2 tahun kemudian...
Tera lulus. Ia begitu senang dan bangga, bahkan saat ini ia berteriak heboh sekali memeluk Jesica.
Semua ini karna tuntunan dari Arkan. Dulu ia paling malas belajar, namun saat bersama Arkan, ia mau mencobanya dan bahkan belajar menjadi kegiatan menyenangkan untuk Tera.
"Noh pak Arkan noh! Peluk sana" Jesica mendorong-dorong Tera agar menghampiri Arkan.
"Ish apasih lo, gue malu"
"Sama pacar sendiri malu. Udah sana!"
"Lo gimana?"
"Gue mau gabung sama yang lain dulu. Udah gih sana"
Tera berjalan menghampiri Arkan. Ia berdiri tepat di hadapan Arkan saat ini.
"Aku lulus loh"
"Allhamdulillah. Selamat ya sayang"
"Arkan ih jangan sayang-sayang disini, aku malu"
"Akukan sayang kamu, emang kenapa?"
"Ih!!"
"Kamu mau lanjutin kuliah atau nikah sam aku?"
"A-apa? Nikah? Sama kamu? Ka-kamu bercanda suka bikin ngefly heran deh!"
"Aku serius sayang, mau nikah atau kamu lanjutin kuliah?"
Blush. Pipi Tera sudah semakin seperti tomat matang!
Menikah tentunya bukanlah hal yang biasa. Ia harus mempersiapkan diri untuk banyak hal nanti.
Tapi, jika terus berpacaran dengan Arkan, takut-takut semakin dekat dengan jinah.
Jadi.......
"Aku mau nikah sama kamu, tapi mau juga kuliah. Semisal aku minta waktu selesai kuliah kita baru bisa punya anak, apa kamu keberatan Ar?"
Arkan tersenyum simpul. Ia mengusap lembut pipi gadisnya. "Aku setuju, apapun itu, maka aku bakalan slalu terima keputusan kamu"
Keduanya saling berpelukan, membuat guru-guru bahkan murid sekitaran iri jadinya.
Mereka sudah mengetahui hubungan Arkan dan Tera sejak lama. Tidak ada yang bisa melarang keduanya, apalagi menentang Arkan, sebab Arkan resmi pemilik dari sekolah SMA Anugrah. Meskipun ia memiliki hubungan special dengan Tera, tetap saja keduanya profesional jika di sekolah keduanya berprilaku layaknya murid dan guru.
.....
Singkat cerita, kini tibalah saatnya Arkan memasangkan cincin lamarannya pada jari manis milik gadisnya.
Kedua orangtua Tera merestui niat mulia Arkan untuk menikah dengan putrinya, namun mereka meminta agar Tera dan Arkan tinggal di rumah bersama mereka, sebab Tera anak satu-satunya. Mereka tidak mau terburu-buru melepas Tera begitu saja.
Arkan tentu menyetujuinya. Tak salah jika Karin dan Ervan menyetujui pria itu menjadi menantunya, rupanya Arkan sangat bertanggungjawab dan benar-benar mencintai Tera.
Lagipula, Arkan masih kuliah. Ia harus melanjutkan satu tahun lagi, jadi tak masalah jika keduanya harus tinggal di rumah orangtua Tera nantinya.
"Ci, aku kangen kamu. Pasti kamu seneng sekarang liat aku udah mau nikah sama Arkan" gumam Tera laun namun masih dapat Arkan dengar.
"Cici dan Ofi udah tenang di alam sana. Terutama kamu udah ada yang jagain, dan aku udah ada yang bakalan ngurusin. Nanti kalau udah nikah, kita sholat berjama'ah berdua, doain mereka biar masuk surga'nya Allah ta'ala, begitupun dengan nenek sama kakek aku, dan pihak keluarga kamu yang udah gak ada. Ya sayang?"
Tera tersenyum lalu memeluk Arkan. Beruntung rasanya mendapatkan pria seperti Arkan.
Karin dan Ervan ikut terharu dengan moment ini, meskipun Arkan yatim piatu dan pergi melamar Tera tanpa di dampingi siapa-siapa, tapi pria itu tetap datang meyakinkan perasaannya untuk melamar Tera.
Hari silih berganti, bergulir begitu cepat. pernikahan akan segera di laksanakan sekitar satu minggu lagi, dan saat ini Tera sedang memilih gaun pengantin di butik.
Drtt....
Ponselnya berdering, itu dari Arkan.
"Hallo, ada apa Ar?" tanya Tera.
"Kamu dimana sayang? Kata bunda kamu ke butik sendirian? Bener?"
"Hehe, iya Ar. Abis aku gak mau ganggu kamu"
"Aku jemput kamu sekarang ya. Jangan kemana-mana. Diem disitu"
"Tapi...."
Arkan mematikan sambungan telfonnya.
Tera menghela nafasnya kasar. Padahal ia tak apa-apa jika tidak di temani Arkan, sebab ia paham bahwa pekerjaan Arkan itu banyak walaupun puluhan orang kepercayaan bisa mengerjakannya.
"ADUH MBAK GIMANA SIH? MASA INI BAJU PENGANTINNYA JAITANNYA KEBUKA, BUTIK APAAN NIH BEGINI!" umpat seorang gadis yang sedang memilih gaun pengantin.
"Itukan belum beres mbak. Suruh siapa mbak pilih yang itu, kan yang terpajang yang di depan sana."
"Kok lo malah nyolot sih?"
Seorang pria menghentikan keributan itu, dan rupanya pria itu adalah Reyhan.
"REYHAN?" teriak Tera yang kemudian membuat gadis itu juga Reyhan menoleh ke arahnya.
"Mbak maaf atas prilaku calon isteri saya, ayo sekarang kita keluar dari toko ini" ucap Reyhan menarik gadis itu pergi dari sana.
Tera hendak menghentikan, tapi Reyhan begitu cepat pergi.
Jadi Rey mau nikah juga?
Tak di sangka-sangka, sekian lama tak mengetahui kabar Reyhan, rupanya pria itu mau menikah juga dengan gadis yang asing di mata Tera.
"Sayang," Arkan menghampiri, membuat Tera menghentikan lamunannya. "Kamu ngelamunin apa?"
"Tadi aku ketemu Rey, dia sama calon isterinya" jawab Tera jujur.
"Terus, kamu cemburu?"
"Ish Arkan, ya enggaklah! Masa cemburu? Akukan udah punya kamu"
Tera kembali memilih gaun pengantin, yang tentunya di temani oleh Arkan.
Melihat Tera memakai baju pengantin meskipun hanya sekedar mencoba saja, membuat Arkan semakin tak sabar dengan pernikahan keduanya.
Saat Tera berganti pakaian lagi, tiba-tiba ada yang menyentuh pundak Arkan dingin.
Arkan menoleh ke belakang, ia terkejut saat rupanya yang ada di hadapannya kini adalah....
"Hai Arkan apa kabarmu? Untuk apa kau disini? Kau mau menikah? Dengan siapa? Apa aku di undang nanti? Kau tidak lupa kan, aku ini siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO ✓
HorrorSEKUEL DARI MATA BATIN 3 Indigo - Genre : Horor Romance ____________________ Tera Ervania namanya, gadis yang terlahir dari garis keturunan indigo. Kedua orangtuanya yang bernama Ervan dan Karin sama-sama memiliki kemampuan sebagai manusia INDIGO, j...