zweiundzwanzig

51 13 0
                                    

stσrʏ вʏ кσsmσstєrвαng

-

Derap langkah wanita bertudung merah kecoklatan itu tergesa-gesa. Tak menghiraukan beberapa sapaan dari anak muridnya yang baru keluar kelas. Kilatan matanya tajam lurus ke depan. Seperti sedang menahan emosi.

Dia terus melangkah hingga berhenti di depan pintu kelas yang tertutup rapat.

Tanpa berlama lagi, ia mengetuk pintu itu. Dan seketika pintu itu terbuka dengan sendirinya.

"Miss Hana?" Miss Yo menoleh ke arah pintu yang terbuka. Kebetulan ia sedang mengajar di kelas itu.

"Saya ada urusan dengan Camelia," kata Miss Hana langsung ke intinya. Ia tak menatap Miss Yo, melainkan tatapannya lurus pada Camelia yang duduk di samping Idalina.

"Ada urusan apa, Miss? Jika tidak terlalu penting, sebaiknya setelah kelas saya selesai." Miss Hana menoleh ke arah Miss Yo yang berbicara.

"Sangat penting. Ayo, Camelia!" Miss Hana menatap tajam Miss Yo, kemudian tanpa kata lagi berbalik pergi meninggalkan suasana awkward di belakang.

"Permisi, Miss," pamit Camelia seraya bangkit dari duduknya lalu pergi keluar kelas menyusul Miss Hana.

'Mengapa dia mencariku? Apa dia akan bertanya tentang laptopku itu?' pikirnya seraya mempercepat langkah mengekori Miss Hana yang masuk ke ruangannya.





"Ada apa Miss?" Camelia bersuara setelah Miss Hana duduk di kursinya.

"Mengapa kau berbohong tentang benda itu?" tanyanya membuat Camelia mengernyit.

"Kau mengatakan bahwa benda itu bukan milikmu. Apa maksudmu sebenarnya?" lanjut Miss Hana.

"Ah soal itu? Aku tidak berbohong." Camelia menjawab dengan tenang sembari duduk di depan Miss Hana.

"Aku Camelia bukan Antonia. Lagian siapa sih Antonia? Kenapa Miss malah percaya," lanjut Camelia sembari tertawa renyah.

Miss Hana tak menyangka gadis di depannya ini berkata dengan begitu tenangnya.

"Ah iya soal laptop itu tanyakan saja pada Gain. Dia yang menyuruhku mengantarnya kepadamu." Miss Hana menatap lurus Camelia dengan tajam.

"Apa kau coba main-main denganku, Nak?" tanya Miss Hana masih dengan tatapan tajamnya.

"Miss, untuk apa aku bermain dengan Miss yang em sudah maaf ... tidak muda lagi?" Tawa Camelia tersembur begitu saja, entah keberanian dari mana ia bisa mengatakan hal seperti itu di hadapan Miss Hana.

"Diam!" teriak Miss Hana membuat Camelia seketika diam.

"Kau tidak tau siapa aku hah?!" bentaknya dan dibalas senyuman oleh Camelia. Tentu saja senyuman yang sangat sulit diartikan sehingga Miss Hana mengernyit dibuatnya.

"Anda pikir saya takut?" Camelia kembali bersuara diikuti tawa sinisnya.

"Anda hanya penyihir, bukan Tuhan yang mesti saya takuti. Jadi, jangan lupa di atas langit masih ada langit," ucap Camelia dengan tegas.

Miss Hana yang mendengarnya terkekeh pelan. Ia menatap Camelia dengan tatapan rendah. "Kau pikir saya tidak tau bahwa kau bukan Camelia hah?!"

Camelia tetap duduk dengan tenang. Tak merasa panik ataupun khawatir karena Miss Hana berkata benar. "Oh iya? Lantas siapa saya?" tanyanya seakan menantang.

"Kau Antonia. Bukan karena ceritamu, tapi karena aku penyihir maka dari itu aku mengetahuinya." Miss Hana terpancing menjawab pertanyaan Camelia. Membuat gadis itu tersenyum samar.

"Dan ... hmm kau tau Gain? Dia telah tertipu oleh dirimu sehingga sekarang ia sedang mengorbankan nyawa untuk mencari sekat antar dimensi itu."  Miss Hana melanjutkan tanpa sadar memberi tau musuhnya hal yang penting.

"Ah begitukah?" tanya gadis itu tetap tenang. Tak menunjukkan ekspresi yang diharapkan Miss Hana.

"Apa kau tidak merasa bersalah?!" tanya Miss Hana menyembunyikan keterjutannya atas reaksi Camelia.

"Untuk apa? Aku tidak pernah menyuruhnya untuk pergi," jawab Camelia acuh, tapi dalam benaknya ia harus segera menyusul Gain. Karena bagaimanapun ia tak menyukai Gain, ia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan pemuda itu dari bahaya.

"Ternyata sifat aslimu keluar ya, Nak." Miss Hana terkekeh pelan, lama-lama berubah menjadi tawa menyeramkan.

"Aku pergi, karena ternyata Miss tidak membahas hal penting yang menguntungkan." Camelia bangkit dari duduknya. Tanpa membungkuk seperti biasa, ia pergi meninggalkan Miss Hana yang geram.

"Sialan. Aku harus pergi menemui Gain, memaksa anak itu untuk jujur siapa pemilik sebenarnya benda asing itu." Miss Hana bangkit, segera menghilang dari ruangannya. Menggunakan teknik teleportasinya menuju kaki pegunungan Doorway.

***





💎siebzehnten Mai zweitausendeinundzwanzig

Because Of A Reincarnation✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang