24*

183 11 0
                                    

Happy reading, Readers!

.
.
.
.

"Gimana, sudah?" Tanya Bagas setelah melihat putranya dan istirnya menghampiri.

"Udah, yah."

"Mina, gimana?" Tanya Ansel.

"Jantung Mina terkena belati itu sedikit. Jadi, dia koma." Ucap Bagas santai, seperti tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Dan ayah santai?!" Bentak Ansel.

"Sudah takdir, jangan salahkan siapapun disini. Karna bukan seseorang yang kamu tuduh itu salah, Ansel!" Balas Bagas dengan berteriak.

"Ayah mau kemana?" Tanya Ansel saat melihat Bagas berjalan menjauhi UGD.

"IGD, tengok Shasa." Ansel melotot, bagaimana bisa putrinya sedang terbaring karena ulah Quensha. Ayahnya justru akan menengok pembunuh itu?

"Ayah jangan buat keputusan yang akan membuat ayah menyesal!"

"Kamu yang menyesal!" Balas Bagas dan di ikuti Tiyas di belakangnya.

"Apaan sih, sakit apa coba si jalang. Shit!" Gerutu Ansel lalu menarik rambutnya frustasi.

^^^

Tawa seorang gadis mengisi ruangan gelap. Gadis itu sangat puas saat melihat acara tv yang menayangkan berita tentang korban penusukan.

"Bagus boy.. bagus!" Apresiasi gadis itu sambil menepuk bahu cowok didepannya.

"Itu kan, yang lo mau, Lin?" Tanya cowok tersenyum yang di balas anggukan.

"Kita hancurkan batin Quensha perlahan, dengan cara merebut sahabatnya satu-persatu."

"Ada tugas apalagi yang harus gue kerjakan?" Tanya cowok berhoodie biru navy.

"Buat Nevan dan Tiyar membenci Quensha!"

"Oke, Lin. Itu kecil buat gue,"

^^^

"Bagaimana keadaan Quensha, Lis?" Tanya Tiyas saat mereka sudah sampai di depan ruang IGD.

"Belum ada kabar, Yas. Kita bedo'a saja ya, semoga kali ini penyakit itu tidak membahayakan Shasa lagi." Tiyas tersenyum lalu mengusap pungguk Monalis, memberi kekuatan untuk selalu tegar di saat seperti ini.

"Delmina.. gimana om?" Tanya Kendrick pada Bagas.

Bagas tersenyum lalu mendekat ke arah Kencrick, "Gak ada yang perlu di khawatirkan, semuanya akan baik-baik saja, om yakin itu." Ucapnya.

"Makasih om, udah percaya sama Quensha."

"Gimana om gak percaya, Quensha bahkan lebih sayang sama Delmina dari pada Ansel." Bagas terkekeh setelah mengatakan itu.

"Iya juga sih, haha." Semuanya tertawa saat Kendrick berucap.

Ceklek!

"Gimana dok?" Tanya Monalis yang langsung menghampiri Fendi.

"Biasa aja kali, Lis. Dak-dok-dak-dok, tinggal panggil nama aja."

"Ya udah gimana si Shasa?!"

"Eh iya selo. Penyakitnya udah naik ke stadium 2 jadi harus sering-sering cuci darah," kaki Monalis mendadak berubah menjadi jelly, rasanya sulit sekali untuk menerima kenyataan ini.

QUENSHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang