16

3.8K 541 21
                                    

Happy Reading ✨
________________________________________

Wei Wuxian mengelus bagian belakang kepalanya berkali kali, entah sudah berapa kali bagian itu di pukuli. Orang orang suka sekali memukul bagian belakang kepalanya, jika dia menjadi bodoh karena itu, bagaimana?!

Ya, saat ini dirinya tengah berjalan pulang ke halte bis seperti biasa. Meski sudah di peringati berkali kali oleh Lan Wangji, jangan pulang sendiri atau melewati jalan ini. Bukan Wei Wuxian namanya, jika dia menurut dan mendengarkan kata kata pemuda itu. Wei Wuxian sangat benci di larang, semakin di larang, dirinya malah makin suka melanggar.

Selama dia tidak terkena masalah, maka Lan Wangji tidak akan tahu. Wei Wuxian mengernyit sebentar, memangnya kenapa kalau Lan Wangji tahu? Kenapa dirinya harus khawatir. Wei Wuxian segera menepis perasaan itu jauh jauh. Lebih baik dia segera pulang dan tidur di kasur empuknya.

Baru saja dia hendak berjalan lagi, tiba tiba saja dirinya mendengar suara teriakan dari dalam gang sempit dan gelap di sebelahnya. Jalanan di sini sepi, sangat sepi. Wajar saja, siapa juga yang berani melewati daerah ini setelah semua kasus pembunuhan itu.

Wei Wuxian terus menatap gang sempit dan gelap itu, "Suara apa itu?"

Kakinya terangkat ingin memasuki gang tersebut, sebelum sebuah tamparan melayang ke pipinya. Tamparan itu cukup keras, Wei Wuxian membuka matanya sedikit, menemukan sebuah tangan di pipi kanannya. Itu tangannya sendiri.

Oh ayolah, siapa yang dia bodohi. Suara itu jelas sebuah teriakan. Dan arti dari suara teriakan adalah sebuah masalah.

Wei Wuxian, "Wei Wuxian, jangan mencari masalah. Tugasmu hanya menyelesaikan teater. Jangan berpikir untuk terlibat masalah, dan Jadilah anak baik, lupakan sifat heroikmu itu. Jangan mencoba menjadi pahlawan lagi!"

Kakinya langsung melangkah keluar dari gang sempit itu. Dia menyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah keputusan yang benar.

.
.
.
.
.
.

"Tolong, tolong ambil saja semua uangku t-tapi jangan bunuh kami" Pria itu berlutut sambil memohon mohon kepada pembunuh di depannya. Keluarga kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan juga satu anak laki laki itu terlihat terkepung oleh para preman bertubuh besar dan kekar.

Pembunuh itu tersenyum, dengan kasar menendang pria itu menjauh. Istri dan anaknya terlihat meraung meneriakkan pria itu, sambil bergetar ketakutan. Pria itu kembali mendekat, dan lagi lagi berlutut sambil memohon mohon. "Setidaknya, jangan bunuh istri dan anak ku. Kumohon ku mohon"

Xue yang menyeringai, dia mengangkat dagu pria itu dengan pisaunya. "Untuk apa? Kau ingin mereka mencari pria lain untuk mengantikan posisi mu? Kalian keluarga kan? Mati dan hidup bukankah harus bersama sama?"

Pria itu terdiam, tangannya mengepal. Sebenarnya ia tahu sia sia saja dirinya menangis sambil memohon mohon pada pembunuh di depannya. Dirinya, hanya ingin mengulur waktu hingga seseorang menyelamatkan mereka.

"Ayah! Ayah!" Anak laki laki itu menangis sambil berusaha menyelamatkan ibunya dari tarikan paksa seorang preman di sana. Pria yang di panggil ayah itu, langsung bergerak ingin menyelamatkan istrinya. Namun, pisau Xue yang sudah berada di sekitar lehernya sebelum dia sempat melangkah.

"Jangan bergerak" Pisau Xue yang, semakin menekannya saat di rasa ada penggerakan dari lawan bicaranya. Pria itu hanya bisa terdiam, saat melihat sebuah kapak besar sedang mengarah ke leher istrinya yang di tahan oleh dua orang berbadan besar.

"Tolong siapapun selamatkan kami"

.
.
.
.
.
.
.

Cekrek

[END]Last Teater(WANGXIAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang