Tiga Minggu telah berlalu semenjak kejadian Zia ditabrak tukang gas. Kaki Zia juga sudah sembuh. Sehari setelah ditabrak, Zidan mendatang kan tukang urut ke rumah mereka.
Setelah diurut kaki Zia tidak langsung sembuh. Beberapa hari setelah diurut barulah kaki Zia sembuh total. Teman-teman Zia yang berencana menjenguk Zia tidak jadi. Karena itu hanya rencana belaka. Mereka berencana ke rumah Zia, maksudnya ke rumah bundanya Zia, sore hari. Tetapi paginya Zia sudah ke kampus dan sudah bertemu mereka.
Hari ini Zia tidak ada kelas, alias libur. Tidak meliburkan diri tetapi libur. Entah kesambet apa, pagi-pagi Zia sudah bangun dan sudah berpakaian rapi. Pagi pukul setengah depan lebih tepatnya.
Dia sudah rapi dengan mommy jeans, blouse hitam, pasmina hitam dan sepatu Vans hitam. Zia turun ke lantai bawah dengan ransel hitam dan senjata untuk skripsian.
Zia menghampiri Zidan yang duduk di meja makan. Dia duduk dihadapannya Zidan dan meletakkan ransel hitam dan tetek-bengeknya di kursi samping nya.
"Mau kemana?" Tanya Zidan saat Zia sedang mengambil kan sarapan Zidan.
"Ke kampus, kenapa?" Zia meletakkan piring yang sudah berisi nasi serta lauk pauknya dihadapan Zidan.
"Ada kelas hari ini?" Tanya Zidan sebelum menyuapkan sesuap nasi ke mulutnya.
"Enggak ada cuma mau ke perpustakaan, kenapa sih?" Tanya Zia sambil meletakkan piring yang sudah berisi nasi serta lauk pauknya dihadapannya sendiri.
"Enggak, cuma tanya" percakapan hanya sampai disitu sehabisnya mereka makan dengan hikmat sampai piring mereka kosong.
Setelah selesai makan, Zia langsung menumpuk piring-piring kotor kemudian membawa ke tempat cuci piring. Zia langsung mencucinya, itu sudah menjadi kebiasaan sedari kecil. Tak lupa pula Zia membersihkan meja makan.
Sedangkan Zidan, dia naik ke atas lagi untuk mengambil tas kerja serta dasinya.
Zidan menyodorkan dasinya ke arah Zia yang sudah selesai membersihkan meja makan.
"Kenapa?" Tanya Zia pura-pura tidak tahu maksud Zidan.
"Pasanginlah" ucap Zidan malas
"Emang gak bisa pasang sendiri? Sebelum nikah kan bisa pake dasi sendiri, masak habis nikah jadi gak bisa?"
"Masak udah nikah sama belum nikah sama aja, cepetan pakein! Itung-itung belajar jadi istri yang baik" akhirnya Zia memakaikan dasi Zidan. Sedangkan Zidan, dia sibuk mengamati wajah istrinya yang sedang memakaikannya dasi.
"AW!!" Rintih Zidan saat Zia dengan sengaja mencekiknya dengan menggunakan dasi.
"Sukur Welk" Zia menjulurkan lidahnya untuk mengejek Zidan. Zia meninggalkan Zidan dengan sudah membawa ransel dan tetek-bengeknya. Dia menggambil kunci mobil Bentley Continental GT 2020 lalu kabur menghindari amukan Zidan.
Sedangkan Zidan, dia membenarkan simpul dasinya yang oleh Zia ditarik hingga mencekik leher nya. Zidan berjalan menuju carport tentunya sudah mengunci pintu rumah. Dia sudah memegang kunci mobil BMW I8.
Dilain sisi Zia masih di halaman rumah entah memanaskan mesin atau menunggu Zidan.
Tin!!
Klakson Zia, saat mobil Zidan keluar dari carport. Mendengar klakson mobil Zia secara langsung Zidan menghentikan mobilnya tepat di samping mobil Zia.
"Om, minta uang hehehe" pinta Zia dengan cengengesan sambil mengulurkan tangannya.
"Turun dulu!" Zia langsung menuruti perintah dari Zidan yaitu turun dari mobil. Lalu Zia mendekati Zidan dan mengatungkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
General Fiction"Truth or Dare?" "Ok, dare" jawab gue pasrah. "Lo liat di sana ada pak Zidan?" ucap Dipta kawan setongkrongan ku, sambil menunjukkan ke arah pak Zidan duduk. Hanya dibatasi satu meja di depan meja kami. "Terus?" ucapku curiga. "Tau challenge make y...