INDIGO-15

2.1K 369 10
                                    

Arkan tidak benar-benar pulang ke rumah, ia akan menemui Tera hari ini juga dan mengajak'nya untuk pergi ke rumahnya seraya memperkenalkan gadis itu pada kakeknya.

Tin..

Suara klakson mobil terdengar di depan gerbang rumah Tera. Gadis yang semula sedang belajar itu, kini bangkit dari kamarnya dan melihat siapa yang datang lewat balkon kamarnya.

"Tera, kekasihmu datang" ucap Cici.

"Belom. Masih calon. Liat tuh, dia tuh cinta mati sama gue!"

"Apa kau tak merasa di permainkan?"

"Kaga. Dia deket sama si iblis itu sebagai pelampiasan aja karna cemburu liat gue sama Rey waktu itu hampir ciu---. Eh udahlah gue males bahasnya! Bay gue mau temuin dia dulu"

"Benar-benar mirip dengan mama'nya. Barbar macam singa"

Tera langsung saja menuju pintu depan rumahnya lalu membuka pintunya, disana Arkan baru keluar dari mobilnya dan langsung berjalan menghampiri Tera.

"Cari gue ya? Lo udah gak marah kan Ar?"

"Untuk apa marah? Sementara yang menjadi pilihan adalah saya sendiri"

"Hah? Maksud lo?"

"Reyhan meminta kamu menjadi kekasihnya, tapi kamu menolak karna kamu mencintai saya. Benar begitu Tera Ervania?"

"HAH? DARI MAN---" Arkan langsung menarik tangan gadis itu lalu memintanya untuk segera masuk ke dalam mobil. "Lo mau culik gue hah? Lo mau bawa gue kemana?"

"Ikut ke rumah aku. Ada banyak hal yang harus kamu tau"

"Tapi lo sama iblis itu?"

"DIA BUKAN IBLIS TERA! GUA SAYANG SAMA DIA, DIA ORANG YANG GUA CARI" bentak Arkan.

"Maksud lo apa? Lo mainin gue? Lo ajak gue ke rumah lo sekarang mau apa hah? Mau liat acara pertunangan lo sama nenek tua itu?"

Arkan diam saja. Ia langsung menyalakan mesin mobilnya. Beberapa kali Tera berontak, bahkan gadis itu menangis tapi tetap saja Arkan pada pendirian'nya ia tak sama sekali memperdulikan tangisan Tera.

"APASIH SEBENERNYA MAU LO HAH? LO GILA YA MAU SERIUS SAMA NENEK TUA ITU? LO BAKALAN NYESEL ARKAN!"

"Ckck. Berisik sekali gadismu itu Arkan" komentar Ofi.

Tera menoleh ke belakang, "Lo? Lo bukannya temennya Cici?"

"Ya sekaligus teman pria di sampingmu"

"ARKAN, JADI LO....."

"Nanti aku jelasin di rumah ya sayang. Kamu diem aja dulu, bisa kan?"

Tera terdiam. Ia mengusap airmatanya kasar, di sisi lain ia kesal karna Arkan membohonginya, di sisi lain ia juga penasaran dengan apa yang sebenarnya.

.....

Sesampainya di rumah Arkan, gadis itu seperti mendapatkan penglihatan yang masih samar-samar. Kepalanya sedikit sakit, namun masih bisa ia tahan.

"Kenapa sayang?" tanya Arkan khawatir.

"Diem lo! Gak usah sayang-sayang segala. lo udah bohongin gue Arkan! Lo indigo kan?"

"Sejak kapan aku bohongin kamu yang? Kamu emang pernah nanya? Kan enggak. Aku gak nyembunyiin apapun dari kamu, cuman kamunya aja yang belum terlalu jauh kenal aku"

"Pantes aja waktu ada orang kesurupan lo santai-santai aja!"

Arkan memegang tangan Tera, "Aku sayang kamu Ter. Sekarang kita masuk ke dalem ya, ketemu kakek aku"

"Aw romantis sekali. Aku juga ingin di sayang seperti itu" komentar Cici.

"Cici, lo udah tau semuanya? Sialan. Kenapa lo gak kasih tau gue hah?"

"KABUR! AYO OPI KITA PERGI DARI SINI" kedua hantu itu menghilang begitu saja.

Tera benar-benar kesal. Mengapa bisa ia di bohongi oleh banyak hal hari ini?

Arkan membawa Tera menemui kakeknya, ia membuka pintu kamar tempat kakeknya berada disana.

Mendadak kepala Tera sakit saat pertama kalinya ia melihat sang kakek.

"Ter, kamu gapapa?" Arkan nampak cemas.

Biarkan saja Arkan, penglihatannya sedang bekerja. Ia akan tahu semuanya- ujar sang kakek dalam hatinya.

Saking sakitnya, Tera sampai duduk di atas lantai. Penglihatannya mulai memasuki area di masalalu.

Tera mengetahui semuanya!

Penglihatannya menunjukan sesuatu yang tidak sama sekali Tera sangka-sangka.

"Jadi...IBLIS ITU... Sorry, maksud gue nek Reni adalah nenek lo Ar?" tanya Tera tak menduga.

"Nama aslinya Rahayu, dia nenek aku" Jawab Arkan.

Arkan segera membantu Tera bangun, lalu kemudian Tera menghampiri sang kakek dan mencium punggung telapak tangannya.

"Kakek, aku Tera. Pacarnya Arkan" ucap Tera penuh percayadiri sambil sesekali melirik Arkan genit sementara Arkan terkekeh geli melihat tingkah laku gadis itu.

Cantik. Sangat cocok dengan cucuku.

"Ya cocok sih kek, cuman cucu kakek itu gak nembak-nembak saya. Terus jauhin saya selama satu bulan ini. Nyebelin kan kek? Tabok aja palanya!" kesal Tera.

"Enggak aku gak jauhin kamu sayang, aku lagi deketin nenek aku biar dia sadar aja kalau aku adalah cucunya. Tapi iblis yang mengikat perjanjian sama nenek aku itu terus mempengaruhi nenek aku buat ngehabisin aku secepatnya. Malam ini aku sama nenek bakalan ketemu di suatu tempat yang udah aku persiapkan, kamu bisa bantu aku kan?"

"Bantu? Aku harus bantu apa?"

"Bawa kakek kesana juga."

"A-apa? Tapi nanti kakek kamu dalam bahaya. Nenek kamu kan dendam banget sama kek Santoso"

"Justru kakek gak mau berlarut-larut dalam rasa bersalah. Kakek mau minta maaf sama nenek, aku pengen kakek sama nenek baikan lagi dan kita jadi keluarga"

Tera meneteskan airmata haru. Tak menyangka rupanya Arkan masuk dalam kehidupan yang rumit.

Tera dapat melihat banyaknya penderitaan yang Arkan alami sejak dulu ia di tinggalkan oleh kedua orangtuanya

Seandainya saja Rahayu tahu bahwa iblis itu hanya memperalatnya sebagai budak, mungkin Rahayu akan sangat menyesal sebab yang akan ia habisi adalah cucu'nya sendiri, hanya saja iblis itu tak memberitahunya sebab jika Rahayu tahu, pasti ia menolak untuk menghabisi cucunya sendiri. Iblis itu menginginkan Arkan sebagai tumbal berikutnya, sebab memang tujuan kekuatannya adalah darah keturunan dari anak Rahayu sendiri.

"Aku pasti bantu kamu sama kakek" Tera memeluk Arkan. Gadis itu menangis dalam pelukan. Ia benar-benar tak menyangka dengan semua ini.

Ia sekarang tahu tujuan Arkan mengenalkannya pada sang ibunda, sebab hanya ia'lah gadis yang berhasil membuat Arkan percaya bahwa cinta itu ada.

Tera adalah gadis yang berhasil membuat Arkan semangat menjalani hidup.

"Arkan tapi aku takut nek Rahayu bener-bener ngabisin kamu"

"Itu gak akan terjadi sayang. Karna aku cucu'nya"

"Tapikan dia gak tau kalau...."

"Mangkannya kamu jangan terlambat datengnya ya? Bawa kakek kesana tepat jam 7 malem." Tera mengangguk.

Sang kakek tersenyum di kala melihat Arkan yang begitu dalam mencintai gadis dalam dekapannya itu  Ia seperti mengingat Yuana dan Ozi yang saling mencintai, lalu mengikat cinta mereka dengan ikatan suci.

Santoso berharap, pilihan Arkan adalah yang terbaik.

INDIGO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang