13. Perawat Bayi

679 70 37
                                    

'BLAMM!'

Tay membuka pintu kamar kos New dengan tergesa-gesa. Wajahnya kini dihiasi tetesan keringat kepanikan. Matanya bahkan memancarkan sebuah rasa kekhawatiran yang nyata. Ia sama sekali tidak bisa tenang.

"New!" Tay menemukan New yang masih berbaring di tempat tidurnya. "Kamu sakit ya?!"

Merasa ada keributan, akhirnya New memunculkan wajahnya dari balik selimut. "Tay?" Dalam keadaan tidak enak badan, New tidak bisa lagi bereaksi berlebihan. "Gimana caranya kamu masuk?"

"Lewat pintulah. Pertanyaanmu aneh banget."

New memijat kepalanya. "Pintuku tadi dalam keadaan terkunci."

"Eh?! Apa?" Tay menoleh ke belakang dan melihat bahwa logam yang menjadi mata kunci pintu sudah patah.

"Itu berarti dengan seluruh tenaga dan kepanikanmu, kamu sudah merusak pintu kosku," gumam New dengan nada datar.

"Hehe... Maaf New. Aku tadi terlalu pa—"

"Kamu nanti yang harus berurusan dengan pemilik kos!!!" potong New yang kemudian langsung kembali tidur dan menutupi diri dengan selimut.

"New..." Tay merengek menghampiri New. "Jangan marah New... Aku ke sini untuk melihat keadaanmu. Apa sakitmu parah?" Ia menyingkap selimut dan ternyata itu sangat mudah. New tampak lemas, wajahnya pucat, dan matanya berwarna kemerahan.

"New..." Tay mengubah posisi tidur New yang tadinya miring menjadi berbaring. Ia duduk di tepian ranjang dan menyentuh kening serta leher New. "Ya ampun, badanmu panas sekali."

"Mmm..." Hanya erangan itu yang bisa New lontarkan.

"Ini pasti karena kita berenang kemarin. Maaf New..." Sesal Tay.

Tangan New bergerak-gerak meraih dan menarik kemeja Tay seperti ingin memintanya agar lebih dekat. "Iya-iya New, aku di sini. Aku gak akan kemana-mana. Tapi sekarang biarkan aku merawatmu dulu."

Tay berdiri dan meletakkan tasnya ke sofa. "Kamu pasti belum makan, kan?"

"Belum," jawab New yang sepertinya sudah bangun tidur sepenuhnya. Terlihat dari matanya yang terus mengerjap-ngerjap.

"Duduklah dulu, jangan tidur terus. Nanti kepalamu malah pusing."

"Hasiuhhh!!! Hhhh... Iya-iya..." Bersin New.

Tay membawakan New kotak tisu lalu pergi ke dapur. Ia memeriksa semua rak dapur termasuk kulkas. "New, apa kamu tidak punya makanan? Kenapa di kulkasmu cuma ada susu cokelat dan stroberi sih? Kaya anak kecil aja..."

"Please jangan menghina isi kulkasku, biarpun begitu kamu juga selalu menghabiskan persediaan susuku," balas New yang merasa tersindir.

"Itu karena kamu memang sengaja membelikan susu rasa kesukaan kita berdua. Iya, kan?" Tay kembali dari dapur.

New mendengus. Ia tidak bisa menjawab karena apa yang dikatakan Tay tadi memang benar.

"Haha... Tetaplah dengan ekspresi seperti itu New. Itu sedikit melegakan. Setidaknya itu menandakan bahwa kamu tidak akan mati lemas."

"Aku memang gak bakal mati tahu!" New mencoba sabar. Tapi mulut Tay memang tidak bisa berhenti memancing amarah bahkan di situasi sulit seperti sekarang pun.

"Bagaimana kalau aku pergi beli makanan dulu?" Tay sudah mengambil kunci motornya.

"Haaahhh... Jangan... Gak mau sendiri..." Rengek New manja.

"Eh, iya-iya... Aku gak bakal pergi kok." Tay tak sanggup melihat wajah New yang memohon seperti itu. Terpaksa Tay harus memakai cara lain.

.

Balance of FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang