INDIGO-06

2.4K 415 21
                                    

Jika di pikir-pikir memang benar pak Arkan itu luar biasa tampan, gadis mana yang tak ingin dengannya? Meskipun bernotabe guru, sungguh pria itu masih sangat muda, tidak seperti yang di bayangkan para readers tentang guru yang sudah tua.

Tapi sayang, Tera belum sepenuhnya jatuh cinta pada Arkan. Ia belum yakin dengan perasaannya, maka dengan sangat terpaksa kemarin ia menolak acara tembak menembak perasaan itu.

"Eh kok bengong aja? Di makan dong sayang roti'nya, mau ke sekolah kan?" tanya Karin yang memperhatikan anak gadisnya sedang melamun.

"Paling dia sedang memikirkan Arkan." tebak Cici. Reflek Tera meliriknya dan melotot tak suka, jadi Cici langsung diam takut.

"Jangan so tau mangkannya!"

"Huh kau ini sensitif sekali Tera seperti ibu hamil"

"Lo aja yang bunting sama tuyul"

"Tuyul itu anaknya bu Kunti, aku tidak mau memiliki mertua seperti bu Kunti. Sangat berisik!"

Karin dan Ervan tertawa terbahak-bahak. Cici memang sedikit lucu, walaupun tak pandai melawak tapi setidaknya dia slalu berusaha membuat orang rumah tertawa.

Melihat Cici, terkadang Ervan mengingat sesuatu yang sudah lama hilang.

Lala, ya. Ervan merindukan hantu itu! Berhadap Cici sama seperti Lala, namun kenyataannya mereka memang dua sosok yang berbeda.

"Udah habis sarapan'nya, Tera berangkat ya." Tera bangkit dari tempat duduknya, sebelum berangkat tentunya ia mencium punggung telapak tangan kedua orangtuanya, lalu di akhiri dengan salam. "Assalamualaikum"

"Walaikumsalam" jawab kedua orangtuanya bersamaan.

....

Sesampainya di sekolah, Tera menjadi gugup tak karuan. Ia merasa bersalah sudah menolak Arkan jadinya.

Lihat saja, masih pagi begini Arkan sudah di gerumuti ciwi-ciwi meskipun mereka memotret dan mengagumi secara diam-diam karna tak berani mendekat sebab Arkan terkenal sebagai guru yang tegas dan galak.

Melihat Tera menuju koridor, langsung saja Arkan menghampirinya.

"Tera, tumben kamu berangkat pagi? Oh saya tau. Pasti kamu...."

"Jangan kepedean ya pak, saya berangkat pagi karna saya belum ngerjain tugas dari bapak!"

"Yasudah kerjain di ruangan saya, biar sekalian saya ajarkan. Gimana?"

Disana terlihat para ciwi-ciwi begitu sensi melihat Tera berdekatan dengan Arkan. Pasalnya Arkan meskipun ramah pada murid-murid tetap saja tidak suka banyak bicara, apalagi mengajak muridnya mengobrol.

"Pak Arkan bisa gak, ngomongnya jangan keras-keras. Itu murid lain jadi mikir macem-macem nanti sama saya!" bisik Tera menekankan setiap kalimatnya.

"Oh iya-iya, yasudah saya tunggu di rooftop aja kalau gitu. Biar kita belajar disana, kamu mau kan?"

"KAGA!"

"Kenapa?"

"Saya bisa belajar sendiri"

"Tera, jangan begitu. Saya mau ajarin kamu banyak hal"

"Tentang?"

"Cinta dan kasih sayang" Reflek Tera mencubit lengan pak Arkan. "Awwsh sakit sayang"

Mata Tera membulat sempurna mendengar kata sayang yang Arkan lontarkan. Bisa-bisanya pria itu mengatakan hal yang membuat Tera jadi malu-malu tak karuan.

INDIGO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang