06. Supporter, I Need You

616 76 29
                                    

"Ada apa New?" Rasa penasaran Mild semakin menjadi-jadi ketika New membawanya ke sisi lain gedung jurusan yang lebih sepi.

Ada keraguan di wajah New. Tapi mau tidak mau, ia harus memberi sebuah jawaban karena dirinyalah yang meminta Mild untuk mengikutinya. New masih saja diam, ia seperti mencari cara yang tepat untuk berbicara. Apa susahnya? Tinggal bicara saja kan?

Mild yang sedang menunggu mulai merasa ada yang aneh. Ia terus mencoba membaca setiap gelagat New yang misterius. "Oi! Bisa cepat sedikit gak?!" desak Mild.

Pergerakan mata New melihat ke sembarang arah. Bibirnya menyesap sendiri. Terlihat bahwa ia tidak bisa mengontrol sesuatu dalam dirinya. "Umm..." Hanya itu yang bisa Mild dengar dari New. "Apa kamu percaya kalau Tay sudah punya pacar?"

Kedua alis Mild mengkerut. Ia langsung melipat kedua tangan di dadanya. Apa ini yang ingin ditanyakan New padanya?

Tapi sebodoh apapun itu pertanyaannya, Mild cukup menjawabnya saja. "Mmm tentu saja aku percaya. Kenapa? Ada masalah soal itu?"

New menelan ludahnya. Ia bergegas mengubah ekspresinya menjadi tawa kering yang sangat mengada-ngada. "Hehehe... Mengejutkan, bukan?"

Mild semakin merasa ada yang tidak beres. "I..yaa..." Jawab Mild dengan nada penuh kecurigaan.

"Kau tahu, Mild? Aku yang bahkan teman dekatnya saja tidak tahu. Tay tidak pernah menceritakan soal hal ini."

"Mungkin dia memang tipe yang sangat menjaga privasi. Mungkin ia tidak suka mencampuri urusan pribadi dengan teman-temannya."

"Aku tahu. Ya, itu sangat masuk akal." New menyandarkan tubuhnya di dinding sambil menatap lekat ujung sepatunya.

Mild mulai tidak tahan. "New ayolah! Sebenarnya apa yang ingin kamu sampaikan?"

New bisa menyadari kalau Mild sudah tidak sabar untuk mengetahui sebuah kebenaran. Oleh karena itu, New mencoba mengumpulkan seluruh nyali yang ia miliki. Sebuah kekuatan untuk menggerakkan tulang lidahnya yang sekarang begitu kaku. "Mild..." New sekarang beralih melihat kawannya dengan lebih serius. "Aku harap kamu bisa memahami. Aku harap kamu bisa berpikir lebih baik dan terbuka. Aku mengatakan ini hanya kepadamu karena aku yakin kamulah orang yang tepat. Jujur, aku tidak mampu memikul ini sendirian."

"Kenapa New? Apa ini hal yang serius? Aku jadi takut." Ketegasan Mild perlahan menurun. Ia mulai meresapi setiap nada bicara New yang terdengar lemah dan letih.

"Mmm... Sebenarnya..." New butuh menghirup satu nafas lagi. "Entah kenapa... Aku tidak tahu juga. Tapi kemarin setelah aku mengetahui Tay sudah memiliki kekasih, aku merasa tidak bisa menerima itu. Ada rasa sakit di dadaku." New tidak bisa menampilkan wajahnya, ia menundukkan kepalanya. Seperti menanggung sebuah malu yang tidak kentara.

"Kamu menyukai Tay?"

Mata New terbuka tegang. Ia tidak menyangka jika temannya ini bisa secepat ini menyimpulkan semua kata-katanya. Dengan penuh keberanian, ia menatap balik sepasang mata Mild yang juga tak kalah terkejut.

"Jawab New! Apa kamu menyukai Tay?!"

Ketakutan mulai menjalar ke setiap permukaan kulit New. Ia takut. Ia tak tahu harus berbicara apa setelah ini. "Mild... Apa kamu tidak suka memiliki teman sepertiku?"

Mild masih tak menjawab, ia seakan memberi tusukan tajam dari kedua retinanya.

New tidak pernah mengharapkan ini. "Mild aku minta maaf. Apa kamu jijik denganku?" Suara New semakin parau.

Balance of FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang