20. Fotografer Terkutuk

435 53 26
                                    

Ketika matahari tepat berada di atas kepala, itu menunjukkan waktu bagi semua orang untuk mengisi kembali tagihan di perut mereka. Dimana-mana tempat makan akan ramai dan dipenuhi dengan barisan manusia yang mengantri. Bahkan beberapa di antaranya sampai menciptakan ular-ularan hingga ke luar pintu masuk. Situasi tersebut juga terjadi di sini. Hanya saja pengunjung beruntung karena restoran ini memiliki meja yang cukup sehingga mereka tidak harus berdiri sambil menahan lapar.

Suasana Asia begitu kental terasa di persinggahan makan ini. Desain interior yang didominasi kayu coklat muda menambah kesejukan bagi siapa saja yang melihatnya. Lampu-lampu kuning yang hangat tetap menyala walau kini sedang siang hari. Namun, itu tetap memberi kesan nyaman dan eksotis. Rel yang menjalankan sushi dan sashimi menjadi pusat perhatian yang menggoyahkan iman bagi para penikmat kuliner dari negara matahari terbit ini. Bunga sakura tentu saja menjadi dekorasi utama. Beberapa kanvas yang digoresi tinta hitam, menghasilkan sebuah karya kaligrafi yang memukau. Ya, meskipun tidak ada yang tahu apakah kaligrafi tersebut asli buatan tangan atau hanya sekedar cetakan mesin printer.

Asap dari alat pemanggangan mulai mengepul di hadapan wajah Pod. Sedangkan ia sendiri hanya duduk tenang sembari bermain-main dengan sumpit yang seakan dua batang kayu tersebut adalah stik drum yang sangat menyenangkan. Rautnya secerah hari ini, eh bukan, mungkin sepanas antusiasnya yang sedang menanti kehadiran seseorang. Tentu saja ia tidak membiarkan meja di hadapannya kosong. Ia sudah mempersiapkan segalanya yang menurutnya akan memuaskan hasrat seseorang yang sudah ia tunggu.

Tiga puluh menit sudah berlalu. Pintu restoran terbuka. Pegawai yang berjaga di sana membungkukkan tubuhnya untuk memberi salam kepada pelanggan yang mulia. Pod menoleh ke arah tersebut, senyum pun mengembang. Akhirnya Fluke tiba sesuai janji mereka kemarin lusa. Ia masih menoleh ke setiap meja, dimana-mana orang-orang tengah menyantap hidangan mereka, tapi Fluke tahu bahwa ia sudah memiliki mejanya sendiri.

Sadar akan tingkah Fluke yang celingak-celinguk, Pod langsung mengangkat tangan kanannya. Melambai untuk memberi tahu Fluke dimana posisi mejanya. Siapa yang tidak bahagia, setelah pulang kuliah yang melelahkan itu, kini ada seseorang yang mengajaknya makan di tempat semewah ini.

"Huwaaaahhhh...." Takjub Fluke saat ia baru tiba di meja Pod. Matanya bahkan tidak berkedip, ia juga lupa untuk melepas tas dari punggungnya.

Dengan tangan terbuka, Pod menyajikan aneka menu masakan khas Jepang yang mungkin tidak bisa Fluke makan setiap hari. Sushi yang diselimuti nori tampak sangat menggoda lidah. Bayangkan juga bagaimana renyahnya tempura yang berwarna kuning keemasan. Daging sashimi yang berwarna merah muda memberi kesan laut yang alami. Belum lagi mi ramen dengan kuahnya yang gurih. Dan yang paling spesial adalah tentu saja daging yakiniku yang empuk yang siap dipanggang. Mata Fluke menyala melihat bara api di tungku yang merah merekah. Fluke sudah menyiapkan tenaga untuk ini, fiuhh... Otot rahang dan lidahnya akan bekerja lebih keras siang ini.

"Apa kamu yang menyiapkan semua ini?" tanya Fluke tanpa melihat Pod sedetik pun.

"Menurutmu? Memang di sini ada sugar daddy yang mau membayarmu makan?"

Fluke mengedipkan sebelah matanya. "Kamulah sugar daddy-nya! Haha..."

Pod menggeleng heran sekaligus gemas dengan pujian yang Fluke berikan padanya. "Ya udah, silahkan diserbu semua."

Fluke menyeringai bak singa yang hendak memangsa buruannya, lidahnya mungkin akan meneteskan air liur. Ia mengambil sumpit miliknya dan langusng meletakkan daging yakiniku ke atas pemanggangan.

'Ciisss...' Suara ketika daging menyentuh besi panggangan yang panas. Melodi yang begitu indah terdengar di sebuah restoran Jepang.

Pod juga menikmati makanannya, namun ia membiarkan Fluke mengurus si daging. Tak lupa ia mengambilkan sushi dan sashimi ke piring Fluke. "Jangan makan daging itu aja, ada banyak makanan yang kupesan buatmu."

Balance of FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang