9

309 173 148
                                    

Suara tamparan terdengar menggema ke seluruh ruangan ini. Gadis itu tidak dapat pergi, ia tidak dapat bergerak, ia tidak dapat berbicara, ia hanya bisa menendang dengan kedua kaki yang terikat, tidak ada hal lain yang dapat ia lakukan selain menendang.

Dua hari telah berlalu, Leanna sama sekali tidak berbicara dan bangkit dari kursi yang ia duduki. Bahkan, Leanna tidak mendapat asupan makanan dan minuman, sehingga tubuhnya terasa lemas. Ia hanya dapat menelan saliva yang mulai mengering dari dalam mulutnya. Entahlah, mungkin dapat dikatakan bahwa Leanna sedang sekarat.

Leanna selalu berharap ada yang menolongnya, siapapun itu Leanna akan sangat berterimakasih padanya. Leanna hanya ingin bebas dari tempat ini, Leanna hanya ingin hidupnya kembali seperti awal berada di negara ini.

"Are you seeing this?" tanya orang itu seraya memainkan pisau di tangannya.

(Kamu lihat ini?)

"Your friend once used this tool to kill, right?"

(Temanmu pernah menggunakan alat ini untuk membunuh, kan?)

Orang itu mendekat dan menghadap tepat di depan wajah Leanna, "Where is he now? is it still with you?"

(Dimana dia sekarang? apakah masih bersamamu?)

Orang itu mengusap tangan Leanna dengan lembut, kemudian mencengkram erat lengan Leanna. Lagi-lagi orang itu terkekeh menyeramkan kala menatap raut wajah ketakutan Leanna. Orang itu menunjukkan pisau yang ia genggam ke wajah Leanna. Kemudian ia menyayat tangan kiri Leanna membentuk garis vertikal, dari mulai lipatan sikut hingga pergelangan tangan.

Leanna meringis kesakitan ketika orang itu melakukan hal yang sama pada tangan kanan gadis itu. Darah segar keluar sedikit demi sedikit dari sayatan yang telah terukir. Orang itu menyayat tangan Leanna dengan perlahan yang akan terasa semakin perih.

Leanna hanya terdiam pasrah, jika ia bergerak, pisau itu akan mengenai bagian lain dan memperdalam luka. Leanna tidak ingin dirinya terluka lebih dari itu.

Kemudian orang itu menendang Leanna hingga terjatuh, ia menendang perut Leanna berkali-kali dalam keadaan meringkuk di lantai dengan kursi yang masih menempel pada tubuhnya.

Orang itu membuka perekat yang menutupi mulut Leanna dengan kasar, ia memberikan kesempatan Leanna untuk berbicara sebelum kematian tiba. Orang itu menendang kembali perut Leanna yang kosong.

Bukan sebuah kata yang terucap ketika penutup mulut terbuka, melainkan muntahan darah yang berasal dari tubuh Leanna. Gadis itu sedang diambang kematian. Apakah mungkin Leanna mati di tempat ini oleh orang tidak jelas di hadapannya?

Beberapa kali Leanna terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya hingga dress putih yang ia kenakan berubah menjadi percikan bewarna merah, serta rambutnya basah akibat muntahan darah tersebut.

Orang itu tertawa melihat keadaan Leanna yang sangat mengkhawatirkan, "Where are your other friends?!"

(Dimana temanmu yang lain?)

Leanna menggeleng lemas, "They are not here, goddamn it!" jawab Leanna mengumpat.

(Mereka tidak ada di sini, sialan!)

Orang itu melepaskan perekat yang mengikat tubuhnya dengan kursi. Bukan untuk menghentikan aksinya, melainkan untuk menyeret tubuh Leanna ke tepi dinding. Orang itu menarik rambut Leanna dengan kasar.

"Where are they?!"

(dimana mereka?)

Leanna menatap orang itu dengan tajam, "They're not here! don't mess with them, Fucking jerk!"

(Mereka tidak ada di sini! jangan main-main dengan mereka, brengsek!)

Tanpa membalas ucapan Leanna, orang itu menendang kepala Leanna dengan kencang hingga gadis itu hampir kehilangan kesadarannya. Tendangan itu meninggalkan jejak luka yang kini mengeluarkan banyak darah dari pelipisnya.

Setelah membuat Leanna terluka parah, orang itu meninggakan Leanna begitu saja. Semestinya ia menggunakan kesempatan ini untuk membebaskan diri setelah terbebas dari ikatan, sialnya ia tidak cukup tenaga untuk melarikan diri, bahkan berdiri pun sulit baginya. Perlahan Leanna menutup matanya yang ia rasa pandangannya telah menghitam. Hanya malam sunyi yang menemani Leanna di tempat ini.

●○●

Alka dan tiga lainnya menatap layar komputer melihat rekaman cctv sejak hilangnya Leanna. Mereka mengunjungi setiap toko yang mungkin merekam aktivitas Leanna saat itu. Mereka mengutak-atik hari serta waktu disetiap rekaman cctv.

Tiga toko telah mereka kunjungi, namun mereka sama sekali tidak menemukan jejak keberadaan Leanna. Ia harap, toko ini berhasil merekam Leanna, atau orang yang bersangkutan dengan hilangnya gadis itu.

Nyatanya rekaman cctv di toko ini tidak merekam Leanna atau seseorang yang mencurigakan. Rasanya mereka hampir menyerah dengan semua yang terjadi. Polisi tak kunjung memberi kabar, petunjuk pun tak kunjung ditemukan. Cara apa lagi yang harus mereka lakukan sekarang?

Mereka keluar toko dengan perasaan kecewa. Alka menendang angin yang tidak bersalah, Samuel mengacak rambutnya frustasi, Bagas memijat pelipisnya yang terasa pusing, dan Cecillia memasang raut wajah menyedihkan, mungkin sebentar lagi ia akan menangis.

"Kemana lagi kita nyari Leanna?" tanya Cecillia dengan mata yang berkaca-kaca.

Tunggu, ada satu tempat yang belum mereka kunjungi. Alka segera memasuki mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi untuk menuju suatu tempat yang ia harap rekaman itu menampilkan Leanna.

Alka memberhentikan mobilnya di depan taman pusat kota. Ia yakin cctv itu merekam Leanna, ia harap begitu. Alka segera mencari letak cctv di sekitar sana. Setelah itu ia segera ke kantor untuk meminta rekaman cctv tersebut.

Petugas itu segera mengajak mereka ke ruang cctv untuk melihat rekaman pada tanggal dan waktu yang dituju. Mereka melihat rekaman itu dengan teliti, mengamati satu per-satu orang yang berlalu lalang, hingga melihat kegiatan yang mereka lakukan.

Mata mereka tertuju pada salah satu kolom cctv yang menampilkan gadis berpakaian putih sedang berlari menuju taman. Alka segera menjeda rekaman tersebut dan memperbesar layar komputer untuk melihat lebih jelas.

"Itu Leanna kan?" tanya Bagas.

Alka semakin memperbesar rekaman yang telah ia jeda, kemudian Alka mengangguk yakin, "Ya! Ini Leanna!"

Alka melihat rekaman di cctv lainnya, mereka menatap seseorang menggunakan pakaian serba hitam yang terlihat mencurigakan. Lagi-lagi Alka menjeda rekaman tersebut, ia juga memperbesar layar, kemudian memotretnya.

Tak ada rekaman lain yang menunjukkan Leanna serta orang berpakaian serba hitam. Kemana Leanna pergi setelah berlari memasuki area taman? Dan kemana kah tujuan orang itu?

"Kore no rokuon o rikuesuto dekimasu ka?" tanya Bagas pada petugas itu.

(Bolehkah saya meminta rekaman ini?)

Petugas itu mengangguk dan segera menyalin rekaman tersebut pada ponsel milik Alka. Setelah mendapatkan rekaman cctv tersebut, mereka segera melapor polisi untuk melacak siapa orang itu dan meminta agar Leanna segera dicari keberadaannya.

Hari mulai larut, mereka memutuskan untuk pulang ke apartemen dan melanjutkan kegiatannya besok pagi. Mereka harap, Leanna akan secepatnya di temukan dalam keadaan baik-baik saja.

Setelah tiba di apartemen, ponsel Alka berdering menampilkan nama 'Alexa' yang tertulis di ponselnya. Sebelum Bagas dan Samuel penasaran dengan si penelepon, Alka segera menolak panggilan tersebut dan menyimpan ponselnya di atas nakas.

Untuk kali ini, Alka akan fokus mencari Leanna. Alka tidak akan memaafkan dirinya jika Leanna tidak baik-baik saja. Ia akan menghukum dirinya sendiri jika Leanna terluka. Alka akan mempertanggung jawabkan semua yang ia lakukan pada Leanna, pasti.

●○●

Dibuat 12 Maret 2024
Dipublish 4 Agustus 2024

[Revenge] Confidential 2 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang