Tak terasa empat hari lagi aku akan menikah dan UAS telah terlaksana tapi yang membuatku kaget saat melihat dosen yang akan membimbing skripsiku adalah calon suamiku mimpi apa aku sampai dosbingku Pak Zidan. Coming Soon enywhere everytime bimbingan skripsi bagus memang biar cepat selesai tapi ya gimana.
Seminggu dari sekarang aku akan disibukkan dengan persiapan pernikahan. Undangan sudah di sebar dan sepertinya bukan sepertinya lagi tapi memang aku akan menjalani hubungan backstreet untuk menghindari yang tidak-tidak dari para fans nya bang Zidan di kampus. Mungkin yang tahu hubunganku dengan bang Zidan hanya Reza. Semoga itu bocah gak ember bocor. Ya reza sudah tahu kalo yang dijodohkan dengan ku itu pak zidan. Kalian tau reaksi reza gimana? Kaget sekaget-kagetnya seperti saat aku tahu bahwa yang dijodohkan denganku itu dia.
By the way kesibukkanku menjelang acara pernikahanku aku disuruh oleh bunda untuk menjalani perawatan bahkan bunda telah mendatangkan beberapa pegawai dari salon untuk berbagai perawatan yang harus ku jalani.
Dua minggu setelah membeli cincin komunikasi ku dengan Pak Zidan tak ada perubahan besar. Perubahan kecil mungkin ada tapi itu sangat kecil. Bahkan kurangnya komunikasi kita membuatku tetap seperti hanya sekedar mahasiswinya bukan calon istrinya. Aku tak tau dia kerja apa, aku tak tau dia tinggal di mana, gajinya berapa, punya mantan atau tidak yang ku tahu hanya dia dosenku, dia putra dari om Prasetyo Pimadasa dan tante Risma Poetri, memiliki adik bernama Aksa Delvin Arion Pimadasa mungkin hanya itu.
Menjelang pernikahanku anak adik nya ayah alias sepupu ku sudah berdatangan dari jawa barat. Di rumah sudah ada teh Riris, teh Hanum, Yunica, Quenza yang juga ikut perawatan bersamaku katanya Ica alias Yunica 'kalo ada yang bayarin kenapa gak?'. Di sini ada banyak keponakan ku yang datang cuma ada lima bocah tapi udah bikin rumah kayak pasar alias ra me.
Cresensia balita 5 tahun anaknya teh Hanum, Zean balita 4 tahun anaknya teh Riris, Qhalvien bocah 7 tahun anaknya teh Hanum, Zhico bocah 7 tahun anaknya teh Riris, Zeyna batita 1 tahun anaknya Ica. Nama anaknya teh Hanum susah semua kadang keseleo kalo manggil, tak hanya susah waktu mau manggil anaknya ini susah banget kalo disuruh diem apalagi Qhalvi alias Qhalvien kalo ketemu Zhico aduh angkat tangan aku kalo disuruh jaga mereka.
Rumahku ini maksudku rumah orangtuaku yang besar tapi gak banget lebih ke minimalis modern soalnya skat nya dikit jadi sering berantakan padahal barang yang ada cuma yang multifungsi. Apalagi di rumah ini ada ruang bermain. Ruangan nya cukup luas dan banyak mainannya akan berantakan dalam sekejap saat ruangan itu dikuasai oleh Qhalvi dan Zhico.
"Teh Hanum emang gak keseleo kalo manggil si Cresensia sama Qhalvien?"
"Gak sih, kalo manggil mereka Sia sama Vien"
"Sekarang hubungan mu sama dia gimana?" tanya Ica yang dimaksud 'dia' itu Pak Zidan
"ya gitu-gitu aja gak ada perubahan" setengah jam yang lalu aku, teh Hanum, Ica telah selesai menjalani perawatan dan sekarang kita tengah mengawasi bocil-bocil bermain di lantai dua tepatnya di ruang bermain. Ruang bermain ini tempatnya luas dan jendelanya besar besar yang membuat bisa melihat kolam renang tak hanya itu di sini juga terdapat balkon.
"Dia gak pernah chat kamu?" tanya teh Hanum
"Ya pernah sih tapi kalo penting doang" jawabku sambil memegangi Zeyna yang sedang belajar berdiri
"Dia punya insta gak?" Quenza masuk ke ruang bermain dan tiba-tiba nimbrung
"Punya, Za"
Ica hanya selisih satu tahun denganku dan Quenza denganku seumuran jadi aku manggil mereka berdua hanya dengan nama.
"Dia tahu gak?"
"Tahu apa?" tanyaku
"Kalian follow follow an kan?" tanya Quenza
"Iya""Kalo menurutku laki-laki modelan kaya gitu kamu harus berjuang buat dapetin hatinya, biar mencair hatinya"saran Ica
"Biarinlah entar juga ngalir dengan sendirinya"
"Eh by the way pacarmu gimana? Masih sama dia?" singgung ica
"Udah putus setahun yang lalu"
"Hah!? Kenapa?"
"Dia pergi gitu aja. Ngilang tanpa kabar. Tau deh masih idup apa gak""Ayo sholat ashar dulu, Sia, Vien, Zhico, Zean" ajak teh Hanum kemudian diikuti oleh bocil-bocil menuju ruang sholat.
🌘☀
Pukul 17.00 aku telah bersiap menggunakan joger pants hitam kaos putih krudung segi empat ungu pastel dan sepatu lari putih. Ku pakai headset jogging di balik krudungku dan sport armband di lengan ku.
Terlebih dahulu ku pakai helm dan ku lajukan scoopyku menuju grha saba pramana. Aku di sana akan jogging, biasa nya aku jogging hanya dari depan rumah tapi sekarang aku ingin mencari suasana baru setelah beberapa hari ini aku di sibukkan oleh persiapan pernikahanku.
Setelah sampai di sana ku parkirkan dan tak lupa ku kunci stang karena akan kutinggal jogging. lagu I love you 3000 yang di bawakan oleh Stephani Poetri mengalun di headsetku.
Baby, take my hand
I want you to be my husband
Cause you're my Iron Man
And I love you three thousand
Baby, take a chance
Cause I want this to be something
Straight out of a Hollywood movieAkhir-akhir ini lagu ini menjadi lagu yang paling sering aku dengarkan. Suara Stephani poetri yang lembut serta arti dari lagu ini yang membuatku suka.
I see you standing there
In your Hulk outerwear
And all I can think
Is where is the ring
Cause I know you wanna ask
Scared the moment will pass
I can see it in your eyes
Just take me by surpriseSatu putaran telah aku lakukan. Sekarang aku duduk di sebelah scoopyku terparkirkan.ku buka aplikasi insta untuk membuat story. Setelah itu ku scrol-scrol beranda insta untuk menghilangkan kegabutan.
thing
suara notifikasi mengagetkan ku, segera ku buka whatsapp dan ternyata pesan dari Quenza
Quenza
Zi pulang!! udah mau maghrib ini!
Anda
Iya iya ini juga mau pulang
Setelah menerima pesan dari Quenza aku langsung melaju menggunakan scoopy menuju ke rumah.
Di lampu merah ku tengok kanan kiriku semua berpasangan rasanya aku seperti jomlo ngenes padahalkan punya calon suami. Ngenes-ngenes. Di tinggal pacar terus dijodohin sama dosen ya alloh kenapa hidupku jadi kayak didunia oren sih.
Lampu lalin yang semula menyala merah sekarang telah berubah menjadi hijau yang menandakan pengendara dapat melajukan kendaraannya kembali. Begitu pun dengan ku, ku lajukan scoopyku ke arah jalan pulang.
S
esampainya dirumah ku parkirkan scoopyku di parkiran garasi. Masuk rumah langsung saja aku membersihkan diri. Setelah itu mengenakan mukenah dengan benar kemudian aku memulai sholat dengan takbir.
Setelah sholat tak lupa aku berdzikir kemudian berdoa semoga pernikahanku yang akan di adakan empat hari lagi berjalan lancar.
TO BE CONTINUED...
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
General Fiction"Truth or Dare?" "Ok, dare" jawab gue pasrah. "Lo liat di sana ada pak Zidan?" ucap Dipta kawan setongkrongan ku, sambil menunjukkan ke arah pak Zidan duduk. Hanya dibatasi satu meja di depan meja kami. "Terus?" ucapku curiga. "Tau challenge make y...