17. Agenda Tambahan

440 69 54
                                    

Napas yang terengah-engah tak sanggup ia sembunyikan. Begitu juga dengan tetesan keringat yang mengalir dari pelipis hingga berakhir di ujung dagunya. Tay tahu ia sudah terlambat, itulah mengapa sehingga ia harus terburu-buru seperti ini. Semua anak MPM tampak sibuk berjalan ke sana-kemari. Ada yang mengatur bangku, mengangkat peralatan sound, membawa tumpukan map yang berisi banyak berkas, dan menyiapkan kotak-kotak untuk konsumsi. Tay masih menenangkan diri, sadar akan tugasnya yang begitu penting di seksi acara, ia hanya merasa malu karena datang terlambat. Tapi untungnya tidak ada yang peduli dengan hal itu. Semua terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Huft! Coba saja jika Apple tidak membicarakan hal yang mengerikan itu. Jantungnya tidak akan berolahraga dua kali lebih keras seperti ini. Nasib baiknya ia mampu mencegah bencana itu.

Tay berjalan sesantai mungkin, untuk menyamarkan kehadirannya yang terlambat. Ia pelan-pelan meletakkan tasnya terlebih dulu ke atas meja. Ia sengaja menghindari pertemuan apalagi kontak mata dengan teman-teman satu seksinya agar ia tidak harus diomeli. Acara sidang akan diadakan besok, sudah pasti tidak ada waktu untuk berleha-leha bagi anak-anak MPM. Tapi apa yang Tay lakukan sebelumnya? Ia malah berkencan dengan New sambil makan kue bersama. Itu pun berakhir dengan dramatis. Tapi tak apalah, Tay sama sekali tidak keberatan soal hal itu. Walaupun ia akan dimarahi oleh kakak-kakak seniornya di MPM, ia rela mendapatkannya demi New.

"Woii!" panggil Fluke yang baru saja tiba dari meja anak-anak sekretaris.

Tay terkejut dengan panggilan yang tiba-tiba tersebut, tapi ia merasa lega karena itu hanya teman sekelasnya sendiri. "Mmm..."

"Dari mana aja? Jam segini baru datang..."

"Bukan urusanmu," jawab Tay ketus.

"Idihh... Gitu amat jawabnya..."

"Ck! Udah sana balik kerja Fluke..."

"Tay!" Kini pria lain yang datang.

Tay bergelagat panik. Semoga kali ini Pod bisa dibohongi. "I-iya?"

"Baru datang ya?" Pod menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Tidak ada ekspresi yang mengintimidasi. Ia tampak santai dengan pertanyaannya.

Tay mengangguk jelas. Ia sebenarnya tidak terlalu khawatir soal Pod. Lagian dia itu teman sekamarnya.

"Habis darimana?"

Tay ingin sekali menolak untuk menjawab. Apakah ia harus menjawab pertanyaan yang sama dari orang-orang yang menyadari kedatangannya? Tapi ia mencoba sabar. Fiuhhh....

"Habis ketemu dosen. Diskusi beberapa materi kuliah..."

Pod mengangguk tenang. Tatapannya tidak ada niat untuk mengorek lebih dalam. "Okelah... Semangat ya untuk hari ini dan besok." Hanya itu saja. Setelah itu Pod berlalu begitu saja.

"Bohong..." Bisik Fluke di telinga Tay.

Tay sontak saja kaget karena merasa tergelitik dengan hembusan suara di daun telinganya. "Fluke, ngapain sih? Mesti banget ya gitu ngomongnya?"

"Hehehe... Sejak kapan Tay diskusi materi sama dosen?"

"Kepo banget sih!"

Fluke menunjukkan wajah jahilnya. "Hayooo... Kamu tadi jalan sama New kan???"

"Tahu darimana?"

"Aku dengar kok pembicaraan kalian waktu kita ninggalin teater." Fluke tersenyum puas. "Apa New terlihat menggemaskan bersama kue-kue itu?"

Tay mengernyitkan alisnya. Ia mengingat bagaimana New saat makan kue bersamanya. "Sepertinya tidak seimut yang kamu bayangkan." Tentu saja ia menjawab seperti itu, karena yang terakhir ia lihat adalah New dengan wajah cemberutnya.

Balance of FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang