18. Keep Strong!

474 70 40
                                    

Disclaimer:

Di chapter ini author tidak bermaksud untuk menyinggung siapa pun, baik itu dari kalangan atau pihak mana pun. Harap dimaklumi jika kalian nanti menemukan kalimat-kalimat kasar yang mungkin bisa saja tidak berkenan di hati. Tapi semua itu hanya untuk menunjang perkembangan emosional dalam cerita. Author harap kalian bisa bijak menyikapi tulisan ini.

Setiap pasang mata dari orang-orang yang berada di aula rapat ini tidak henti-hentinya memberi pandangan yang sangat tidak mengenakkan hati. Bahkan beberapa di antara mereka, baik itu perempuan maupun laki-laki menunjukkan ekspresi jijik yang begitu jelas. Nama seseorang yang baru saja disebut sebagai bakal calon organisasi mahasiswa tertinggi di kampus, mendadak tercoreng karena unggahan beberapa foto di halaman forum mahasiswa. Entah siapa yang melakukan ini, yang pasti itu sangat mengejukan sekaligus menjadi bom atom yang meluluh lantahkan seluruh harga dirinya.

Tay tak mampu berdiri di tempatnya barang semenit lagi. Ia tak sanggup, sesuatu di dalam hatinya seakan tercabik, merobek sebuah bekas luka yang sudah kering. Semua sudah hancur, ia tidak akan memiliki tempat lagi. Dengan membawa rasa malu yang begitu besar, Tay berjalan menuju pintu keluar, menerobos kerumunan yang sepertinya sudah tidak memandangnya sebagai seseorang yang berkarisma lagi. Rasanya ingin menghilang sekarang ini juga.

Tidak hanya di dalam aula rapat, orang-orang yang Tay lewati di luar juga memberi tatapan sinis padanya. Ia bingung, ia harus kemana sekarang. Sesuatu terbendung di area kantong matanya, ia mencoba menahan cairan bening yang menyebalkan itu. Namun, efek kejadian hari ini terlalu kuat. Bulir demi bulir terus mengalir sepanjang langkahnya yang tak tentu arah. Ia tidak menyangka, hari seperti ini ternyata ada untuknya. Selama ini ia pikir semua akan baik-baik saja. Ia tidak keberatan menjadi bahan gosip murahan mengenai dirinya dengan New. Tapi kali ini, semua orang diberi bukti yang seharusnya tak perlu mereka tahu. Apa jadinya setelah ini? Rasanya seperti senjata makan tuan? Atau dirinya saja yang tidak pernah belajar dari kejadian yang lalu-lalu?

"Tay..."

Tay yang sedari tadi terus menundukkan wajahnya reflek mendongak saat suara yang tak asing memanggil di hadapannya. "New..."

Mereka saling menatap. Mencoba merasuki emosi satu sama lain. Saling mempelajari bagaimana keadaan masing-masing. Hanya ada rasa shock, malu, penyesalan, dan kebimbangan dalam hati mereka.

"Kenapa ini bisa terjadi?" tanya New dengan suara parau. Ia lebih baik daripada Tay, setidaknya wajahnya belum basah akibat air mata.

Tay hanya menggeleng pelan sambil menahan bibirnya yang gemetar. Ingin sekali ia meminta maaf atas apa yang sudah terjadi, tapi dalam kasus ini mereka berdua memang terlibat. Mereka memang melakukan semua bersama, sesuai dengan apa yang terpampang jelas di foto-foto sialan tersebut.

New mencoba menenangkan dirinya ketika melihat keadaan Tay yang begitu berantakan. Ingin sekali ia memeluknya saat ini. Tay bahkan sudah memberi satu langkah kakinya. Tapi sayang, mulut-mulut manusia yang berbisik di sekitar mereka menyadarkan bahwa sekarang mereka tak pantas melakukan hal tersebut. Itu justru bisa menjadi pertunjukkan baru. Telinga Tay dan New mulai panas, mendengar cibiran-cibiran yang samar terdengar dari berbagai penjuru arah. Benar-benar hot topic!

Tay tak bisa berlama-lama, ia terpaksa berjalan cepat, mengabaikan dan meninggalkan New yang masih menguatkan diri dengan keadaannya.

Ponsel New bergetar. Ia segera beranjak dari tempatnya, sebenarnya ia ingin sekali menyusul Tay, tapi sepertinya itu bukan tindakan yang tepat.

"Halo, Mild."

"New kamu kemana? Apa kamu baik-baik saja? Semenjak kamu kabur dari kelas, orang-orang tidak bisa berhenti heboh, kita sangat mengkhawatirkanmu dan Tay."

Balance of FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang