elf

156 22 0
                                    

stσrʏ вʏ кσsmσstєrвαng






-

Pagi ini cuaca sangat cerah, membuat aku tak perlu mandi air hangat yang disiapkan Sirli. Aku mandi dengan air kolam yang masih alami dengan bebatuan pualam di sekitarnya. Airnya terasa sangat sejuk. Kata Sirli, air itu berasal dari sungai pegunungan terbesar di kerajaan Alston.

Tadinya aku sampai membayangkan jika pegunungan itu akan sangat indah dengan pepohonan dan bunga-bunga langka yang tumbuh subur di atas tanahnya. Tapi Sirli malah mengatakan bahwa pegunungan itu sudah lebih dari 500 tahun tidak pernah ada yang mendakinya lagi.

"Mengapa tidak ada yang mendakinya lagi?" tanyaku penasaran karena baru tau ada berita unik seperti ini yang ku dengar, selain sihir tentunya.

"Seperti yang saya dengar dari beberapa orang, pegunungan itu sekarang memiliki penghuni. Katanya penghuninya itu seram sekali!" cerita Sirli dengan menjiwai.

"Bagaimana orang itu tau?" tanyaku lagi setelah geleng-geleng tak menyangka.

"Aku tidak tau, Tuan Putri. Karena aku hanya mendengar cerita itu seperti angin lewat saja." Sirli mengedikkan bahu, lantas berdiri setelah selesai mengecat kukuku.

"Sudah selesai, Tuan Putri. Saya pamit undur diri," ucapnya membungkuk sejenak, lalu pergi begitu saja.

Ha ... sepertinya aku memang harus mencari informasinya sendiri. Tidak masalah! Aku akan pergi ke perpustakaan kali ini juga.

***

Dua jam sudah aku lewati menguak semua buku sejarah yang ada di perpustakaan kerajaan Alston ini membuat aku mengantuk. Sedari tadi aku hanya menemukan lembaran tak berarti, ah maksudku lembaran yang tidak dapat membantuku.

Aku lelah jika harus membaca beberapa lagi, otakku rasanya seperti ingin pecah. Bagaimana tidak? Dalam dua jam ini aku membaca banyak sekali buku sejarah kerajaan Alston, dari raja pertama hingga sekarang. Rasanya aku menyerah saja.

"An, tadi apa yang kau cari?" Aku menoleh, lupa jika arwah Camelia sedari tadi memang bersamaku.

"Pegunungan terbesar."

"Aku menemukan satu pegunungan namanya Doorway, pegunungan yang mengalirkan sumber mata air bagi kerajaan Alston." Aku menatap arwah itu takjub.

Lihat saja, dalam berwujud arwah saja dia sudah menunjukkan dirinya yang jenius dalam pelajaran. Apalagi jika dia berwujud manusia, woah aku impressive. Mari kita mundur alon-alon!

"An, ada lagi yang kau cari?" Aku mengangguk mengiyakan.

"Apa?"

"Sekolah kita." Arwah itu mengernyit, mungkin dia heran kenapa aku mencari informasi tentang sekolah itu.

"Cari saja, Cam." Arwah itu mengangguk saja tanpa banyak protes. Ia kemudian kembali membaca bukunya.

"Kau beruntung, Antonia. Penjelasan tentang pegunungan itu berkaitan dengan sekolah kita," ujarnya membuat aku terbelalak. Wah wah kejutan apa lagi ini?

"Di sini dikatakan bahwa air dari pegunungan juga mengalir ke sekolah kita. Eh sebentar!" Aku mengernyit, tapi memilih menunggu arwah Camelia melanjutkan.

"Kau pernah dengar bunga yang tumbuh hanya satu kali setahun?" tanya arwah Camelia tanpa mengalihkan tatapannya dari buku yang ia baca.

"Aku lupa, tapi sepertinya aku pernah mendengar Miss Hana maupun Mister Green membawakan pidato mengenai bunga itu. Hmm memangnya ada apa dengan bunga itu?"

"Aku tidak tau pasti, An. Di sini hanya tertulis, 'Bunga yang hanya tumbuh satu tahun sekali merupakan salah satu keajaiban yang dimiliki oleh pegunungan Doorway. Selain itu, bunga itu tidak tumbuh di pegunungan melainkan tumbuh di dalam ruangan tertutup di Alston Academy.'" ucap arwah Camelia sembari membalikkan halaman buku ke halaman sebelumnya.

"Di sini juga tertulis,'Alston Academy merupakan sekolah tertua di kerajaan Alston. Didirikan pada tahun XX dan menjadi sekolah pertama di kerajaan Alston.'" lanjutnya membuat otakku jadi berpikir.

"Jika tahun itu, berarti yang memimpin kerajaan Alston waktu itu adalah Xweiloy, raja kedua setelah Einwartoy," ucapku dan diangguki oleh arwah Camelia.

"Jadi, apa kesimpulannya?" tanya arwah Camelia membuat aku juga bingung, seraya mengedikkan bahu.

"Jadi tadi buat apa kau susah-susah mencari tau ini itu?" herannya yang hanya kubalas cengiran.

"Mm sebenarnya tujuanku mencari ini adalah aku ingin tau apakah pegunungan Doorway itu tempat yang sama dengan yang di duniaku. Secara kau tau kan, jika aku meninggal karena terjatuh ke dalam jurang?" Kali ini arwah Camelia mengangguk. Ia sudah tau karena aku sudah menceritakannya tempo hari.

Sebentar. Kok aku bingung ya?

"An, kau tau nama bunga itu?" tanya arwah Camelia yang kembali membaca bukunya.

"Namanya amaryllis, bunga ini ..."

"Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Beracun. Dan kau tau? Itu artinya ... tapi ini hanya kemungkinan saja. Menurutku, Gain tau tentang bunga ini. Karena ..." Arwah Camelia seperti ragu melanjutkan, tapi aku sudah bisa menebak maksud ucapannya.

"Jadi menurutmu, Gain meracunimu dengan mengambil sari bunga ini?" Arwah itu mengangguk, tebakan yang tepat.

"Ah aku bingung!"

"Tidak perlu khawatir, Cam. Aku akan bertanya besok pagi kepada Gain. Aku harus memaksanya memberitahuku." Aku tersenyum layaknya devil, tapi menurut arwah Camelia itu lebih mirip senyum orang sakit gigi.

"Kau jahat sekali, Cam." Aku merasa tersakiti dan itu tidaklah keren!

"Haha aku hanya bercanda, jangan bawa serius," ujarnya diiringi tawa renyah.

Entah kenapa aku malah ikut tertawa, memangnya apa yang lucu? Ah kewarasanku sepertinya perlu dipertanyakan, hiks.


"HEI CAMELIA!"

Aku terjungkal begitu saja dari kursi yang kududuki. Lihatlah, siapa yang datang. Siapa lagi jika bukan sepupu tengil yang tak pernah berguna ini, cih!

"Kau tidak apa-apa?" Aku menepuk bagian gaun yang terkena debu lantai, kemudian menatap sinis ke arah Nedvan yang tidak merasa berdosa sedikit pun karena telah membuatku terjatuh.

"APA-APAAN KAU INI?! JIKA AKU PATAH TULANG KARENA TERJUNGKAL TADI BAGAIMANA HAH?!" semprotku membuat dia menatapku datar.

"Kau hanya perlu pergi pada Miss Hana, dia akan menyembuhkan patah tulangmu," ujarnya sembari duduk di kursi di sampingku.

"Dasar sepupu menyebalkan!" Nedvan mengabaikanku, ia mulai meraih salah satu buku besar yang tergeletak di meja.

"Apa ini? Sejak kapan kau suka dengan sejarah?" tanyanya beruntun membuat aku memutar bola mata, malas menanggapinya.

"Jangan banyak tanya, aku sedang belajar!" Aku kembali fokus pada bacaanku, mengabaikan Nedvan yang mengernyit minta penjelasan dan juga arwah Camelia yang tertawa tanpa dosa.

Dasar, keduanya menyebalkan huh!








💎sechsten Mai zweitausendeinundzwanzig

Because Of A Reincarnation✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang