10

4.5K 655 41
                                    

Happy reading✨✨

-----------------------------------------------------------

  "Lan Zhan!" Wei Wuxian, menguncang pelan tubuh pemuda di depannya. "Hei, sungguh? Kau tertidur?!" Ia menghela nafas pelan. dan segera memapah Lan Wangji, ke atas sofa untuk menidurkannya.

Wei Wuxian, "Akh, bahuku. Astaga, Lan Zhan. Saat kau bangun, kau harus memijatku mengerti!"

   Wei Wuxian menatap wajah tertidur itu. Lalu tak lama, mendekatkan wajah keduanya. Lan Wangji, dia memang tampan. Apalagi dari jarak sedekat ini. Wei Wuxian menenguk ludah. Entah mengapa, tiba tiba saja ia merasa sangat kepanasan.

   "Uh, lebih baik aku berkeliling" Ia segera beranjak pergi. Menuju lantai dua. Dengan lancangnya, memeriksa ruangan demi ruangan. Ia segera berhenti, dan masuk ke dalam ruangan bernuansa biru putih sederhana. Yang ia yakini, kamar Lan Wangji.

   Wei Wuxian mengernyit, melihat ruangan pemuda itu. Terlalu rapi, hingga menyakitkan matanya. Ia menyusuri ruangan itu dengan seksama dan melihat sebuah balkon. Penasaran, ia pun menyusuri balkon itu. Terkejut, saat hampir saja terjatuh ke bawah. Balkon, ini tidak memiliki pagar. Apa memang desainnya? Ya, dia tidak mengerti pikiran orang kaya.

   Wei Wuxian berbalik, menemukan Lan Wangji yang tepat di belakangnya. Ia segera memekik, dan hampir jatuh. Untung saja, dengan cepat lengan Lan Wangji melingkar di pinggangnya. Dan menarik pemuda itu, ketempat yang aman.

    Wei Wuxian mengatur nafasnya. Hampir saja. "Lan Zhan, kapan kau bangun. Maaf aku masuk kamarmu tanpa izin." Lan Wangji menatapnya. Kemudian duduk di kasurnya. Wei Wuxian merasa aneh.

   "Lan Zhan?" Ia ikut duduk di samping Lan Wangji. Melambaikan tangannya di depan wajah pemuda itu. Pemuda itu membuang muka. Lalu bergeser menjauh darinya. Wei Wuxian mengernyit "Lan Zhan? Apa kau mabuk?"

Lan Wangji, "Tidak"

    Wei Wuxian, mengangguk. Yap, dia mabuk. "Lan Zhan, kau mabuk. Tapi wajahmu tidak memerah. Hanya sikapmu yang aneh" Tangan Wei Wuxian terangkat ingin menyentuk wajah Lan Wangji. Memastikan apakah wajah itu terasa panas atau tidak.

    Lan Wangji, menangkap tangan tangan nakal itu. Lalu, dengan cepat menindihnya. "Aku tidak mabuk" Wei Wuxian gelagapan. Apa ini? Kenapa posisinya begini? Lan Wangji semakin menindihnya. Wei Wuxian panik,  "Iya, iya kau tidak mabuk. Aku salah. Tolong lepaskan aku"

    Lan Wangji mengangguk. Kemudian, perlahan melepaskan pakaian Wei Wuxian. Wei Wuxian berteriak panik. "Maksudku bukan yang lepaskan yang itu. Hei,Lan Zhan. Kau dengar. Bangunlah. Aku kepanasan"

    Lan Wangji, mendengus kecewa. Lalu segera bangun. Wei Wuxian bernafas lega. Namun, detik kemudian tangannya di tarik. Lalu berlari menuju balkon tadi. Dan segera melompat bersama Lan Wangji.

.
.
.
.
.

   Pyurr. Wei Wuxian segera berenang naik ke atas. Menaup udara sebanyak yang ia bisa. Untung saja, di bawah balkon tersebut ada sebuah kolam renang. Lan Wangji berenang mendekatinya. Lalu melingkarkan tangannya ke pinggang ramping pemuda itu. Wei Wuxian menatapnya horror. "Lan Zhan! Apa apaan kau ini! Kau berniat membunuhku? Ada dendam kesumat,apa kau denganku?"

   Lan Wangji menatapnya bingung. Bukankah pemuda ini bilang kalau dia kepanasan? Berenang disini akan membantu. Ia segera menarik pinggang pemuda itu lebih dekat. "Apa kau marah?" Wei Wuxian, menatap tak percaya pertanyaan itu. Tapi, berusaha sabar. Karena bagaimanapun juga, Lan Wangji mabuk karena dirinya.

    "Tentu saja, Kau tiba tiba saja menarikku. Aku bahkan,tidak sempat bersiap siap. Huh! Aku mau pulang saja" Wei Wuxian, dengan segera mencoba melepas tangan Lan Wangji dari dirinya. Namun, Lan Wangji semakin mengeratkannya.

Lan Wangji berkata dengan suara lirih,"Jangan pergi"

    Wei Wuxian tersentak, mendengar itu, Hatinya melembut. Tanpa sadar, berhenti melawan. Lan Wangji, terlihat tersenyum tipis. Lalu, membawa pemuda itu. Berenang ketepi. Wei Wuxian, menatapnya tak percaya. Tadi barusan?Sungguh Lan Wangji tersenyum?

   Wei Wuxian mendorong pelan dada pemuda itu. Lan Wangji, tersentak. Lalu menatapnya. "Uh.. karena kita berdua sudah basah. Bagaimana kalau bermain sebentar?"

Lan Wangji,"Bermain?"

Wei Wuxian, "Benar! Kau menjawab. Dan aku yang bertanya, Bagaimana?"

    Lan Wangji mengangguk setuju. Lalu membawa tubuh pemuda itu naik,Lalu dirinya. Ia segera, mengambil handuk lalu mengeringkan rambut pemuda itu. "Airnya terlalu dingin. Kau bisa sakit. Kita bermain, disini saja"

    Wei Wuxian merasakan pipinya panas. Dan jantungnya berdetak kencang. Saat melihat, tubuh pemuda di depannya. Seragam itu basah, memperlihatkan tubuh atletisnya. Ia segera mengalihkan pandangannya. Berpura pura sopan.

   Wei Wuxian merasa bingung. Lan Wangji terus saja mengeringkan rambutnya di tempat yang sama. "Lan Zhan?" Seperti tersadar, ia segera mengeringkan di tempat yang lain juga. Wei Wuxian awalnya bingung. Ia menatap dirinya sendiri. Seragamnya juga basah. Barangkali Lan Wangji berpikiran sama dengannya.

    Wei Wuxian menyeringai. Dengan nakal, ia segera mendekati Lan Wangji. Menaruh kedua tangan lentiknya, ke depan dada bidang pemuda itu. "Baiklah, Pertanyaan pertama, Apa yang Lan Er Gege ini pikirkan saat ini?"

    Lan Wangji, terkejut. Saat merasakan kedua tangan Wei Wuxian meraba raba dirinya. Telinganya memerah. Dengan cepat menangkap kedua tangan itu. "Wei Ying" nadanya tegas. Meminta pemuda ini untuk berhenti.

   Wei Wuxian tertawa terbahak-bahak. "HAHAHA, Lan Zhan aku hanya bercanda. Tidak perlu, serius begitu. Oke pertanyaan kedua. Apa yang kau pikirkan tentang Jiang Cheng?"

Lan Wangji, "Hmph"

Wei Wuxian,"Bagaimana dengan Wen Ning?"

Lan Wangji, "Huh"

   Wei Wuxian tertawa keras. Lalu menunjuk dirinya sendiri. "Bagaimana dengan ini?"

Lan Wangji, "Milikku"

Wei Wuxian, "Apa?"

Lan Wangji menyambar tangan Wei Wuxian, "Milikku"

    Wei Wuxian menatapnya bingung, Namun detik kemudian, mengangguk paham. Ia mengambil handuk putih, di kepalanya. Mungkin inilah yang Lan Wangji maksud. Ia segera berdiri sambil membawa handuk putih itu. Berjalan mengelilingi Lan Wangji.

   Benar saja, Arah pandang Lan Wangji mengikuti handuk itu. Wei Wuxian mengulurkan handuk itu. "Kau mau?"

  Lan Wangji lagi lagi, menyambar tangannya. "Aku mau"

   Wei Wuxian hampir menangis terharu. Apa handuk ini sangat berharga?  Ia tidak tahu Lan Wangji bisa seromantis ini. Andai saja, dia melakukan ini pada seorang gadis.

.
.
.
.
.
.

  TBC

Share,vote, and comment sangat di hargai✨✨
  

[END]Last Teater(WANGXIAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang