17

175 103 122
                                    

Seorang gadis menatap kosong jendela kamar dengan pikiran yang berputar layaknya kincir angin. Memikirkan segala hal yang terjadi dalam hidupnya, bukan meratapi nasib, namun menentukan nasib baik untuk masa depan.

Tidak mungkin ia membiarkan masa depannya hancur oleh seseorang misterius yang tidak diketahui identitasnya. Sebelum orang itu bermain lebih jauh, ia harus memiliki rencana permainan, atau setidaknya memiliki cara untuk membongkar bahkan melaporkan pelaku agar tidak berkeliaran sesuka hatinya.

Otaknya berputar menduga siapa pelaku di balik semua ini, dan apa sumber masalah yang membuat orang itu melakukan hal mengerikan pada Leanna dan keempat sahabatnya.

Entah mengapa nama Ellgar selalu ada dalam pikirannya, bukan, bukan jatuh cinta, melainkan rasa curiga yang selalu timbul dalam benaknya. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dari Ellgar.

Pertama, Ellgar datang ketika kertas misterius terlempar bersama tumpukan salju saat itu. Kedua, Ellgar hadir ketika ia melihat sesuatu misterius di semak-semak area kampus. Ketiga, Ellgar pun datang ketika ia mendapatkan kertas misterius di perpustakaan kampus. Keempat, Alka berkata bahwa Ellgar berada di tempat kejadian penculikan dengan gerak-gerik yang mencurigakan. Kelima, Ellgar datang tepat waktu ketika ia dikejar oleh seseorang misterius.

Apakah Ellgar berniat untuk menjaga Leanna? Ataukah justru Ellgar dalang dari semua ini? Apakah Ellgar berusaha menghanyutkannya dengan cara yang lembut? Namun mengapa Ellgar melakukan itu? Bukankah mereka baru saja saling mengenal?

Sayangnya Leanna tidak memiliki bukti apapun tentang Ellgar, bahkan ia terkadang merasa dugaannya salah. Entahlah, siapa yang pantas ia curigai saat ini? Jika semua orang asing ia anggap pelaku, bukankah ia terlalu berlebihan?

Leanna menghela nafas panjang sebelum melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda beberapa saat. Memikirkan hal secara berlebihan hanya akan membuat kepalanya terasa pusing, bukan untuk menghilangkan beban, justru menambah beban.

Ia berusaha menghempas pikiran buruknya dan kembali fokus pada tugas yang terabaikan. Gadis itu menekan mouse untuk mencetak dokumen yang telah ia kerjakan. Namun kertas untuk mencetak miliknya telah habis terpakai. Lagi-lagi ia menghela nafas panjang, mengapa kertas itu habis dikala ia mulai fokus? Menyebalkan.

Leanna mengetuk pintu kamar Cecillia berulang kali, namun pemilik kamar tak kunjung membukanya. Gadis itu menarik nafas panjang, apakah Cecillia tidak berada di dalam kamar? Leanna kembali mengetuk pintu untuk sekian kalinya, mungkin memang benar Cecillia sedang tidak berada di kamar.

"Cecill?" panggil Leanna seraya membuka pintu kamar Cecillia dengan perlahan.

Benar saja, tidak ada siapapun di dalam kamar. Leanna mengedarkan mata ke seluruh ruangan untuk mencari kertas dan memintanya. Namun tunggu, mata gadis itu justru tertuju pada suatu benda yang berserakan di atas kasur.

Leanna menghampiri beberapa kertas lusuh yang berserakan di atas kasur. Ia mengamati kertas yang tak asing baginya. Segala pertanyaan pun muncul di kepala Leanna. Untuk apa Cecillia mengumpulkan kertas lusuh sebanyak itu?

Seketika ia mengingat kertas yang telah menerror dirinya serta ketiga temannya, kecuali Cecillia. Otaknya kembali berputar, kini dugaannya mengarah pada Cecillia, mengapa Cecillia memiliki banyak kertas lusuh tanpa tulisan apapun, atau lebih tepatnya kertas lusuh yang polos.

Leanna segera memotret benda yang berada di atas kasur Cecillia, setelah itu ia segera keluar dari kamar. Namun sialnya, "Lagi ngapain Le?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapan Leanna.

Panik? Tidak. Leanna berusaha memasang wajah datar tanpa ekspresi. "Lo ada kertas HVS? Gue mau nge-print tapi kertasnya habis," alibi Leanna, meskipun memang itu tujuan Leanna.

[Revenge] Confidential 2 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang