Di sebuah pusat kota negeri Hwansan, tampak seseorang tengah menikmati secawan teh yang baru saja dia pesan di sebuah kedai teh yang saat itu tengah ramai karena banyak penduduk yang sedang menunggu pawai dari istana. Hari ini adalah hari di mana seorang raja yang berkuasa saat itu akan berpawai menyapa beberapa rakyatnya.
"Apa Yang Mulia akan membawa putera mahkota nanti?" terdengar ucapan dari seseorang.
"Apa kau belum mendengarnya kalau putera mahkota terkena kutukan?" sahut seorang lainnya.
"Kutukan?! Jangan bicara sembarangan atau kau akan berakhir di penjara istana!" sahut orang lain lagi.
"Dari kabar yang aku dengar, itu semua karena ulah salah satu penyihir dari suku Talla. Kalian semua pasti tahu, bahwa kebanyakan suku itu adalah penyihir," jelas seseorang lainnya.
"Benar-benar mengerikan! Kenapa ada orang yang tega berbuat kejam seperti itu, sampai tega hati mengutuk putera mahkota," sahut orang lainnya.
"Apa kalian tahu alasan mereka memberikan kutukan itu?" potong seseorang yang sedari tadi asyik dengan cawan tehnya. Mengangkat perlahan cawan tehnya memutarnya perlahan sebelum kemudian meneguknya.
"Si-siapa kau?" tanya seseorang saat melihat sesosok pria berbadan tegap dengan wajah tegas dan tampak sedikit mengerikan. Menatap tajam beberapa orang yang tadi asyik berbincang dalam satu meja.
"Kutukan itu adalah hukuman untuknya. Karena dia telah menyebabkan orang tidak bersalah harus kehilangan nyawanya dan hampir saja kehilangan puteranya. Sepertinya kalian dari suku Gyeola, benar?"
"Kau benar!"
"Mulai sekarang sebaiknya kalian berhati-hati dengan putera mahkota. Kalau tak ingin kalian mati sia-sia," ucap orang itu seraya pergi meninggalkan beberapa orang yang masih terkejut dengan ucapan pria misterius itu. Beberapa diantaranya mulai bergidik ngeri.
"A-apa putera mahkota dikutuk menjadi monster?" tanya seseorang. "dan akan memakan kita?" lanjutnya.
Dua puluh tahun lalu...
"Ampuni hamba Yang Mulia, bukan hamba yang melakukannya. Dan hamba hanya menggantikan salah satu dayang yang hari ini sedang sakit," ucap seorang dayang yang kini tengah bersimpuh di hadapan Yang Mulia raja.
Pagi ini paviliun raja tiba-tiba dikagetkan berita bahwa salah satu selirnya mengalami keracunan, orang istana memanggilnya dengan selir Hye. Hye Bin adalah selir kesayangan Yang Mulia paduka raja, Moo Yeon.
Dan atas perintah sang raja, semua dayang yang bertugas di paviliun selir Hye Bin dipanggil menghadap sang raja. Hingga sampai suatu saat seseorang menuduh salah satu dayang yang saat itu bertugas mengantarkan makanan pada selir Hye Bin, Dal Rae.
Sebenarnya Dal Rae adalah dayang di istana permaisuri, bukan di paviliun selir Hye Bin. Saat itu dia mengantar makanan hanya untuk menggantikan salah satu dayang yang sedang sakit. Namun naas, maksud hati ingin membantu kenyataannya dia malah mendapat tuduhan atas hal yang tidak dia lakukan. Dan itu menyebabkan keracunan sang selir kesayangan paduka raja.
"Bukan hamba yang melakukannya Yang Mulia," ucap sang dayang menundukkan wajahnya hingga menyentuh lantai tempatnya bersimpuh.
"Terus saja mengelak!" sahut seorang dayang. "apa Yang Mulia tahu kalau dia adalah keturunan dari suku Talla? Yang Mulia tentu tahu bahwa penduduk di sana adalah semuanya penyihir. Bisa saja selir Hye Bin kesakitan karena ulahnya," cecar salah satu dayang dari paviliun selir Hye Bin.
"Sungguh bukan hamba Yang Mulia," dayang itu kembali memohon pada sang raja.
Namun sayang, tampaknya sang raja saat itu tidak mempercayai semua ucapan Dal Rae. Dia kemudian menghukum cambuk dayang itu. Dal Rae selalu melindungi perutnya saat menerima hukuman dari Yang Mulia. Tampak sang permaisuri meminta pengampunan untuk dayangnya itu, tapi tetap saja sang raja tidak mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY CITY: 7 PEARLS
Fanfiction[Eɴᴅ] ❝ Kaukah itu? Seseorang yang selama ini kutunggu ❞ *** Seorang putera mahkota karena sebuah kutukan tidak bisa naik tahta. Bukan karena wajahnya yang buruk layaknya monster tetapi ini membuatnya lebih buruk dan jahat daripada monster. Kutukan...