stσrʏ вʏ кσsmσstєrвαng
-
Aku dan Nedvan datang tepat waktu ke sekolah sebelum para pembimbing masuk ke kelas. Sekarang aku sudah berada di kelas yang sebelumnya aku tak mengetahui letaknya. Tadi saja aku lupa bertanya pada Nedvan membuat aku harus berkeliling bangunan besar ini beberapa saat.
Jika kalian bertanya mengapa Nedvan tidak mengantarku ke kelas? Maka jawabannya adalah karena dia tengil alias sepupu menyebalkan yang pernah kumiliki.
Dia bahkan membiarkan aku kebingungan sendiri. Dengan santainya dia melambai ke arahku tadi saat tiba di gerbang. Sungguh menyebalkan, huh!
Namun, untungnya tadi aku bertemu dengan gadis yang kemarin bersama pemuda bernama Kinsey. Entahlah aku harus memanggilnya apa, Gain atau Kinsey? Dia terlalu banyak nama.
Gadis itu menyapaku dan setelahnya bertanya kelasku di mana. Aku hanya bermodalkan nama pembimbing, menyebutkan nama Mister Green.
Setelahnya ... yeah! Aku sampai di kelas bersama mereka. Ternyata kami sekelas, hehe ....
"Camelia!"
Aku tersentak mendengar namaku diteriaki. Ya ampun, apakah aku berbuat kesalahan?
"Iya, Miss?"
"Kau mendengarkan apa yang saya katakan?" tanya Miss Oct yang berdiri di depan sana.
"Err ..." Aku menggaruk tengkuk yang tak gatal, aku merasa kikuk.
"Kau tak tau?"
Baiklah jujur saja, aku akhirnya mengangguk, mengiyakan.
"Apa sebenarnya tujuanmu ke sekolah? Kau ini putri bangsawan kerajaan Alston, tapi tingkahmu tidak menggambarkan demikian!"
Aih, ini aku kena semprot? Enak banget ya Miss-ku ini ngomel-ngomel. Apa salahnya untuk mencoba menjelaskan ulang. Huh, menyebalkan!
"Kau dengar, Cam?!" Aku terkejut, lupa jika Miss Oct masih mengeluarkan rentetan omelan kepada ku.
"Ah iya Miss, saya tidak akan ulangi lagi. Maaf," kataku berharap Miss Oct tidak kembali mendengungkan omelan.
"Sudahlah, mood saya untuk melanjutkan materi sangat buruk. Pelajaran kali ini kita akhiri di sini."
"Baik, Miss!" Seluruh penghuni kelas menyahut kompak.
"Dan untuk kamu, Camelia. Pertemuan selanjutnya kamu harus sudah menghafal jenis tanaman yang hanya tumbuh pada musim dingin!" Aku mengangguk saja, tak mau dia berlama-lama lanjut mengomeliku lagi.
"Baiklah, sekian dan sampai jumpa di pertemuan berikutnya!" Miss Oct berjalan dengan angkuh keluar kelas, itu sudah cukup mendeskripsikan bahwa dia wanita yang suka sekali mencari kesalahan muridnya.
Hey! Aku tidak membela diri, hanya saja tadi aku tak tau apa salahku. Hanya tidak memperhatikan beberapa menit, tapi tegurannya lebih dari itu. Bahkan sampai membawa-bawa nama kerajaan orang, cih!
"Hey! Aku memangggilmu dari tadi!" Aku menoleh, mendapati Kinsey yang sudah duduk di sampingku.
"Iyakah?" tanyaku sembari mengerjap dengan polosnya.
"Jangan sering melamun, itu tidak baik." Aku mengangguk saja, malas berdebat.
"Hm ... aku belum berkenalan dengan gadis yang tadi bersamamu," kataku mengalihkan topik.
"Dia adikku," ucapnya membuat aku ber-oh pelan dengan panjang. Padahal dalam hatiku mengatakan, 'aku tidak bertanya'.
"Siapa namanya?" tanyaku lagi.
Kinsey terkekeh,"Nanti kau akan tau," katanya kemudian.
Aku merotasi bola mata, terserahmu sajalah. Aku malas mengobrol lebih lanjut denganmu.
"Benarkah?"
"Ha?" Aku bengong, dia bertanya apa?
"Kau malas mengobrol denganku yang adalah calon tunanganmu ini?" tanyanya dengan embel-embel calon tunangan.
"Jika iya kenapa?" Kinsey terlihat bibirnya terbuka sedikit, apa yang salah?
"Jangan seperti itu, kau ini terlalu polos atau memang bodoh," ujarnya atau lebih tepatnya dia sedang mengejekku?
"Apa ha apa?! Aku tidak mengerti kau mengatakan apa!" Aduh bunda ... aku jadi ngegas kan itu hiks.
"Baiklah, aku tidak mem──"
"Kau membaca pikiranku lagi, 'kan?" potongku membuat Kinsey mengangguk dengan wajah tanpa dosanya.
Anak siapa coba?! Duh inginku cekek saja rasanya tuh leher.
"Tidak akan lagi, aku janji." Aku meliriknya yang kini mengacungkan tangannya ke arahku. Kemudian kali ini menggenggam jarinya yang lain, hanya menyisakan jari kelingking.
"Bagaimana?" tanyanya masih pada posisinya.
Aku mengangguk, lantas mengaitkan kelingkingku dengan kelingkingnya. Kinsey tersenyum menatapku membuat aku sedikit salah tingkah. Oh tidak tidak Camelia ini harus kalem, ya kalem girl!
"Gain!" Gadis yang baru ingin aku tau namanya ternyata datang sendiri ke arahku dan Kinsey. Dia berdiri di hadapan kami yang tengah duduk.
"Ada apa, Viola?" tanya Kinsey dengan alis bertaut.
Oh ternyata nama gadis ini Viola, hmm ... nama yang bagus. Mungkin gadis ini menyukai warna violet, hehe ....
"Kau harus ikut denganku!" Kinsey masih mengernyit heran, lantas segera berdiri dengan ekspresi yang sudah berubah 180°. Entahlah kenapa dia mendadak panik, yang jelas aku tidak begitu peduli.
"Baiklah, segera ke ruang Miss Hana." Kinsey dan Viola berlalu pergi dari hadapanku tanpa pamit. Hiks, tidak punya sopan santun!
Hm, tapi apa peduliku? Jelas itu bagus untuk aku bisa berbaur dengan anak kelas lainnya. Sebentar, tadi aku mendengar Kinsey menyebut ruang Miss Hana. Memangnya mereka mau ngapain ke sana?
Aduh, jiwa kepoku sepertinya ingin aku mencari tau huh! Baiklah, ayo kita menyusul mereka ke ruang Miss Hana! Hehe aku merasa sangat bersemangat.
"Permisi, apa kau Camelia?"
"Ha? Ah iya aku Camelia, ada perlu apa?" tanyaku balik membuat gadis di hadapanku ini tersenyum.
"Ikut aku!" Aku mengernyit, mengenalnya pun tidak, mengapa aku harus mengikutinya?
"Kenapa aku harus mengikutimu?"
"Nanti akan dijelaskan, sekarang ikutlah terlebih dahulu. Ini penting!" Tanpa menunggu persetujuanku, gadis dengan gaun berenda itu menarikku untuk mengikutinya.
Aku tertarik pasrah, melupakan misiku untuk mengikuti Kinsey dan Viola yang pergi ke ruang Miss Hana.
A/n:
Takut a/n nya kebanyakan jadi negbosenin😟
💎sechsten Mai zweitausendeinundzwanzig
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of A Reincarnation✔
FantasíaReinkarnasi menjadi kalangan bangsawan bukanlah keinginan Antonia. Ia lebih memilih untuk menjadi rakyat biasa yang perannya tidak perlu berpikir keras. Namun, takdir tak memihak padanya kali ini. Takdir membawanya masuk pada tubuh seorang putri ban...