INDIGO-03

2.6K 423 32
                                    

"Pak Arkan tunggu pak" Reni menghentikan langkah Arkan yang hendak mau memasuki kelas IPA untuk mengajar.

"Ya?"

Keduanya berhadapan, membicarakan sesuatu yang entah membicarakan apa, sebab tidak bisa author ketahui karna author bersembunyi di balik rerumputan, dan jarak mereka lumayan jauh.

Sementara disana ada Tera yang bersembunyi di balik tembok. Ia benar-benar penasaran dengan apa yang sedang keduanya bicarakan.

Ih gak kedengeran, ini kuping gue yang bermasalah apa jarak mereka yang kejauhan si?

Di saat sedang asik mengintip, tiba-tiba seseorang menepuk pundak Tera. "Apaan sih! Diem, gue lagi kepo nih"

Sekali lagi seseorang itu menepuk pundak Tera, yang Tera rasakan hawa dingin, juga ia terkejut saat tangan itu memiliki kuku panjang.

Tera berbalik badan. Mendadak jantungnya seolah terhenti, ia melotot terkejut karna yang kini ada di hadapannya adalah iblis yang menjelma menjadi guru itu.

"Lo? Ta-tadi perasaan..." Tera melirik ke arah Arkan, disana Arkan masih berbincang dengan iblis itu. Tapi mengapa kini iblis itu ada dua? Satu bersama dengan Arkan, dan satu lagi berhadapan dengan Tera?

"I-ini gak mungkin. Ja-jangan deketin gue..." Panik Tera.

"Kenapa Tera? Bukankah kamu yang ingin mendekat dan ingin tahu?"

"JA-JANGAN DEKETIN GUE.. PERGI..."

Tera mundur ketakutan. Ia semakin mundur, sampai berlari di koridor sekolah.

Arkan yang melihat itu segera menyudahi obrolan'nya dengan Reni. Langsung saja ia mengejar kemana arah Tera pergi.

Gadis itu berlari sampai pada ujung koridor. Ia menangis ketakutan luar biasa.

Tera, kelak kamu akan menemukan hal yang tidak pernah sebelumnya kamu temukan. Kamu harus siap, ingat satu hal, Allah melindungimu dimanapun kamu berada.

Ucapan sang ayah terngiang-ngiang di kepala Tera. Ia segera mengangkat tangannya hendak berdoa. "Bismillahirohmanirohim, Allazi yuwaswisu fi sudurin-nas. Minal-jinnati wan-nas."

Iblis itu malah tertawa terbahak-bahak. Ia seolah meremehkan apa yang saat ini Tera lakukan.

"ILMU'MU BELUM SETINGGI GUNUNG DAN SELUAS LAUTAN. AKU TIDAK BISA TERBAKAR HANYA DENGAN BEBERAPA KALIMAT DOA. KAMU TIDAK AKAN PERNAH SANGGUP MELAWANKU, BOCAH INGUSAN"

Kaki Tera bergetar ketakutan. "Cici, lo dimana si? Katanya mau tolong gue? Huaaaaa Cici bantuin gue anjrit gue takut. Bisa-bisa ngompol nih gue"

Arkan yang menemukan Tera disana, ia langsung berlari menghampiri. Sontak iblis itu menghilang begitu saja.

"PERGI JANGAN GANGGU GUE, GUE LAPORIN KE KOMNAS HAM TAU RASA LO IBLIS SIALAN. INI NAMANYA PENGANIYAYA'AN, LO PUNYA KEKUATAN SUPER, GUE GAK PUNYA. GUE CUMAN MODAL TERIAK DOANG. PLISLAH PERGI HIKS...HIKSS"

Arkan menyentuh pundak Tera, "Jangan pegang-pegang. Gak level. Kita beda kasta, lo iblis, gue manusia"

"Bisa-bisanya kamu menganggap saya iblis?"

Tera membuka matanya, ia terkejut saat rupanya yang ada di hadapannya adalah Arkan. Reflek ia memeluk Arkan karna masih ketakutan, "Pak plis saya takut.."

Arkan yang di peluk seperti itu mendadak jantungnya berpacu lebih cepat.

Hening.

"PAK ARKAN NGAPAIN TADI NGOBROL SAMA IBLIS ITU?" teriak Tera tak terkontrol.

"Iblis? Iblis mana? Saya tidak mengerti maksud kamu apa Tera"

Tera menepuk jidatnya kasar. Ia lupa bahwa Arkan tidak seharusnya mengetahui hal ini. Baiklah, ia harus berakting seperti orang bodoh lagi.

"Ituloh maksudnya bu Reni, ngapain bapak ngobrol sama dia?"

"Loh diakan guru, saya guru. Kalau kami berbincang wajar saja"

"Bapak ngobrolin apa sama dia?"

"Kenapa kamu jadi kepo sekali?"

"Bapak jangan deket-deket dia!"

"Loh kenapa? Apa urusan kamu?"

Mampus, bacot apalagi nih gue. Gue sebenernya cuman gak mau pak Arkan jadi korban iblis itu. Gue gak mau ada korban disini.

"U-urusan saya, ya ka-karna..."

"Karna apa?"

"Karna saya suka sama bapak"

Mata Arkan membulat sempurna. Ia terkejut dengan pernyataan itu, tidak hanya Arkan tapi juga Tera. Ia-pun tak mengerti mengapa bisa mulutnya mengatakan hal itu?

Aduh bego banget gue, kenapa gue ngomong gitu coba? TERA BEGO...BEGO...BEGO!!

Keduanya sama-sama diam dalam kebisuan. Jantung masing-masing berpacu lebih cepat dari biasanya.

Perasaan apa ini?

Rasanya tidak mungkin jika Tera benar-benar menyukai guru-nya sendiri. Ini konyol!

....

Karin, wanita itu sedang mondar-mandir tidak jelas memikirkan anak semata wayangnya. Ia benar-benar merasa khawatir dengan keadaan putri'nya.

Perlu para readers ketahui, Karin tidak bisa memiliki anak lagi. Sebab rahim'nya bermasalah sejak setelah melahirkan anak pertamanya.

"Sayang? Kamu kenapa?" tanya Ervan yang memeluk Karin dari belakang.

"Aku kepikiran sama anak kita bih"

"Jangan mikir macem-macem ya sayang, sebentar lagi juga dia pulang"

"Tapi ini udah jam lima sore loh bih, masa belum pulang juga?"

"Sayang, dia bisa jaga diri baik-baik. Percaya sama aku"

Karin memeluk suaminya. Karna hanya dengan sebuah pelukan setidaknya bisa membuatnya tenang.

Tidak hanya Karin, rupanya Ervan juga merasakan hal yang serupa. Tapi ia tak ingin membuat Karin semakin cemas.

"Gimana kalau kita ngaji biar hati tenang sekaligus doain Tera biar dia dalam keadaan baik-baik aja?" Karin mengangguk patuh, keduanya segera mengambil wudhu secara bergantikan lalu mengaji bersama di ruang tengah.

Kenyataan'nya apa yang mereka rasakan adalah sebuah firasat yang saat ini sedang Tera alami.

Apa yang terjadi pada Tera sebenarnya?

INDIGO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang