kandang. Ada dua tempat seru yang kami lewati saat menuju Cemoro Kandang. Yang pertama tanjakan cinta dan yang kedua oro-oro ombo. Tanjakan Cinta adalah sebuah tanjakan curam yang harus dilewati bila ingin sampai ke Oro-oro Ombo. Tanjakan ini letaknya persis di belakang Ranu Kumbolo. Di Tanjakan Cinta terdapat mitos yaitu konon katanya barang siapa yang melewati Tanjakan Cinta ini tanpa melihat ke belakang, maka hubungan percintaannya dengan pasangan akan langgeng, tapi gak tahu kalo yang jomblo gimana. Usai melewati tanjakan cinta kami di pertemukan dengan oro-oro ombo. Oro-oro Ombo ialah padang yang luas dimana berisikan rumput, pepohonan dan juga salah satu tanaman cantik namun mematikan, Verbena brasiliensis. Sebenarnya ada dua jalur untuk melewati oro-oro ombo yaitu dengan langsung turun dan bertemu Verbena di bawah atau memutarinya dan menikmati pemandangan Verbena dari atas. Tapi kami memilih untuk memakai jalur bawah. Tak lupa kami menyempatkan berfoto di oro-oro ombo. Sampai di Cemoro Kandang terdapat papan informasi yang berisi posisi ketinggian kalian sekarang dan berapa jauh lagi untuk bisa mencapai Kalimati. Oh ya, dari Ranu Kumbolo sampai Cemoro Kandang kami menempuh ±1jam.

Untuk menuju Jambangan kami melewati track terus menanjak dengan kanan kiri pepohonan tinggi nan lebat. Di bagian akhir kami mendapatkan bonus ketika akan sampai di Jambangan. Di jalur inilah rombongan paling banyak berhenti untuk beristirahat. setibanya di Jambangan kami langsung kembali bersemangat karena kami sudah sedikit lagi mencapai Kalimati, tempat berkemah selanjutnya. Perjalanan kami untuk menuju Jambangan mengahabiskan watu ±2jam.

Perjalanan untuk menuju Kalimati dari Jambangan bisa dibilang menyenangkan. Karena jalur perlahan- lahan menurun sehingga tidak ada jalur menanjak. Kami berjalan terus hingga bertemu dengan Shelter Porter dan kami membuka tenda di tanah lapang di dekat Shelter Porter. Di Kalimati ini sumber air letaknya agak jauh. Jika di Ranu Kumbolo kami hanya perlu berjalan 2 menit untuk mengambil air, di Kalimati ini kami harus berjalan sejauh 30 menit untuk mengambil air di Sumber Mani. Saat sudah tiba di Kalimati, kami gunakan waktu kami untuk beristirahat sebab kami ingin mendaki ke puncak, dan kami harus memulainya maksimal pukul 01:00 WIB. Perjalanan menuju Mahameru akan memakan waktu 6-7 jam, itulah sebabnya kami harus mempersiapkan fisik kami sebaik mungkin. Dari Jambangan menuju Kalimati kami memakan waktu ±1jam.

Waktu kami melakukan pendakian ke Puncak sekitar pukul 24:00 WIB. Dengan mendaki pukul 24:00 WIB dan waktu tempuh 6-7 jam, kami masih punya waktu 2-3 jam untuk menikmati Puncak Semeru, Puncak Para Dewa. Sebelum mendaki kami mempersiapkan diri dengan makan yang penting perut tidak keroncong, menggunakan gaiter untuk mencegah pasir masuk ke dalam sepatu, pakai jaket & celana panjang terbaik kalian, menggunakan sarung tangan dan tidak lupa membawa buff untuk melindungi wajah dari terjangan debu & pasir. Tak lupa pula kami membawa minum sendiri-sendiri dengan volume minimal 1,5 liter. Perjalanan dari Kalimati menuju Kelik kurang lebih 2 jam. Kelik merupakan batas vegetasi, batas tumbuhnya pepohonan. Jalur mendaki ke Puncak ini cukup berat. Di awal pendakian, jalur tanah lah yang masih akan kami lewati. Tapi setelah beberapa saat akan mencapai Kelik, jalur sudah mulai berubah menjadi pasir dan berbatu.

Jalur pendakian sudah berubah, dari tanah menjadi pasir berbatu. Kini tidak ada lagi pepohonan yang akan melindungi kami dari dinginnya angin yang berhembus. Seiring berubahnya jalur, maka berubah juga cara pendakiannya. Jalur yang tadinya bisa kami lewati secara lurus, sekarang harus kalian lewati dengan cara mendaki zig-zag. Salah satu instrumen pendakian yang akan sangat berguna untuk mendaki dari Kelik hingga puncak adalah tracking pole. Karena sudah tidak ada lagi pohon beserta akarnya yang bisa kalian gunakan untuk pegangan, serta sudut elevasi yang mencapai 60°, maka pegangan kami adalah tracking pole. Memang ada beberapa batu besar yang bisa kami gunakan sebagai alas atau pegangan, tapi itu terlalu riskan. Kondisi pasir yang tidak stabil memungkinkan batu tersebut dapat jatuh ketika dipegang dan itu membahayakan pendaki lain yang berada di bawah. Sudah banyak kasus kematian pendaki akibat dihantam batu yang menggelinding dari atas. Syndrome "Kok gak nyampe-nyampe ya" menyerang kami di fase menuju puncak. Penting untuk diperhatikan agar kami tidak beristirahat terlalu lama di satu titik apalagi sampai tertidur. Ketika jika kami tertidur maka tidak bisa mendengar ucapan atau himbauan dari teman-teman pendaki lainnya yang berada di atas.

Akhirnya tibalah kami tiba di atap tertinggi Pulau Jawa 3676 MDPL. Dari Puncak Semeru yang bernama Mahameru ini kami bisa melihat cantiknya proses matahari terbit. Sunrise di Mahameru mungin adalah salah satu sunrise terbaik yang ada di seluruh dunia menurutku. Langit yang tadinya gelap perlahan berubah menjadi oranye, dan dari balik horizon secara pelahan sang surya menampakkan wujudnya.

TO BE CONTINUE

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang