INDIGO-11

2.2K 375 42
                                    

Cici hendak naik ke atas pohon beringin, tapi pohon'nya begitu tinggi, dan ia tak pernah sekalipun naik ke atas pohon setinggi itu.

"Apakah tidak ada pohon toge disini untukku nangkring?" gerutunya.

Ia bingung bagaimana cara naik ke atas, Cici bukanlah hantu yang pandai menghilang, terkadang berjalan saja ia lupa bahwa bisa menembus.

"Kau mau ke atas sana?" suara itu membuat Cici menoleh dan mengangguk. "Ayo kita naik, pegang tanganku" Cici menurut lalu keduanya terbang ke atas dan duduk di atas ranting pohon beringin itu.

Pertama kalinya untuk Cici naik ke atas pohon setinggi itu menurutnya. "WAH MENYENANGKAN. BAGAIMANA KAU BISA TERBANG?"

"Memangnya kau tidak bisa?"

"Aku bukan kuntilanak. Bahkan untuk menghilang saja kadang aku lupa mantranya"

"Kau hantu China ya?"

"Iya. Namaku Cici, kau siapa?"

"Aku Ofi,"

"Opi?"

"O-f-i , Ofi"

"Oh iya opi"

"Terserah kau saja. Kau disini punya teman manusia ya?"

"Iya namanya Tera, tapi dia galak sekali, terkadang aku di usir. Untuk masuk kamarnya saja aku harus melakukan tiga hal, pertama mengatakan bahwa dirinya cantik, kedua sama dengan yang pertama, dan ketiga sama saja seperti pertama dan kedua"

"Kau bodoh sekali, intinya saja bahwa kau hanya menggunakan pasword mengatakan dirinya cantik"

"Ya itu maksud ku"

"Kau sudah lama di bumi?"

"Dari Tera berumur 10 tahun, saat itu pula aku berada disini"

"Owh begitu"

Keduanya asik berbincang-bincang mengobrol banyak hal dengan segala pembicaraan yang menurut mereka menarik.

Perkenalan keduanya begitu singkat dan mudah sekali akrab. Sepertinya Ofi cocok berteman dengan Cici, sebab Cici lugu-lugu gemash sepertinya. Tidak seperti Yoya, dan Eliza, mereka sangat bar-bar sekali.

....

Tera menangis di rooftop, bahkan ia tak sama sekali mau masuk kelas untuk mengikuti pelajaran sekolah, bila perlu ia ingin pulang saja rasanya saat ini.

"Tera" suara tak asing itu membuat Tera menoleh dan melirik tak suka.

"Ngapain lo kesini?" ketusnya.

Arkan menghampiri dan duduk di samping Tera, sementara Tera berusaha menyingkir. Namun sayangnya Arkan menahan pergelangan tangan'nya, hingga degan terpaksa keduanya harus duduk bersampingan.

"Kenapa gak ikut pelajaran kelas? Malah nangis disini? Udah pinter kamu?"

"Lo yang bikin gue males ngikutin pelajaran sekolah. Apa maksud lo tadi belain dia? Bahkan lo mau nampar gue? Lo bales dendam gara-gara kemaren malem gue usir lo?"

"Kenapa mikir gitu?"

"Lo suka sama bu Reni?"

Arkan menggeleng. "Berlakulah sopan terhadap guru, seburuk apapun dia, dia berjasa di sekolah" ucap Arkan yang kemudian mengusap kepala Tera.

"Arkan lo itu kalau tau wujud dia sebenernya pasti lo nyesel udah bilang kalau dia berjasa! Dia itu udah tua Ar, lo gak bisa liat pake mata biasa"

INDIGO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang