13

4.3K 600 29
                                    

Happy reading ✨
________________________________________

    "Jangan keluar sembarangan" Lan Wangji mengelus pelan rambut basah milik Wei Wuxian. Wei Wuxian mengerucutkan bibirnya, tanda protes. Lan Wangji hanya bisa  menghela nafas pelan. "Jangan macam macam, istirahatlah"

    Wei Wuxian mengangguk kecil, namun masih mengerucutkan bibirnya. Lan Wangji, menatapnya lama. Memeluk Wei Wuxian singkat. Lalu berjalan pergi. Wei Wuxian tidak tahan lagi. Ia segera berlari mengejarnya dan memeluk Lan Wangji dari belakang.

Wei Wuxian, "Rumahku sedang tidak ada orang. Mau menginap?"

.
.
.
.
.
.

    Wei Wuxian, Wei Wuxian. Bagus sekali menginap? Haha, kau sudah tidak waras. Tidak, tidak tunggu dulu. Ini bagus! Sekarang ini kesempatanku untuk memastikan apa aku benar benar menyukai Lan Wangji atau tidak? 

    Wei Wuxian menatap kamar mandi di depannya. Ia lalu melirik Lan Wangji yang sudah siap dengan peralatan mandinya. Dengan nakal dan tidak tahu malu, ia segera meloncat ke dalam pelukan pemuda itu. "Er Gege, aku mau mandi bersamamu"

    Lan Wangji dengan sabar menjauhkan pemuda itu perlahan. Tentu saja, ia tidak akan pernah melakukan itu. Wei Wuxian merenggut. Lalu melipat tangannya di dada. Namun, tidak lama ia lagi lagi bergelanyut manja di pemuda itu. "Ayolah Lan Zhan, aku hanya ingin memastikan sesuatu. Hm? Biasanya kau tidak pernah menolakku. Apa ini, ada laki laki lain ya-? Hei,Han Guang Jun! Apa ini? Buka pintunya. Wangji Xiong! Lan Wangji!"

    Wei Wuxian mengedor gedor pintu kamar mandi, yang telah di tutup oleh Lan Wangji yang tentu saja sudah tidak tahan mendengar godaan demi godaan Wei Wuxian. Wei Wuxian mengigit bibir bawahnya. Tidak mau mandi bersama? Baiklah, ia masih punya banyak cara.

.
.
.
.
.

    Lan Wangji menatap datar pemuda di depannya. Ya, sejak kejadian di tolak tadi. Ternyata tidak membuat Wei Wuxian menyerah. Ia malah semakin terang terangan menggoda Lan Wangji. Mulai dari hanya memakai kemeja putih tanpa celana, yang menunjukkan paha mulusnya. Lalu, dengan sengaja menumpahkan air di bajunya. Sehingga memperlihatkan lekuk tubuhnya. Bahkan, pura pura kepanasan dan membuka kancingnya satu persatu.

    Sebenarnya,Wei Wuxian hanya ingin memastikan apakah ia benar benar menjadi lengan potong*? Ia tadi tiba tiba saja,mengingat rumor bahwa Mo Xuan Yu adalah pencinta sesama jenis. Apakah menjadi homo itu bisa menular lewat peminjaman tubuh?

    Wei Wuxian bergeser duduk lebih dekat dengan Lan Wangji. Sementara, Lan Wangji semakin menjauhkan dirinya. Wei Wuxian mendengus. Bagaimana dia akan menggodanya, jika dia saja tidak bisa di dekati.

     "Huh, Lan Er Gongzi. Rumahku hanya memiliki dua kamar. Milikku dan ibuku. Ya, aku tidak sekaya dirimu. Yang bahkan tamu pun di sediakan beragam jenis kamar. Jadi-"
Wei Wuxian mendudukan dirinya di paha Lan Wangji.

Wei Wuxian, "Jadilah anak baik, dan tidur bersamaku"

Dan aku akan memastikan perasaanku padamu.

.
.
.
.
.

   Wei Wuxian menghela nafas frustasi. Ia menatap pemuda di sampingnya yang benar benar tertidur. Maksudnya, bukan tidur yang benar benar tertidur. Ugh! Apa Lan Wangji seorang biksu?! Mengapa ia malah melewatkan kesempatan emas. Tidak tunggu dulu. Kenapa ia malah menggoda Lan Wangji? Ia malah terlihat seperti memastikan Lan Wangji benar berkelakuan baik karena menyukainya. Daripada memastikan perasaannya.

    Wei Wuxian menatap pemuda itu lama. Ia berdecak kesal. Jika terus begini. Maka, ia tidak akan mendapatkan apa apa. Tidak, tidak bisa begini! Aku sudah sering tidur sekamar bersama Jiang Cheng. Ini tidak akan berkerja! Untuk memastikannya. Aku-

.
.
.
.
.

    Lan Wangji bersusah payah hanya untuk memejamkan matanya. Sebenarnya, ia sangat sangat sabar sekarang. Pemuda bermarga Wei ini benar benar menguji imannya. Mulai dari mengajaknya menginap. Kemudian mandi lalu. Lalu-- tidak jangan di pikirkan. Lupakan, lupakan! Pikirkan saja, 4000 peraturan Relung awan. Benar, itu mungkin akan membantu.

    Baru saja, ia sampai pada hitungan peraturan ke 12 Gusulan. Tiba tiba saja, ia merasakan sesuatu di atasnya.
Lan Wangji segera memekik. Saat melihat Wei Wuxian dengan wajah polos. Tidur di atas Lan Wangji, membaringkan setengah wajahnya di dada pemuda Lan itu.

Wei Wuxian, "Diamlah Han Guang Jun. Kau yang membuatku begini. Aku sudah bilang ingin memastikan sesuatu. Huh, kau malah mengabaikanku"

   Wei Wuxian segera menyamankan diri di posisi itu. Ia mendengar sesuatu yang kencang. Seperti suara jantung yang berdetak kencang. Tapi ini, terlalu kencang! Seperti akan meledak kalau di biarkan. Tapi, bukan berasal dari dirinya. Melainkan dari pemuda di bawahnya.

   Wei Wuxian terkejut. Apa Lan Wangji terlalu ketakutan, karena merasa akan di lecehkan olehnya? Apa ia sekejam itu? Yang ia inginkan, hanya memastikan dirinya masih lah pecinta lawan jenis.

   Wei Wuxian bangun sedikit. Ia menatap pemuda bermarga Lan itu baik baik. Wajahnya masih datar, apa ini bentuk terakhir dari harga dirinya? Ah, tidak Lan Wangji memang senantiasa datar. Ia menatap wajah Lan Wangji dalam dalam. Sial, Entah itu dulu atau sekarang, dia masih saja tampan. Tiba tiba, pandangannya jatuh ke arah bibir pemuda itu.

    Wei Wuxian menatap bibir itu, ia menggigit bibir bawahnya. Apa ia harus sejauh ini? Ah, sungguh. Memangnya dari tadi dia sedang apa. Kata orang, tidak boleh melakukan segala sesuatu dengan setengah setengah. Lakukanlah hingga tuntas. Wei Wuxian menenguk ludahnya kasar. Sebelum memejamkan matanya. Lalu-

   Maaf Tuan muda kedua Lan. Aku hanya ingin memastikan--.

   Dengan cepat, Wei Wuxian mencium bibir tipis milik Lan Wangji. Lan Wangji syok tak bisa berkata kata. Sementara, Wei Wuxian tersadar kalau dia sudah benar benar keterlaluan. Ia segera bangkit. Sebelum Lan Wangji menamparnya hingga tewas. Namun, tangannya malah di cekal.

.
.
.
.
.
.

    Lan Wangji segera membalik posisi mereka. Sekarang, Wei Wuxian berada di bawah. Sementara dirinya di atas. Begini, baru terlihat benar. Lan Wangji sudah kehilangan kesabaran. Apa itu peraturan gusu? Apa itu menahan diri? Lan Wangji bertanya dengan suara dingin. "Apa ini yang benar benar kau inginkan?"

    Wei Wuxian terdiam, entah kenapa. Sepertinya ia tidak boleh sembarangan menjawab. "Haha, Lan Zhan. Kau tau a- aku suka sekali b-bercanda. Maafkan aku. Aku- a-ku- mmph--"

     Wei Wuxian membelalak. Lan Wangji malah menciuminya. Bukannya marah, atau apapun itu. Wei Wuxian belum memutuskan akan melakukan apa. Dan Lan Wangji semakin memperdalam ciuman itu. Bahkan mengangkat kepala bagian belakangnya. Mulutnya terbuka. Memudahkan pemuda itu menjelajahi mulutnya.

     Wei Wuxian memekik. Ia kehabisan nafas. Kedua tangannya memukul mukul dada Lan Wangji. Apa ini? Kenapa jadi begini? Kenapa--. Tiba tiba terdengar suara berderit, menandakan sebuah pintu sedang di buka. Pintu kamar terbuka perlahan namun pasti. Menampakan seorang wanita dengan pakaian kantornya. Awalnya, Wanita ini hanya ingin melihat keadaan anaknya. Sungguh, tidak pernah terpikir ia akan melihat sebuah kejadian yang mengejutkan. Anaknya dengan pakaian minim sedang berciuman dengan laki laki lainnya. Di kasur? Di kamar? Dengan lampu minim cahaya?

    Lan Wangji langsung bangun, merapikan pakaiannya. Lalu membungkuk kecil pada wanita itu. Dan berjalan pergi. Meninggalkan Wei Wuxian, bersama masalahnya- maksudku ibunya.

Wei Wuxian gelagapan,"Nyonya-- maksudku ibu, dengar semua yang kau lihat dari detik kau masuk ke sini! Hingga saat ini, di tempat ini! Semuanya seratus persen salah paham!"

Wanita itu terlihat tidak bergerak beberapa saat. Lalu tidak lama, menutup pintu kamar itu perlahan lahan. Hingga pintu benar benar tertutup.

Wei Wuxian tersenyum, "Ah"

Sial.

.
.
.
.
.
.

TBC.

    
  
   
  
 

[END]Last Teater(WANGXIAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang