drei

619 80 1
                                    

stσrʏ вʏ кσsmσstєrвαng




-

"Nedvan, mengapa kita harus berkumpul di sini?" tanyaku pada sepupu tengil yang beberapa waktu lalu menertawakanku di koridor.

"Aku kurang tau. Tapi kata pembimbingku, ini adalah kegiatan wajib setiap bunga-bunga di taman ini mekar." Aku mengangguk, ingin bertanya lagi. Namun, seorang gadis berambut hitam legam menghampiri kami.

"Hai, kau Camelia 'kan?" sapanya membuat aku mengangguk saja.

"Perkenalkan aku Kiana, teman kelas Nedvan." Dia menjulurkan tangannya ke depanku. Aku tersenyum, kemudian menjabat tangannya yang berbalut sarung tangan berwarna biru cerah.

"Camelia," balasku membuat ia terkekeh pelan.

"Aku tau, kau cukup terkenal di kalangan bangsawan." Aku mengangguk saja. Selain karena tak peduli dengan yang Kiana ucapkan, aku juga tidak paham. Maklumi sajalah karena aku baru dua hari di dalam tubuh baru ini.

"Hey! Apakah ini pertama kali kau datang ke acara perayaan bunga mekar?" tanya Kiana membuka topik baru.

"Jika ia sudah hadir beribu kali pada acara ini, pasti kau akan berkenalan sebelum hari ini." Nedvan yang di sampingku menyahuti, seraya fokus pada jamuan yang disediakan.

"Ah iya, kau benar juga. Hm lain kali kau harus tetap hadir di perayaan ini, Cam. Ini sangat seru!" Aku mengernyit, apa serunya?

"Lihat saja nanti." Kiana berbalik, kini memunggungiku karena posisinya yang duduk di depan Nedvan.

Bersamaan dengan itu, beberapa pembimbing yang ditunggu akhirnya tiba serta lima anak bangsawan lainnya ikut mengekori.

Aku diam memperhatikan. Dan tak sengaja pandanganku jatuh pada seorang wanita dengan tudung berwarna merah kecoklatan. Aku mengernyit, bukan karena aku tak mengenalnya, tapi aku merasakan ada hal berbeda dari wanita itu. Entah apa, aku tak tau pasti.

"Apa yang kau perhatikan?" bisik Nedvan membuyarkan perhatianku terhadap wanita bertudung itu.

"Oh, wanita itu?" Aku lagi-lagi mengernyit, aku bahkan belum mengatakan apapun dan Nedvan sudah bisa menebak? Wow! Sepupuku yang terlampau peka!

"Namanya Miss Hanna, dia pembimbing aliran beda." Nedvan kembali memasukkan kue kering ke dalam mulutnya. "Dia pembimbing di bagian obat-obatan, bisa dikatakan semacam tabib. Hanya saja dia sedikit aneh," lanjutnya lalu kembali mengunyah kue di dalam mulutnya.

Aku masih memperhatikan wanita itu. Namun, tiba-tiba wanita itu pergi meninggalkan taman setelah berbicara entah apa kepada seorang wanita yang terlihat sedikit lebih berumur darinya.

"Cam, Miss Oct memanggilmu," bisik Nedvan sembari mencolek lenganku.

Aku sedikit kaget, tapi segera menegak dan menjawab wanita di depan kami yang tengah berpidato.

"Camelia, apa yang kau perhatikan?" Wanita yang dipanggil Miss Oct itu menatapku penuh tanya.

"Tidak ada, Miss. Aku hanya merasa senang karena menghadiri acara perayaan bunga mekar ini untuk pertama kalinya," jawabku sembari menarik sudut bibirku.

Miss Oct menatapku menyelidik, tapi setelahnya ia kembali melanjutkan pidato panjangnya. Seperti melupakan bahwa tadi ia menegur putri kerajaan Alston yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung ini. Hehe ....

"Hei, kau ini kenapa jujur sekali?" Nedvan menyikutku membuat aku menatapnya sinis.

"Aku memang anak yang jujur dan tidak neko-neko asal kau tau," sahutku yang jelas dengan berbisik. Karena jika berisik, maka bersiaplah ditegur oleh Miss Oct yang masih setia berpidato panjang bak sepanjang jalan kenangan.

"Hm aku tidak akan bertanya lagi." Nedvan memperbaiki posisi duduknya, menghadap lurus ke arah Miss Oct di depan podium. Aku hanya melirik malas wanita dengan gaun panjang menjuntai itu, kemudian beralih melihat ke tempat para pembimbing yang duduk tenang.

"Ned, ke mana Miss Hanna?" tanyaku tak mengalihkan pandangan dari deretan kursi berwarna emas itu.

"Kenapa kau mencarinya?" Nedvan mendekatkan wajahnya ke arah telingaku, "bukankah tadi kau tidak peduli apapun?"

Wahai sepupu tengilku yang jelas tidak kusayangi, bisakah kau tidak terlalu dekat? Ini meresahkan tau!

"Menyingkir kau! Aku tidak akan mengajakmu bicara dua menit!" Aku mendorong wajahnya menjauh, ingin sekali rasanya aku menoyor otaknya itu, tapi karena aku masih baik jadi ya lupakan saja.

"Kau aneh!" Nedvan tak melanjutkan, ia malah menyisir rambutnya ke belakang dengan jemari. Kemudian kembali memperhatikan Miss Oct yang ah sudahlah.

Melihat Nedvan yang diam dengan serius, akupun meneladaninya. Namun bedanya, aku kembali menyapu pandangan pada deretan kursi berwarna emas berisikan para pembimbing.

"Baiklah, sepertinya ada sesuatu yang Miss Hana kerjakan. Jadi, acara ini akan diundur hingga malam tiba," ujar Miss Oct tiba-tiba setelah seorang pria berpakaian ala bangsawan pada umumnya membisikan sesuatu kepada Miss Oct.

"Hmm kalian boleh bubar. Sekian terima kasih dan selamat sore." Miss Oct mengakhiri pidatonya, kemudian turun dari podium dan berjalan ke arah kursi tempat para pembimbing.

"Ned, kita ke mana?" tanyaku membuat Nedvan yang mengobrol dengan Kiana jadi menoleh.

"Diam di sini, apalagi?" Aku merotasi bola mata. Ya Tuhan! Kenapa sepupuku ini tidak pintar?

"Kau tidak berminat mengajakku berkeliling sekolah?" Dasar aku! Masih saja niat bertanya.

"Tidak. Lebih baik kau segera mencari letak kelasmu," sahutnya santai sembari melanjutkan obrolannya dengan Kiana. Aku merenggut hendak beranjak, tapi tangan Nedvan menarik lenganku membuat aku kembali duduk.

"Hei, nanti aku temani, Cam. Sekarang kita makan dulu." Aku mengangguk saja, karena sejujurnya aku mulai lapar.

"Aku akan mengambil bekal di kelas, apa kau ikut?" tanya Kiana pada Nedvan yang masih mencomoti kue-kue kering di hadapannya.

"Sudahlah Kiana, kau pergi duluan saja. Jika menunggu Nedvan ini pasti lama," ujarku membuat Kiana tertawa kecil sembari menutupi mulutnya dengan telapak tangan.

"Baiklah, aku pergi ke kelas duluan. Daaah!" pamit Kiana kemudian berlalu pergi dari hadapan kami.

Aku masih memandangi punggungnya hilang di balik gerbang besar itu. Sebelum akhirnya aku melihat dua orang juga melintasi pintu itu dengan arah berlawanan.

"Ned, siapa laki-laki dan perempuan itu?" tanyaku tanpa menunjuk ke arah dua orang yang berjalan mendekat ke arah kami.

"Tenang saja dia akan memperkenalkan diri sekarang," jawab Nedvan santai, masih asik dengan kue-kue itu.

"Ehem!"

Aku hampir latah menyebut nama hewan kesukaanku. Apalagi jika bukan ayam, hehe ....

"Siapa?"

"Kau yang namanya Camelia?" tanya perempuan itu tanpa menjawab pertanyaanku. Sedangkan laki-laki di sampingnya sudah mengambil tempat di depanku.

"I-iya, ada urusan apa?" Kenapa aku gagap?

"Ah ternyata benar. Gain dia orang yang kau cari," katanya tanpa mengalihkan pandangannya dariku.

"Kau boleh pergi!" Lelaki di depanku ini menyuruh perempuan tadi pergi. Dan tanpa membantah, perempuan itu sudah berbalik melangkah pergi.

"Ada perlu apa?" ulangku membuat pemuda di depanku ini tersenyum saja. Sebentar, apakah aku boleh pingsan? Senyumnya manis sekali huhuuuuu ....

"Hei! Kau juga pergi!" Pemuda itu kini beralih menatap Nedvan yang entah kenapa juga tak membantah. Dengan piring kue kering di tangannya, Nedvan segera bangkit dan melangkah pergi dari taman.

Sekarang, hanya ada aku dan pemuda di depanku ini. Karena kerumunan tadi sudah meninggalkan lapangan.




A/n:

Bantu temuin typo ya man teman dan jangan lupa voment xixixi😄

Salam hehew😉

💎sechsten Mai zweitausendeinundzwanzig

Because Of A Reincarnation✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang