Chapter XIII; Daddy-able

4.4K 191 1
                                    

Sesuai dengan janji Azri besok Azri pulang dari Lombok. Dan otomatis Ansell akan pulang dengan di jemput Azri.

Tadi sore Azri sempat menelepon Zia jika besok Azri yang akan ke rumah Zia untuk menjemput Ansell. Pasalnya Azri baru teringat jika mobilnya masih dititipkan di rumah bunda Zia.

"Aunty besok papa jadi jemput Ansell?" Zia menghentikan kegiatan membereskan barang-barang Ansell untuk di masukkan ke dalam koper kecil.

"Iya besok papa Ansell bakal kesini"

"Yah nanti bakal jauh sama Aunty dong?" Mendengar ucapan Ansell Zia menaikkan alisnya sebelah.

"Kan nanti kapan-kapan aunty sama uncle bisa ke rumah Ansell"

"Beneran kata aunty, uncle Zidan?" Tanya Ansell meminta kepastian. Mendengar pertanyaan Ansell Zidan menghentikan sejenak mengecek email masuk dari iPadnya kemudian menatap Ansell.

"Iya kapan-kapan kita main ke rumah Ansell di solo."

"Ansell juga boleh kok sekali-kali nginep lagi disini" ucap Zia

"Tapikan Ansell sekolah disana"

"Ya waktu liburan" ucap Zia sambil mengacak-acak rambut Ansell. Zia menutup koper kemudian ditaruhnya di samping meja nakas.

"Tidur gih besok kan papa Ansell pulang tapi gosok gigi dulu sana di kamar mandi" Ansell langsung pergi ke kamar mandi setelah itu merebahkan diri di tengah-tengah antara Zia dengan Zidan. Zia membacakan buku dongeng milik Ansell. Setelah Ansell tidur dan beres memberesi barang-barang Ansell, Zia mengambil MacBook nya kemudian mulai mengerjakan tugas dari Zidan.

"Tidur, Zi. Udah malem" Ucap Zidan masih sibuk dengan iPad nya.

"Masih jam setengah sembilan, Om"

"Emang gak capek tadi habis keliling Gembira loka?"

"Emang Om juga gak capek dari tadi kan gendong Ansell?" Bukannya menjawab Zia malah balik bertanya.

"Kalo saya capek, emang kamu mau pijat tangan saya?" Tanya Zidan sambil menatap Zia.

"Aku kan lagi ngerjain tugas, om" elak Zia

"Besok aja ngerjainnya"

"Ye.. situ enak tinggal ngoreksi sini ngerjain pontang panting" gumam Zia yang masih bisa didengar oleh Zidan.

"Saya dengar, Zia"

"Tugas dari om itu gak bisa dikerjakan H-1 deadline, jadi harus jauh-jauh hari ngerjainnya" ucap Zia kemudian pergi ke perpustakaan pribadi di lantai bawah sambil membawa MacBooknya.

Tak lama kemudian Zidan pergi ke ruang kerja tetapi malah datang ke perpustakaan pribadi. Melipat kedua tangannya dan bersender di dinding. Sambil melihat Zia mencari buku entah apa. Zia menemukan buku yang dicarinya tetapi buku itu berada di rak atas dan tidak terjangkau oleh tangannya. Zia sudah berjinjit tapi tetap tidak sampai.

Zia mencari sesuatu yang bisa untuk memanjat tapi tidak ada sampai netra matanya menyadari kehadiran Zidan.

"Liat istrinya susah ngambil itu dibantuin ngambil apa gimana kek, ini cuma dilihatin doang" gerut Zia masih bisa didengar oleh Zidan.

"Saya dengar, Zia" Zidan berjalan ke arah Zia, tepatnya di belakang Zia. Posisi mereka sudah seperti berpelukan dari belakang.

"Kalo kesusahan itu minta tolong, bukannya gerutu gak jelas" tangan kanan Zidan mengambil buku sedangkan tangan kirinya berada di samping kepala Zia.

"Nih" Zidan memberikan buku yang dimaksud Zia.

"Sebelum jam setengah sepuluh harus udah tidur" ucap Zidan sambil mengacak-acak rambut Zia, kemudian pergi ke ruang kerja di sebelah perpustakaan lewat pintu penghubung.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang