"Appa," panggilnya pelan. Namun seorang yang dia panggil appa masih fokus pada benda di hadapannya. Jeongguk sudah terbiasa dengan sikap ayahnya saat seperti ini. Karena tidak mau mengganggu ayahnya, dia beranjak dari duduknya, ketika hendak meninggalkan ruangan, suara sang appa memanggilnya.
"Nak, siapa yang kau temui tadi?"
"Hanya seorang penduduk, appa. Ada apa?"
"Jangan lagi bertemu ataupun berhubungan lagi dengannya!"
Mendengar ucapan dari ayahnya, Jeongguk membalikkan badannya kembali duduk di hadapan ayahnya. Ayahnya masih terlihat fokus dengan segala peralatan di hadapannya, cawan tembaga.
"Appa tahu siapa yang baru saja aku temui? Hari ini aku bertemu dengan dua orang appa. Siapa yang appa maksud?" tanya Jeongguk pelan.
Taehyung?
"Seseorang yang tinggal di paviliun tak jauh dari sini. Seseorang yang selalu mengenakan topeng karena dia tidak mau orang-orang tahu identitasnya. Seseorang yang berhasil menarik perhatianmu, benar bukan?" cecar sang appa.
"K-kami hanya berteman appa. Dan aku baru bertemu dua kali dengannya. Dan soal aku tertarik padanya...itu mungkin karena aku tidak pernah bertemu dengan seseorang seusia denganku appa. Dan appa sendiri tahu bahwa aku sangat malas," terang Jungkook.
Ya, Jeongguk memang malas. Lebih tepatnya belum ada yang bisa menarik perhatiannya. Sebenarnya jika mau, dia bisa mendapatkan pria tampan ataupun gadis cantik, mungkin. Tapi percuma, belum ada yang bisa membuat hatinya tergerak dan jantungnya berdetak lebih cepat.
"Jika demikian, lakukanlah hal yang sama seperti yang kau lakukan sebelumnya. Malas. Kau tidak pernah tahu apa yang diinginkan orang itu. Apalagi dirinya tahu bahwa kau keturunan suku Talla. Kau pasti tidak lupa bukan, soal kutukan itu? Dan siapa yang akan bisa menghilangkannya?"
"Memang siapa orang itu appa? Apakah dia sang putera mahkota yang terkena kutukan itu? Lalu apa salahnya kalau aku dekat dengannya? Bukankah menolong orang itu hal yang bagus?"
"Dengarkan appaㅡ dan jauhi saja dia. Ini demi kebaikanmu, Nak."
"Baiklah appa, aku mengerti." Jeongguk meninggalkan sang ayah dengan wajah yang tampak sedih.
Apakah dia akan melakukannya? Bagaimana bisa ayahnya menyuruhnya untuk menjauhi orang itu. Orang yang membuatnya merasa tertarik dengan seseorang untuk pertama kalinya.
Jeongguk masuk ke dalam kamarnya. Membaringkan tubuhnya pada sebuah batu yang selama ini menjadi alas tidurnya. Keras? Tentu saja, tapi itu karena perintah sang ayah. Dan itu terjadi sudah sejak Jungkook berusia sepuluh tahun. Ya, sejak ayahnya tahu bahwa dialah orang yang akan di incar oleh baginda Raja untuk menghilangkan kutukan sang putera mahkota.
Tepatnya saat tanda kelopak bunga lotus mulai muncul pada tubuh Jeongguk. Seiring berjalannya waktu pun Jeongguk sudah terbiasa untuk membaringkan tubuhnya di atas ranjang giok itu.
"Apa yang harus aku lakukan? Baru sebentar berpisah saja, aku sudah merindukannya. Bagaimana mungkin aku bisa untuk tidak menemuinya? Lagipula tadiㅡ dia bilang, dia menyukaiku. Tidak mungkin dia akan jahat padaku, 'kan?" monolog Jeongguk menatap langit-langit kamarnya.
"Akkh!" Lagi-lagi Jeongguk merasakan panas pada pinggangnya. "sebenarnya ada apa dengan tubuhku? Inikah alasan appa menyuruhku tidur di sini selama ini?" gumamnya.
Hingga setelah beberapa saat Jeongguk mulai memejamkan matanya menuju alam mimpinya. Kembali ayah Jeongguk tampak masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di tepi ranjang Jeongguk menatap teduh puteranya yang tengah terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY CITY: 7 PEARLS
Fanfiction[Eɴᴅ] ❝ Kaukah itu? Seseorang yang selama ini kutunggu ❞ *** Seorang putera mahkota karena sebuah kutukan tidak bisa naik tahta. Bukan karena wajahnya yang buruk layaknya monster tetapi ini membuatnya lebih buruk dan jahat daripada monster. Kutukan...