epilog

337 19 7
                                    

stσrʏ вʏ кσsmσstєrвαng



-

Gadis itu menyesuaikan pupilnya dalam menerima cahaya. Mengerjap beberapa kali, menstabilkan penglihatannya.

"Antonia?" panggil seorang wanita paruh baya yang duduk di sisi ranjang.

Antonia menoleh, melihat ibunya menyambutnya dengan tersenyum lega. Antonia mengubah posisinya menjadi duduk. "Ibu, Antonia kangen." Gadis itu langsung memeluk ibunya. Membuat wanita itu membalasnya dengan sayang.

"Ibu, aku ... berapa lama aku tidur?" tanyanya setelah melepas pelukannya.

"Satu minggu sayang. Dan itu buat Ibu khawatir," jawab wanita itu.

"Maaf, Ibu." cicit Antonia menundukkan kepalanya.

"Tidak tidak, bukan salahmu." Wanita itu mengelus rambut Antonia lembut. "Lain kali jangan terpisah dari rombongan ya, An." Antonia kali ini mengangguk dengan wajah terlihat cerah karena senyumannya.

"Untung Regar menemukanmu pingsan di dasar jurang, jika tidak ... huh Ibu tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padamu." cerita wanita itu sembari tersenyum senang karena anak gadisnya ini ternyata baik-baik saja.

"Hm oiya Ibu, ke mana Regar dan Limer?" tanyanya kemudian beranjak dari ranjang.

"Aku ingin bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasih," lanjutnya semangat.

"Mereka belum pulang dari asrama, Nak. Mungkin nanti siang baru pulang," jelas Ibunya membuat Antonia sedikit kecewa.

"Hari apa sekarang?" tanyanya lagi.

"Minggu."

"Ah baiklah, aku harus mandi dan bersiap menunggu mereka pulang!" serunya segera menyambar handuk lantas masuk ke kamar mandi.

Ibunya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya yang tumben-tumbenan bersemangat sekali. Wanita itu bangkit, segera pergi dari kamar Antonia untuk menuju dapur. Karena sebentar lagi jam makan siang. Maka ia harus menyiapkan hidangan super lezat sebagai penyambutan dua anak majikannya itu pulang dari asrama.

***

"Hei, mengapa kau tidak menyapu lantai?" tegur Limer pada asisten rumah tangga barunya itu.

Wanita itu tak menjawab, ia segera mengambil sapu dan mulai menyapu lantai.

Limer yang melihat itu tidak berniat menegur lagi, kini beranjak pada gadis yang sibuk di depan tv itu membereskan majalah di meja.

"An, lepas itu!" suruhnya membuat Antonia menoleh.

"Ikut aku!" katanya lagi dan diangguki Antonia.

Keduanya pun berjalan ke tempat rahasia. Tempat yang disebut pertama kali oleh Regar bahwa itu adalah ruangan bawah tanah milik ayahnya.

"Kenapa kita ke sini?" tanya Antonia pada Limer yang berjalan di depannya.

"Melihat tawanan," jawab Limer santai.

Antonia mengangguk saja, walau sebenarnya ia tak paham.



"Ayah aaaaarghh! Bagaimana bisa?!" teriak seorang pemuda yang dipastikan itu adalah Regar.

Limer mempercepat langkahnya. Merasa terjadi sesuatu di dalam sana.

"Ada apa?" Limer tak menjawab membuat Antonia ikut mempercepat langkahnya.

Dan ...

"Regar? Ada apa?" tanya Limer yang membuka dengan kasar pintu itu.

Antonia dibuat kaget olehnya karena tak menduga pintu itu akan berderit keras.

"Jangan salahkan, Ayah. Kalianlah yang tidak mengatakan hal sebenarnya pada Ayah," elak pria paruh baya yang dituduh Regar telah melakukan suatu kesalahan.

"Tapi ... aaarghhh! Bagaimana aku akan menemukan dua orang ituuu ..." ucap Regar mengacak rambutnya frustrasi.

"Limer, sebenarnya ada apa?" tanya Antonia pelan.

"Ayah jawab." Regar mengode ayahnya dengan dagu agar ia menjawab.

"A ... hanya kesalahan kecil, tapi kata Regar itu kesalahan besar."

"AYAAAAH!" Regar ingin menangis saja kalau bisa. Ia sangat berterimakasih pada ayah tercintanya ini karena hebat sekali. Saking hebatnya, ia malah menimbulkan masalah baru bagi Regar.

"Jelaskan, Ayah." Limer bersuara membuat pria itu mengangguk, mengalah.

"Baiklah, Ayah mengaku telah melepaskan dua orang yang berada di sini," ucapnya santai sembari mengukir senyum di wajahnya.

"AYAH! ITU TAWANAN! KENAPA DILEPASKAN?!" seru Limer dengan kesal karena ayahnya ini terlalu pintar.

"Hei, sopan sama orang tua. Gini-gini aku juga orang tuamu," ujar pria itu tak menanggapi lebih lanjut kedua anaknya. Ia memilih keluar dari ruangan itu sambil bersenandung riang.

"Ayah siapakah itu?" Regar jadi meragukan dirinya adalah anak dari pria tadi. Limer menjawab dengan gelengan. Wajahnya lesu karena mendengar kabar ini.

Sementara Antonia yang mendengarkan masih tercengang. Tak tau harus berkata apa. Tapi intinya, dua tawanan hilang. Tak lain dan tak bukan adalah dua sejoli yang sudah berbuat tak baik pada Camelia di sana. Yaitu Gain dan Viola yang sebenarnya.

Ketiganya sekarang jadi menghela napas kasar secara bergantian. Bingung juga harus melakukan apa untuk menemukan dua orang itu. Terduduk lesu di sofa panjang berwarna krem.

"Apa sihir kita hilang?" tanya Antonia akhirnya setelah hening lama.

Keduanya menjawab dengan anggukan, merasa tak bersemangat karena hal ini.

"Huh! Susah huaaaa!" Kini giliran Antonia yang berseru frustrasi.








End



















A/n:

Hohoho end dong😂

Yeayyy ayo jangan lupa voment karena satu voment sangat berarti untukku😊

Ah oh iya maafkan jika endingnya tidak sesuai ekspektasi kalian ya gengs hoho aku bangga kalo berhasil ngprank🙈

Oke see you, byeeeee~





 💎achzehnten Mai zweitausendeinundzwanzig

Because Of A Reincarnation✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang