24

59 33 121
                                    

Waktu berputar begitu cepat, langit perlahan menampakkan warna biru serta jingga yang berpadu dengan indah. Leanna membuka matanya, kemudian ia melihat ke arah Alka dengan pandangan yang masih sedikit buram. Tunggu, kemana Alka?

Berulang kali Leanna menggosok matanya, memastikan bahwa dirinya masih berada di alam mimpi. Namun sialnya, Alka benar-benar tidak ada di dalam mobil dan sekitarnya.

Gadis itu segera membangunkan ketiga sahabatnya. Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, mereka terpaksa menoleh ke arah Leanna dan bertanya, "Kenapa?"

"Alka gak ada!"

Seketika mereka membelalakan matanya dan kantuk pun seolah hilang begitu saja. "Alka?!"

Mereka segera keluar mobil mencari keberadaan laki-laki itu, tak lupa dengan peralatan yang harus selalu mereka bawa untuk berjaga-jaga. Mereka berjalan di sekitar hutan tersebut sambil memanggil nama Alka berulang kali. Namun, tak ada sahutan apapun dari sang empu.

"Lo gak sadar kalau Alka keluar?" tanya Samuel, dengan cepat Leanna menggeleng.

Mungkinkah orang misterius itu mengetahui keberadaan mereka dan menculik Alka sebagai pancingan kedua setelah Cecillia? Atau justru mereka akan mati di tempat ini satu per satu? Pikiran mereka kini semakin kacau.

"Alka! Lo dimana?!"

Mereka telah mencari kesana-kemari, namun Alka tak kunjung di temukan. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke mobil, berharap Alka telah kembali.

Namun, setelah tiba di mobil, tidak terlihat keberadaan Alka di sekitarnya. Ponsel milik Alka pun tertinggal di mobil, dan percuma saja di hutan ini tidak ada jaringan yang dapat terhubung sedikitpun.

Leanna mengacak rambutnya frustasi, kenapa harus Alka? Hampir saja ia akan menyalahkan dirinya sendiri, namun seseorang berjalan ke arah Leanna dengan membawa beberapa kayu bakar. Sial, mereka tertipu.

"Dari mana aja sih kamu?! Kenapa gak bilang dulu?! Kamu tau gak, kita khawatir!" bentak Leanna seraya memukul lengan Alka.

Bagas yang menyadari kedatangan Alka langsung melemparkan daun yang justru terbang melayang ke arah lain. "Sialan lo! Nyesel gue nyari lo!"

Bukan hanya Bagas, Samuel justru segera berlari ke arah Alka dan menoyornya dengan kasar. "Lo gak bisu kan?! Apa susahnya ngomong dulu sebelum pergi, stupid!"

Sedangkan laki-laki itu justru memasang wajah tak bersalah, menggaruk tengkuk dan tersenyum menyeringai. Alka menyimpan kayu bakar tersebut, kemudian memeluk Leanna dengan erat berusaha menenangkan amarah kekasihnya.

"Maaf ya, aku udah bikin kamu khawatir," ucap Alka dengan lembut.

Alka melepaskan pelukannya, kemudian kembali menyusun kayu bakar. "Disini dingin banget, jadi gue ber-inisiatif buat bikin penghangat. Gue gak tega bangunin kalian."

"Harusnya kalian berterimakasih, bukan malah ngeroyok gue," kekeh Alka.

●○●

Pihak kepolisian berjalan dengan langkah gagah menuju ke dalam hutan. Mereka telah berpencar membagi sebuah tim untuk mencari orang yang dikabarkan hilang. Senjata mereka genggam dengan erat, senjata lainnya mereka simpan untuk cadangan di dalam tas masing-masing.

Salah satu tim kepolisian menemukan bangunan sederhana yang terbuat dari kayu. Mereka memasuki bangunan tersebut untuk menyelidiki kasus ini. Tidak ada hal janggal yang mereka temukan di dalam bangunan sederhana itu, hanya beberapa pakaian kotor yang telah lama tertinggal.

Tim lainnya berjalan menuju sebuah sungai dengan arus cukup deras. Salah satu dari mereka melihat sebrang sungai menggunakan teropong. Semuanya terlihat aman, tidak ada keanehan. Apakah mereka salah diberi lokasi?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Revenge] Confidential 2 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang