stσrʏ вʏ кσsmσstєrвαng
-
Hari ini aku tidak pergi ke sekolah. Karena kemarin pulang terlalu larut membuat ibuku tidak mengizinkanku pergi ke sekolah dulu.
Hm, sebenarnya bukan itu alasannya. Ibuku bilang tadi malam ingin menghabiskan waktu bersamaku hari ini sampai sore. Dia ingin aku menemaninya menikmati senja sambil minum teh.
Sekarang, aku sudah duduk manis di salah satu bangku taman dengan meja bundar khusus tempat minum teh. Dengan ibuku di hadapanku serta jangan lupakan Nedvan yang berada di sampingku sibuk menyeruput tehnya.
Lihatlah, sepupu siapa sih ini? Dia bahkan tidak pernah absen pada acara jamuan seperti ini, terlebih lagi adanya kue kering yang menjadi cemilan favoritnya.
Baiklah, abaikan Nedvan. Omong-omong, selain Nedvan yang ada di sini, di sisi kananku ada arwah Camelia. Dia duduk dengan tenang sambil menikmati bunga-bunga taman yang tampak mekar.
Aku kadang masih tidak percaya jika aku berada pada tubuhnya. Itu rasanya sangatlah aneh. Jujur saja, aku lebih suka berada pada tubuh asliku. Tubuh ini terlalu sempurna untuk ditempati oleh diriku yang hanya seorang anak pelayan di duniaku.
Hei, jangan ada adegan mewek dong! Aku sedang jaga image di hadapan ibu dan sepupu laknatku loh, hmm.
Ah aku bingung, kenapa semuanya diam? Aku mana bisa mencairkan suasana hening seperti ini. Terlebih lagi aku tak pandai mencari topik pembicaraan. Maklumlah ya, kebiasaanku di dunia sebelumnya hanya membaca buku, sekali-dua kali mengobrol dengan anak majikanku itu. Itupun aku hanya menyahut perihal apa-apa yang mereka suruh kepadaku.
Hmmm. Miris sekali ya. Jadi, apa yang akan aku lakukan sekarang?
"Cam, apa kau baik-baik saja?" tanya ibuku membuat aku bersyukur. Kenapa bersyukur? Karena ia memulai percakapan.
"Aku baik-baik saja, Bu. Hanya saja aku sedikit lapar," jawabku seraya melirik kue kering yang masih setengah toples itu. "Mm kue kering itu tidak cukup untukku. Lihat saja, Bu, Nedvan sudah menghabiskannya separuh."
Ibuku terkikik geli mendengar penuturanku. Sementara sepupu tengilku itu tak menghiraukan kalimatku, bahkan tanpa merasa berdosa sedikit pun, ia melanjutkan mengemili kue-kue itu dengan santai.
Wah! Sepupu siapakah itu? Baiklah, kuakui dia sepupuku, tapi dia tengil dan tidak punya hati, sekian ....
"Kau mau apa, Cam?" Ibuku menyudahi kikikannya, kini beralih menatapku dengan senyum terukir di wajah cantiknya.
"Aku ingin makan ayam, Bu. Ayam pengangguran," ucapku bercanda, tapi ibuku malah menanggapinya dengan serius.
"Ayam jenis apa itu, Cam?"
Aku langsung tertawa keras, tak peduli dengan Nedvan bahkan arwah Camelia yang mendelik ke arahku. Keduanya seperti mengataiku 'gila'.
"Tidak Ibu, aku hanya bercanda. Aku ingin makan nasi saja Bu, dengan lauk ayam panggang." Ibuku mengangguk dengan kekehan menyertainya, mungkin tak menyangka jika tadi aku mengeluarkan lelucon garing.
Sangat garing sehingga jangkrik pun enggan untuk berbagi tawa. Tapi sudahlah, kali ini aku akan makan enak lagi yeay!
"Baiklah, Cam, ikut Ibu ke dapur!" titahnya membuat aku tersenyum lantas segera mengekori ibuku itu.
Sesampainya di dapur, ibu memanggil koki andalan kerajaan ini. Aku hanya memperhatikan di dekat pintu dapur bersama dengan arwah Camelia yang ternyata ikut membuntutiku.
"Ada apa, Yang Mulia Ratu?" tanyanya setelah berada di hadapan ibuku.
"Buatkan makanan spesial untuk Camelia dan Nedvan!" Pria dengan topi chef itu mengangguk menanggapi.
"Ibu, aku ingin ayam──"
"Itu sudah termasuk menu keinginanmu, sayang," potong ibuku membuat aku membeo riang.
"Baiklah Ibu, aku serahkan semuanya kepadamu." Aku tersenyum usai mengatakan kalimatku. Sementara ibuku mengusap rambutku dengan sayang.
"Jika demikian, mari kembali ke tempat tadi. Ibu ingin bercerita banyak hal kepadamu, sayang." Aku mengangguk, lalu mulai melangkah beriringan bersama ibuku, dan tak lupa dengan arwah Camelia melayang satu meter di belakangku mengekori.
***
💎sechsten Mai zweitausendeinundzwanzig
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of A Reincarnation✔
FantasyReinkarnasi menjadi kalangan bangsawan bukanlah keinginan Antonia. Ia lebih memilih untuk menjadi rakyat biasa yang perannya tidak perlu berpikir keras. Namun, takdir tak memihak padanya kali ini. Takdir membawanya masuk pada tubuh seorang putri ban...