Seiring berjalannya waktu, semester perkuliahan pun juga ikut berganti. Semua akan berjalan sebagaimana mestinya. Dari hari-hari dimana bertemu dosen di kelas, segala macam tugas yang membuat stres, acara-acara kampus, seminar, hingga ujian akhir. Setiap semester selalu membawa perubahan dan pelajaran yang bisa diambil oleh setiap mahasiswa. Baik itu pelajaran menuju fase pendewasaan yang lebih matang maupun kemampuan untuk memiliki pola pikir yang lebih realistis.
New, Tay, dan kawan-kawan sekelas lainnya sedang menunggu waktu keberangkatan di bandara. Sesuai dengan program jurusan, setiap mahasiswa semester empat diharapkan untuk mengikuti study comparative ke luar pulau. Ya, istilah gampangnya sih tamasya, tapi ini ala-ala mahasiswa. Jadi harus lebih edukatif.
Seluruh mahasiswa akuntansi terlihat dimana-mana lengkap dengan tas sesuai keperluan mereka. Barang bawaan seperti koper dan yang lainnya sudah berangkat duluan kemarin. Tentu saja itu sangat mempermudah, sehingga mahasiswa kini hanya tinggal bawa diri dan beberapa barang kebutuhan pribadi.
New yang duduk di kursi tunggu sesekali melihat jam tangannya. Raut mukanya tidak menunjukkan ekspresi yang antusias. Ia justru terlihat cemas. Tay yang baru saja datang dari toilet, menghampiri New sambil mengecek tas ranselnya.
"Lama ya nunggu?" tanya Tay.
New memperhatikan Tay. Penampilan Tay begitu santai, seperti mau pergi ke taman kota saja. Ia memakai kaos hitam ketat yang berhasil menampilkan lekuk tubuhnya. Di bagian bawah, Tay memakai blue jeans dengan sepatu kets yang berwarna hitam juga. Jika dibandingkan dengan New, ia cukup berbeda. New memakai kaos putih dengan jaket denim berwarna coklat muda yang membungkus tubuhnya. Lengkap dengan jeans hitam dan sepatu tipe sport abu-abu yang memiliki sol yang cukup tebal. Rasanya seperti mau pergi ke puncak gunung yang dingin.
"Enggak juga," balas New asal. Ia melipat kedua tangan di depan dadanya.
"Sabar aja. Bentar juga berangkat."
"Mmm..."
"Terus kenapa mukanya murung gitu? Kita kan mau jalan-jalan. Harus semangat dong!" ucap Tay dengan senyum secerah mentari.
New cuma mengedip-ngedipkan matanya. Terlihat ia meremas-remas sesuatu dalam kepalan tangannya. "Ya, tapi aku gak bisa kaya kamu."
Tay tahu apa yang New bawa. Itu adalah obat untuk mabuk perjalanan. "Jangan khawatir. Kalau kamu sakit, aku pasti merawatmu. Makanya di bus nanti kamu duduk sebelahan sama aku ya..."
"Seriusan?"
Tay mengambil tas punggungnya ke depan dada, ia membuka salah satu resletingnya. "Lihat nih, aku bawa semua. Padahal aku gak pernah mabuk. Aku bawa semua ini buat kamu."
New melihat isi tas Tay yang beirisi obat-obat P3K. "Janji ya? Jangan tinggalin aku." Pinta New dengan wajah memelas
Tay tersenyum. Ia merangkul tubuh New dan mengusap-ngusap lengan atas New. "Hahaha... Pokoknya kamu yang utama selama perjalanan ini. Jangan khawatir." Tay mengecup kepala New dari samping.
"Ck, Tay tahu tempat dong..." New menyiku perut Tay.
Tay terkekeh mendapat reaksi demikian dari New.
"Hei hei hei... Ini nih hot couple kitaaa...." Teriak Mild yang sedang merekam video ke arah Tay dan New dengan ponselnya.
"Mild, ngapain sih?" New langsung melepaskan rangkulan tangan Tay.
"Yaahh... Kenapa baru aku datang langsung dilepas?" Mild kecewa.
"Udah New, santai aja..." Tay kembali merangkul New santai.
New merasa sedikit cemas dan memperhatikan ke sekelilingnya. "Tapi..."
"Ssstt.." Tay memberi tanda diam dengan satu jari telunjuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/264788465-288-k975582.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Balance of Feelings
Fanfic[COMPLETE] Tag: Boyslove, Bromance, Youth, Campus Life Kemana-mana selalu disangka 'akrab' dan 'dekat' seperti gula dan semut. Namun bagi Tay dan New, kata-kata tersebut bukanlah hal yang sederhana. Mereka justru terperangkap di ruang gelap persahab...