zwölf

141 20 0
                                    

stσrʏ вʏ кσsmσstєrвαng







-

Duduk di taman sekolah dengan keadaan sepi melompong membuatku dengan mudah mengamati berbagai jenis bunga. Kini ada Idalina dan Kiana yang menemaniku. Mereka memaksa ikut karena ingin tau juga jenis-jenis bunga di taman ini.

Sebenarnya aku bukan mau menghapal jenis bunga, melainkan aku sedang mencari bunga amaryllis itu. Yah walaupun kemarin Miss Oct menyuruhku menghapal, tapi aku tidak mau. Biarkan saja pembimbing satu itu resah, daripada aku yang dibuat resah. Hayoo jika kalian jadi aku, kalian pilih yang mana? Hohoho!

"Eh Cam, ini bunga apa? Warnanya cerah sekali, aku menyukainya!" seru Kiana dari tempatnya berdiri. Sementara aku di tempatku hanya mengedikkan bahu, tak tau.

"Itu kamboja, awas bunga itu bergetah." Idalina yang menjawab, tapi aku juga yang dengar membuat aku segera bangkit dan menghampiri Kiana yang merunduk pada bunga di depannya.

"Wah benarkah ini kamboja? Kenapa berbeda sekali?" Idalina yang berada di samping Kiana jadi mengernyit, begitupula dengan Kiana.

"Eh? Apa pertanyaanku salah?"

"Mungkin." Keduanya kompak menjawab.

Hey! Jawaban macam apa itu? Memangnya ini jenis kamboja apa sampai memiliki mahkota seperti kelopak bunga mawar. Ya ya katakan aku gila karena mengatakan itu, tapi memang itu kenyataannya.

"Aku baru kali ini melihat bunga kamboja mirip mawar," kataku tak tahan memendam sendiri keherananku.

"Cam, apa kau tidak tau bunga jenis ini? Ini bunga buatan tau." Idalina menyentuh kelopak bunga yang ia sebut kamboja itu.

"Apa ini menggunakan sihir juga, Dalin?" tanya Kiana yang ikut memperhatikan.

"Kau percaya sihir?" Kali ini aku angkat suara, pasalnya Kiana tidak mengetahui tentang sihir. Mm ralat, mungkin ia yang tak pernah bercerita padaku.

"Iya aku percaya karena pernah melihatnya," jawabnya membuat aku ber-oh panjang. Sementara Idalina hanya diam.

"Dan kau memiliki sihir?" tanyaku lagi dan kali ini dibalas gelengan oleh Kiana.

"Lantas di mana kau melihatnya?" Idalina ikut dalam percakapan, mungkin ia juga mulai penasaran.

"Akan ku beritahu. Ini rahasia di antara kita bertiga, janji?" Kiana memajukan tubuhnya, membuat kami mengangguk saja.

"Ayahku memilikinya, aku pernah melihat dia membuat sofa di ruang kerjanya mengambang beberapa meter," bisiknya.

"Untuk apa ayahmu membuat sofa itu mengambang?"

Ah Idalina ini, tidak bisakah diam saja dan dengarkan? Dia ingin mengetahui urusan pribadi orang saja ckck.

"Aku tidak tau pasti, karena waktu itu terlalu syok melihatnya jadi aku berlari kabur," jawab Kiana sembari menyengir malu.

"Cerita yang menarik."

Eh?

Kami bertiga menoleh dan mendapati pemuda itu bersedekap dengan takzim. Jangan lupakan seorang gadis di sampingnya, ia menatap kami datar.

"Gain? Viola?" Kiana bersuara, ia kembali menyengir. Sementara aku dan Idalina diam saja, tapi jelas bertanya-tanya mengapa Gain dan Viola berada di sini.

"Ah aku dan Viola ada perlu dengan Camelia. Tadi Nedvan yang memberitahuku bahwa Camelia berada di sini," jelas Gain sembari menatapku.

"Ah oh iya, silakan ambil saja Camelia." Kiana mendorongku maju agar melangkah mendekati Gain.

Because Of A Reincarnation✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang