23. Pagi yang Bikin Resah

505 62 42
                                    

"Haah! Haah!"

Seperti itulah suara hembusan nafasnya yang teratur, seirama dengan gerakan kedua kakinya yang berlari kecil menyusuri jalur di tepi jalanan. Jantungnya berdetak, menandakan bahwa tubuhnya sudah panas akibat aktivitas paginya. Keringat sehat mengucur di wajahnya dan membasahi tubuhnya, sehingga kaos tanpa lengan yang ia kenakan mulai nampak lebih tua warnanya karena menempel dengan kulit punggung yang basah.

Tidak seorangg diri, rupanya seseorang di belakangnya juga melakukan kegiatan yang sama. Namun, terlihat lebih payah saja.

"Pod! Bisa pelan sedikit gak?! Haah... Haah..." Teriak Fluke.

Pod menengok ke belakang dan melihat Fluke sangat berantakan. "Ini cuma jogging, kenapa kamu kaya mau mati sebentar lagi?"

"Haah... Jangan ngawur ya ngomong haah... Capeknya... Aku ini jarang olahraga tau!" keluh Fluke lagi. Ia terus menyentuh lututnya karena tak sanggup barang untuk menegakkan tubuhnya.

"Kalau begitu berusahalah sekarang. Lagian kamu itu makan doang kerjaannya," sindir Pod yang menghampiri Fluke dengan menawarkan botol minum. "Nih minum."

Fluke mengambil botol tersebut dengan agak kasar. "Memang kenapa kalau aku makan doang? Hidup memang butuh makan tau," katanya sinis.

Pod tersenyum miring mendapati reaksi Fluke yang demikian, dengan jahilnya ia mencubit perut Fluke. "Jangan lupa kalau kamu punya lipatan." Setelah itu Pod berlalu untuk melanjutkan jogging-nya.

Fluke menganga dengan apa yang diperbuat dan dikatakan Pod. Ia berpikir, apa Pod barusan mengejeknya? Ya, tentu saja! Itu namanya mengejek! Ia segera menutup kembali botol minumnya lalu berlari menyusul seniornya yang menyebalkan itu.

Di tengah ketenangannya menikmati suasana pagi, seseorang datang menyusul dari samping dengan wajah yang cemberut. Pod cuma melirik saja tanpa mau ambil pusing kenapa wajah Fluke jadi seperti itu.

"Pod, apa maksud perkataanmu? Kamu mau bilang aku gemuk? Gendut?" tanya Fluke di sela-sela nafasnya yang terengah-engah.

Pod tidak menjawab, ia berkonsentrasi untuk lari dan menjaga pernafasannya.

"Pod! Haahh... Pod! Haahh sesaknya!" Fluke kembali kendor, ia tidak bisa berlari dengan konsisten.

"Kalau lari makanya jangan ngomong. Jangan teriak-teriak," ucap Pod yang ikutan berhenti berlari.

"Kamu sendiri jadi orang jangan suka body sharing, dikira gak tersinggung apa."

"Body shaming tolol! Haahh dasar..." Pod justru lelah meladeni omongan Fluke.

"Ahhh terserahlah!" Fluke benar-benar lelah. Ia butuh waktu untuk menenangkan kedutan di kepalanya.

"Kamu gak gemuk kok. Tubuhmu punya kemampuan alami untuk gak melar walaupun suka makan banyak."

Fluke mendengus. "Baguslah kalau kamu tahu itu."

"Terus kenapa kamu ngambek kaya gini?" Pod bertanya sembari memperhatikan lingkungan sekitar. Terlalu sepi, tidak seperti biasanya, orang-orang selalu olahraga pada jam-jam segini.

Fluke memilih untuk bersila di jalur jogging. "Yaaa itu karena... Kamu bisa saja mengejekku. Kamu pantas mengejek karena kamu memang punya tubuh yang bagus."

Pod baru tahu kalau Fluke bisa menunjukkan sisi tidak percaya diri seperti ini. "Sudah, jangan dipedulikan. Aku minta maaf. Tapi bagus kalau kamu mau berolahraga."

"Hmm... Kalau begitu kamu lanjut saja sana. Aku mau diam di sini," ujar Fluke dengan wajah yang tidak senang.

Pod menghela nafas. Ia jadi bingung sendiri, karena memang dirinya sendirilah yang mengajak Fluke untuk lari pagi. Tapi ia tidak tahu kalau akan jadi seperti ini. Karena tidak tahan dengan situasinya, Pod langsung menarik tangan Fluke dan menyeretnya ke dalam pepohonan dan tumbuhan semak. Kebetulan sekali posisi mereka berada di jalanan masuk Garuda Wisnu Kencana, dimana di setiap sisi tamannya memang ditumbuhi pepohonan ketapang dan semak belukar.

Balance of FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang