INDIGO-04

2.5K 406 9
                                    

Tera pulang dalam keadaan basah kuyup, tubuhnya bergetar tak karuan. Ia masih dalam keadaan takut.

"Bunda... Ayah... Hiks...hikss"

Mendengar suara Tera di depan rumah, kedua orangtuanya buru-buru keluar menghampiri.

Karin yang melihat keadaan putrinya seperti itu, langsung saja memeluknya dan menangis sendu. "Apa yang terjadi sama kamu sayang? Kenapa bisa gini?"

"A-aku hiks....hiks...hikss"

"Sayang biar kita ceritanya di dalam aja, Tera kamu ganti baju dulu. Biar nanti bi Sum yang siapin air hangat buat kamu ya" ucap Ervan yang ikut khawatir juga.

Ketiganya segera masuk ke dalam rumah. Tera mengikuti apa yang ayah'nya perintahkan, ia membersihkan diri lalu setelah 30 menit kemudian ia kembali ke ruang tengah menghampiri kedua orangtuanya.

Belum sempat bercerita, Tera sudah menangis lebih dulu lalu memeluk bunda'nya.

"BUNDAAAAA HIKS...HIKSSSSS TERA GAK KUAT KAYA GINI HIKS... TERA GAK MAU JADI INDIGO, TERA MAU JADI MANUSIA NORMAL HIKS...HIKS"

"Sayang kenapa kamu ngomong gini, ini takdir kamu?" Karin menatap putrinya lekat-lekat.

Siapa yang ingin seperti ini? Tidak ada!

Tidak ada manusia yang ingin di ciptakan memiliki kemampuan indigo, sebab kemampuan itu bukanlah kelebihan melainkan kekurangan.

Yang memilikinya tidak mudah, mereka akan tersiksa dengan hal yang tidak sama sekali mereka inginkan.

"Sayang, ini semua adalah takdir. Waktu bunda hamil kamu, bunda slalu berdoa dalam hati semoga kemampuan bunda gak nurun sama kamu, tapi Allah berkata lain. Kamu memilikinya, dan kamu harus menerimanya. Sekarang kamu ceritain, hal apa yang terjadi sama kamu? Bukankah kamu sudah biasa dengan makhluk-makhluk mengerikan yang datang sama kamu?"

Tera terdiam sejenak. Ia mengusap airmatanya perlahan, lalu menyeimbangkan deru nafasnya.

"Bun, Tera di kejar iblis sampe Tera jatoh ke selokan gede. Mangkannya Tera basah-basahan gini, mana ujan gede HUAAAA HIKSSSS...HIKSSS"

Ervan malah tertawa tebahak-bahak mendengar itu, sontak Karin langsung memukul suaminya itu.

Ayah macam apa Ervan ini, di saat anaknya sedang menangis ketakutan, ia malah tertawa terbahak-bahak? Ckck. Tak patutlah di tiru bila macam tu.

"Kamu apaan sih bih malah ketawa gitu!" kesal Karin. Sementara Tera memanyunkan bibirnya kesal.

Kini bergantian, Ervan memeluk anak semata wayangnya lalu mengusap kepala anak gadisnya itu.

"Tera, seumur-umur ayah baru denger orang ketakutan sampe jatoh ke selokan HAHHAHAAH."

"Ish ayah malah ketawain Tera lagi! Kesel kesel kesel"

"Jadi sebenernya kenapa bisa kaya gitu?"

"Ya Tera kan takut, Tera mau ngumpet eh gak taunya ada selokan gede, Tera jatoh. Iblis itu serem banget, ngejar Tera sampe jalanan sepi, untung ada Cici. Sekarang dia lagi ngalihin iblis itu. Hiks...hikss"

"Uluh uluh sayang cup cup cup. Anak kesayangan ayah, jangan nangis lagi ya. Begini sayang, setinggi apapun pangkat iblis gak akan ngalahin pangkat Allah yang paling paling paling tinggi. Dia bakalan kalah sama doa, mangkannya kuatin iman kamu"

"Ta-tapi yah, iblis itu bilang katanya Tera itu gak bisa kalahin dia pake doa. Soalnya dia juga gak kebakar pas Tera baca doa, katanya ilmu Tera belum tinggi, belum luas jadi Tera gak bisa hiksss kalahin dia hiks....hiks"

Ervan tersenyum, ia mengusap airmata anak gadisnya. "Itu hanya tipu daya'nya biar kamu berhenti berdoa dan ketakutan. Iblis manapun bakalan takut sama doa. Doa'nya di kuatin lagi ya Tera, kamu di beri kemampuan seperti ini karna kamu bisa, kamu kuat dan kamu mampu"

Tera memeluk sang ayah. Rupanya benar, pelukan paling menenangkan adalah pelukan dari kedua orangtua.

Cici datang dalam keadaan kotor dan bau kotoran kucing. "HUAAAA TERAAAAAA DEMI MENYELAMATKANMU AKU SAMPAI HARUS TERKENA KOTORAN KUCING"

Tera dan kedua orangtuanya menutup hidung masing-masing karna tak sanggup menahan aroma tak sedap dari tubuh Cici.

"CICI SEBAIKNYA LO MANDI DI TOILET UMUM GAIB. SUMPAH LO BAU TAI BANGET!" Tera langsung berlari ke kamarnya.

"Iya bener kamu mandi gih sana Ci, bau" Karin dan Ervan'pun pergi ke kamar mereka.

Cici menangis histeris. "HUAAAA HIKSSSS...HIKSSS JAHAT KALIAN SEMUA. AKUKAN BEGINI DEMI MENYELAMATKAN TERA! HIKSSS...HIKSS"

Flashback on.

Cici melihat Tera yang di kejar-kejar oleh makhluk mengerikan itu langsung saja menghadang makhluk itu.

Awalnya gagal, iblis itu terus mengejar Tera sampai Tera terjatuh ke dalam selokan yang lumayan besar.

"Iblis gila, iblis sialan. Huaaa hikss...hikss" Tera menangis histeris.

Cici langsung menghadap kembali iblis itu, "HEI NENEK TUA YANG JELEK DAN MENYEBALKAN AYO LAWAN AKU."

Tera yang merasa sudah aman karna ada Cici, ia langsung berlari pergi membiarkan Cici saja yang menghadapi iblis itu.

"Kau hantu tidak berguna, ilmu'mu denganku jelas jauh berbeda. Aku lebih tinggi HAHAHAH"

"Jangan tertawa seperti itu nanti gigimu rontok. Lebih baik langsung saja baku hantam'nya di mulai"

"Baiklah, tunjukan kekuatanmu lebih dulu"

Cici mencopot kepalanya dari tempatnya, lalu ia menggerakan kepala itu seraya mengelilingi iblis itu. Sontak iblis itu langsung memanjangkan tangannya, seraya menangkap kepala Cici.

"HEI JANGAN DI TANGKAP SIALAN! JIKA AKU TAK MEMILIKI KEPALA, AKU TAK CANTIK LAGI"

"SEPERTI INI MISALNYA" iblis itu meremas kepala Cici sampai hancur lalu ia jatuhkan begitu saja.

Tapi kepala Cici kembali normal meskipun agak penyok sedikit.

"HANYA SEGITU KEKUATANMU?" tangtangnya.

"Kau lihat ini" Cici menggerakan batu sekitaran lalu melemparkannya pada iblis itu namun sia-sia saja karna iblis itu tak dapat di musnahkan dengan kekuatan biasa dari Cici.

Tanpa Cici sadari ada kotoran kucing yang menempel di batu itu, hingga saat iblis itu membalikan kembali batu tersebut agar menyerang Cici, maka kotoran kucing itupun menempel di tubuh Cici.

"SIALAN! KAU MELEMPARKAN KOTORAN KUCING PADAKU?"

"KAU YANG MELEMPARKAN BATU ITU LEBIH DULU PADAKU KAN? JADI SALAHKAN SAJA DIRIMU SENDIRI, SEKARANG GILIRAN AKU YANG MENYERANGMU!"

Saat iblis itu mengumpulkan kekuatannya untuk menyerang Cici, Cici langsung menghilang begitu saja.

"Hantu tak berguna. Kau bisa apa? Bahkan jika aku mau tadi sudah aku tangkap dirimu. Tapi aku suka dengan hiburan, jadi aku anggap dirimu itu hiburan seraya mengulur waktu untuk menghabisi gadis itu. Aku suka bermain, maka aku akan tunjukan permainan menarik yang tidak akan pernah bisa gadis itu lupakan"

Flashback off.

INDIGO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang