Beberapa lembar kertas berjejer tersusun rapi di atas meja belajar Leanna. Ia mengamati kertas lusuh yang membuat dirinya merasa tidak aman. Kertas itu memiliki tulisan, warna tulisan, dan kesamaan lainnya yang berisi kalimat mengancam. Apakah ini hanya kebetulan ia menemukan kertas yang sama? Atau justru semua itu memang untuk Leanna? Siapa yang menerror Leanna seperti ini?
Gadis itu belum menceritakan tentang kertas tersebut kepada temannya, ia tidak ingin keempat temannya terkena imbas seperti yang pernah terjadi dulu. Cukup Leanna yang merasakan dan mengetahui ini semua.
Suara ketukan pintu apartemen membuat Leanna terkesiap, ia segera menyembunyikan kertas-kertas tersebut kemudian beranjak menuju ruang utama dan membukakan pintu untuk seseorang.
Pintu terbuka, menampakkan Alka yang tengah tersenyum ke arahnya. Alka menyodorkan satu kantong plastik pada Leanna, gadis itu hanya menatap Alka dengan heran.
Mereka berdua berada di satu apartemen yang sama, hanya berbeda ruangan. Ruangan mereka saling berhadapan. Alka tinggal bersama Bagas dan Samuel, sedangkan Leanna hanya bersama Cecillia. Mereka seringkali berkumpul bersama di waktu luangnya, bahkan setiap hari mereka menyempatkan waktu untuk berkumpul.
"Cecill ada kelas siang ya?" Leanna mengangguk mengiyakan.
"Nih aku bawain makanan kesukaan kamu," Alka mengambil mangkuk dan sendok untuk makanan yang telah ia beli.
"Kamu habis darimana?" tanya Leanna.
Alka menoleh ke arah Leanna sejenak, "Tadi Bagas minta anter beli makanan, biasa dia suka nyari yang nggak ada."
Leanna terkekeh pelan. Pikiran Leanna kembali pada terror yang akhir-akhir ini berdatangan. Apakah ia harus menceritakan hal ini pada Alka? Namun Leanna tidak ingin Alka khawatir dan terkena imbasnya.
Alka memberikan satu mangkuk kepada Leanna, laki-laki itu menatap Leanna dengan lekat. Mengapa gadis itu tidak menyadari bahwa Alka menatapnya? Alka melambaikan tangan di hadapan wajah Leanna untuk membuyarkan lamunannya.
"Kamu kenapa?" tanya Alka, dengan cepat Leanna menggeleng dan tersenyum tipis.
Alka menatap Leanna dengan lekat, ia yakin bahwa kekasihnya sedang tidak baik-baik saja, ada sesuatu yang mengganggu pikiran gadis itu. Namun Alka tidak dapat memaksa Leanna untuk bercerita.
Tiba-tiba pintu apartemen terbuka, Cecillia memasuki ruangan dengan terburu-buru, kemudian ia segera menutup pintunya dengan cepat. Terlihat raut wajah ketakutan, keringat bercucuran, serta nafas tersenggal-senggal.
Leanna dan Alka menatap Cecillia dengan heran, ada apa dengan gadis itu? Yang ditatap justru melebarkan senyuman menunjukkan gigi yang rapi. "Hehe," kekeh Cecillia.
"Kenapa Cill?" tanya Leanna.
Cecillia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Udah pulang lo ternyata," balas Cecillia.
Cecillia memasuki kamar tanpa berkata apapun lagi, sungguh aneh. Leanna melanjutkan menyantap makanan yang sempat terjeda.
Ponsel Alka berdering menandakan panggilan masuk, laki-laki itu menatap Leanna seolah bertanya, bolehkah ia menerima panggilan dari si penelepon. Leanna mengangguk pelan dan tersenyum tipis. Alka segera menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.
"Halo? Apartemen lo nomor berapa ya? Gue udah ada di loby nih."
Alka menatap Leanna lagi dan lagi, "Mau ngapain lo kesini?" tanya Alka.
"Besok kan bagian kita yang presentasi. Gue mau ngajak lo latihan dan bikin konsep yang terbaru."
Alka menghela nafasnya, "Yaudah, nomor 13."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revenge] Confidential 2 (On Going)
Mystery / ThrillerJangan pernah merasa puas dengan suatu pencapaian, belum tentu pencapaian tersebut akan selalu menghasilkan sebuah keberuntungan. Bagaimana jika pencapaian itu menjadi mala petaka? Lima orang mahasiswa/i yang berhasil melewati masa-masa sulit di sek...