Hening. Tidak ada perbincangan apapun, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, serta sibuk memikirkan pembukaan untuk memulai pembahasan mengenai kertas lusuh yang berada di kamar Cecillia.
Setelah beberapa menit, akhirnya Alka membuka suara, "Tentang kertas itu, kenapa bisa ada di kamar lo?" tanya Alka pada Cecillia yang tengah memainkan jari jemarinya dengan gugup.
Gadis itu terdiam, tidak menjawab pertanyaan Alka. Ia hanya takut jika jawaban yang ia berikan tidak akan dipercayai oleh mereka, ia hanya takut penjelasan yang ia katakan hanya sia-sia, dan ia takut berakhir diasingkan setelah ia menjawab pertanyaan Alka.
"Satu lagi, pada tanggal 18 November, kenapa saat itu lo datang dengan wajah ketakutan? Dan tepat di hari itu, Bagas mendapatkan kertas terror," lanjut Alka.
Cecillia semakin menundukkan kepalanya, memainkan jemarinya lebih cepat. "Gue-"
Gadis itu menatap keempat sahabatnya dengan raut wajah ketakutan. Jika ia mengatakan hal yang sejujurnya, apakah mereka akan percaya? Ia semakin gelisah, apa yang harus ia jelaskan kepada mereka?
"Oke, pada tanggal 18 November lalu, gue ketakutan dan panik karena gue dikejar anjing liar," ucap Cecillia dengan terpaksa.
Seketika mereka mengerutkan dahinya heran, mereka menganggap jawaban Cecillia tidak masuk akal dan keluar dari topik pembahasan. Tentu mereka tidak percaya dengan jawaban Cecillia yang tidak meyakinkan sedikitpun.
"Saat itu gue emang lagi kesel. Gue beli minuman kaleng, lalu gue lempar kaleng itu ke sembarang arah tanpa sadar kalau ada anjing di dekat gue. Sialnya, kaleng itu kena kepala anjing, dan gue di kejar sampai depan apartemen ini," jelas gadis itu.
"Gue yakin kalian gak bakal percaya," lanjutnya dengan senyuman sendu.
Mereka saling bertatapan satu sama lain, apakah mereka harus percaya meskipun penjelasan yang dilontarkan oleh Cecillia terdengar konyol?
"Kejadian itu tepat sebelum Alexa kesini untuk mengerjakan tugas bareng lo, Al. Maka dari itu gue makin kesal waktu Alexa datang," jelas Cecillia.
Mereka terdiam beberapa saat, mencerna apa yang telah dikatakan oleh Cecillia, mengingat kembali kegiatan pada tanggal tersebut. Sementara Cecillia hanya pasrah, setidaknya ia telah berkata dengan jujur meskipun terdengar konyol.
"Gue dapat kertas terror sekitar jam tiga sore sebelum kita kumpul," ucap Bagas membuat mereka berpikir kembali.
Bagas mengingat kembali kegiatan pada tanggal tersebut. Ia membeli makanan untuk mereka santap ketika berkumpul, kemudian ia kembali ke apartemen pada pukul tiga sore. Pada saat perjalanan pulang, tak jauh dari area apartemen, ia mendapatkan satu gulung kertas yang terbang ke arahnya.
Tunggu, Cecillia mengingat sesuatu. "Alexa pulang tepat jam tiga sore, sekitar lima menit sebelum Bagas datang."
Alka menatap Cecillia dengan tajam, seolah tidak percaya dengan kalimat yang dilontarkan gadis itu. "Jadi maksud lo, Alexa pelakunya?"
"Tapi kenapa kertas itu justru ada di kamar lo?" lanjut Alka.
Cecillia menarik nafas panjang, ia lelah dengan pertanyaan itu, "Gue pun gak tau kenapa kertas itu ada di kamar gue!"
"Jadi sekarang lo nuduh Alexa?" tanya Alka membuat gadis itu mendengus kesal.
Entah mengapa Cecillia selalu salah di mata Alka, padahal ia hanya mengumpulkan kegiatan pada hari itu, bukan untuk menuduh Alexa sebagai pelaku. Jika memang Alexa pelakunya, apakah Alka akan berada di pihak gadis itu dan membelanya mati-matian?
"Terserah lo, Al. Gue capek!" ketus Cecillia.
Leanna sedari tadi menyimak perdebatan antara Alka dan Cecillia. Ia tidak mengerti dengan masalah yang terasa begitu rumit. Ellgar, Cecillia, dan kini Alexa, siapa lagi yang akan dituduh menjadi pelaku? Siapa lagi yang harus ia percaya? Haruskah semua orang di dunia ini ia anggap sebagai pelaku?
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revenge] Confidential 2 (On Going)
Mystery / ThrillerJangan pernah merasa puas dengan suatu pencapaian, belum tentu pencapaian tersebut akan selalu menghasilkan sebuah keberuntungan. Bagaimana jika pencapaian itu menjadi mala petaka? Lima orang mahasiswa/i yang berhasil melewati masa-masa sulit di sek...