[Eɴᴅ]
❝ Kaukah itu? Seseorang yang selama ini kutunggu ❞
***
Seorang putera mahkota karena sebuah kutukan tidak bisa naik tahta. Bukan karena wajahnya yang buruk layaknya monster tetapi ini membuatnya lebih buruk dan jahat daripada monster. Kutukan...
"Hei, kau!! Siapa namamu?" tanya seorang penduduk.
"Namaku adalah...."
"Jeongguk!" panggil seseorang dan mendudukkan tubuhnya di samping sosok yang bernama Jeongguk.
"Appa...darimana saja? Aku mencarimu," ucapnya sambil menatap ayahnya yang kini masih mengamati pawai kerajaan. Sepertinya dia juga ingin melihat apakah putera mahkota ikut serta dalam pawai kerajaan itu atau tidak.
"Apa kau sudah selesai? Jika sudah, ayo kita kembali. Sepertinya putera mahkota tidak ikut serta. Padahal aku sangat penasaran bagaimana keadaannya sekarang," ucap appa Jeongguk.
Mendengar ucapan sang appa, kini Jeongguk menggeser sedikit tubuhnya memdekati appanya, yang sedang menikmati secawan teh yang baru saja datang di hadapannya.
"Appa, sebenarnya apa yang yang terjadi dengan putera mahkota? Banyak orang bilang bahwa dia terkena kutukan, apa benar?" tanya Jeongguk penasaran dia menatap lamat sang ayah. Ditanya, appa Jeongguk menghela napasnya kasar. Seolah enggan untuk menjawab pertanyaan sang putera.
"Mengapa kau ingin tahu soal putera mahkota? Biarkan saja dia dengan begitu keturunan Moo Yeon pun akan terhenti padanya," jawab appa Jeongguk datar. Masih jelas terlihat gurat kemarahan dalam wajah appa Jeongguk.
"Appa...itu terdengar jahat sekali. Tapi appa...dari apa yang aku dengar, hanya orang dari suku Talla yang bisa menghilangkan itu, apa itu benar?" lirih Jeongguk.
Sungguh Jeongguk ini ada seorang pria manis dengan hati yang kelewat sensitif dan halus perasaannya. Meskipun dia berasal dari suku Talla yang notabene adalah kebanyakan seorang penyihir, belum pernah sekalipun dia menunjukkan kemampuannya ataupun mencelakakan orang. Jangankan membunuh orang bahkan seekor nyamuk pun dia tidak tega membunuhnya.
"Tidak semua suku Talla, Nak. Tapi...tidak perlu mencari tahu tentangnya atau kau akan mati percuma," jawab appa Jeongguk datar.
Jeongguk hanya mencebikkan saja bibirnya mendengar jawaban dari sang appa. Entah mengapa dia sangat ingin tahu soal putera mahkota. Apakah dia penasaran tentang kutukan sang putera mahkota ataukah karena penasaran dengan wajah sang pangeran?
Karena beberapa saat lalu, sebelum appa Jeongguk menemuinya dia banyak mendengar kalau sang putera mahkota adalah seorang pria yang tampan. Dan karena Jeongguk sangat jarang keluar dari kota tempat tinggalnya, tentu rasa ingin tahunya sangat besar.
"Ayolah, kita kembali. Hari semakin gelap, akan banyak binatang liar dan buas yang akan keluar," ucap sang appa saat berdiri dari duduknya.
"Baiklah...appa." Jeongguk berdiri dan mengikuti appanya yang sudah berjalan terlebih dahulu. Dia tampak menoleh beberapa kali, memastikan bahwa sang putera mahkota memang tidak pernah muncul dalam pawai itu.
Sepertinya belum saatnya aku bertemu dengan putera mahkota. Semoga aku bisa bertemu dengannya secepatnya.
Jeongguk dan appanya berjalan menelusuri sebuah hutan bambu, karena itu memang akses bagi mereka untuk kembali ke kota tempat mereka tinggal. Appa Jeongguk yang tidak suka dengan dunia luar, lebih memilih untuk tinggal di perkampungan yang terletak sebuah kota di wilayah barat, Hwanju.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.