38. Definisi Tentang Kita (End)

1K 62 32
                                    

"Haahhh... Capek banget!" keluh New seraya menyeka keringat di keningnya. Ia baru saja selesai menurunkan barang-barang Lovey dari mobil. Hari ini adalah hari dimana Lovey akan mulai tinggal di rumah kontrakannya yang baru.

"Makasih Kak New! Kak New baik banget deh!" ucap Lovey setelah berkeliling sebentar ke semua ruangan di rumah barunya.

"Kamu ini mau tinggal buat kuliah apa mau pindah domisili sih? Barang bawaannya kaya pindahan sekeluarga." New geleng-geleng melihat barang-barang Lovey yang jumlahnya melebihi jumlah normal barang pribadi.

"Ya elaahh... Kak New gimana sih... Aku kan bakal tinggal lama di sini, jadi wajarlah kalau semua harus aku bawa."

"Tapi mesti banget ya bawa itu?" Telunjuk New menunjuk bungkusan-bungkusan plastik hitam besar yang berisi seluruh koleksi boneka beruang milik Lovey.

"Hehehe... Awalnya aku gak mau bawa sih. Tapi karena mumpung ada jasa kirim barang, jadi aku angkut semua deh. Hehehe..."

"Tapi bisa minta kirim pas kamu udah selesai pindahan kan? Masa kirimnya ke rumahku. Ngerepotin aja!"

"Ihhh... Kak New sebenarnya ikhlas gak sih?" Muka Lovey langsung cemberut.

New menghela napas. "Iya-iya, ikhlas kok."

"Yeey!" Lovey menjawab sambil jingkrak-jingkrak.

"Oh ya, kamu seriusan bakal tinggal di sini sendirian? Gak baik lho cewek tinggal sendiri."

Kedua alis Lovey bergerak-gerak. "Kak New mau menemaniku tinggal di sini? Aku rela kok berbagi kamar. Hehehe..."

"Ogah!" sembur New.

Lovey terkekeh geli. "Tenang aja. Untuk sementara aku bakal tinggal sendiri. Kalau sudah masuk kuliah nanti, aku bakal cari teman untuk tinggal bareng. Jadi, nanti biaya kontraknya bisa dibagi."

New mengangguk paham. "Mmm... Ide yang bagus. Untuk orang kaya kamu, kayanya gak bakal sulit untuk cari teman rumah. Tapi ingat, jangan ngajak cowok ke rumah ya! Awas kamu!" ancamnya seraya menyentil jidat Lovey.

"Aww! Iya-iya! Aku gak semurahan itu ya!" sahut Lovey. Ia memperhatikan raut muka New yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu. "Kenapa Kak New? Ada ceramah lagi buatku?"

"Umm anu itu... Bukan apa-apa sih. Lupakan saja," elak New.

"Eh eh eh... Jangan ada dusta di antara kita. Please kasih tahu Lovey aja. Apa yang mengganjal di pikiran Kak New?"

Bibir New nampak enggan untuk berkata. Namun, rasa penasarannya juga ingin dilegakan. "Apa kamu masih berhubungan sama Tay?"

Lovey bengong sejenak lalu menjawab, "Enggak, dia rupanya bukan tipeku. Lagipula kayanya Kak Tay udah punya seseorang yang dia suka."

"Benarkah? Apa dia memberitahumu siapa yang dia suka?"

Lovey menepuk pundak kakak sepupunya. "Kalau kepo, cari tahu sendiri ajalah..."

"Isshh... Lovey!"

"Kak New mending sekarang fokus aja buat acara wisuda kakak. Apapun yang sudah terjadi, jangan pernah melupakan perasaan tulus kakak," Lovey mengubah suaranya menjadi bisikan, "...karena siapa tahu kalau ternyata dia masih berharap dan belum lelah untuk menanti waktu yang tepat."

New seketika termenung dengan apa yang baru diucapkan adik sepupunya.

***

Sejak pagi aula kampus sudah diramaikan oleh para calon wisudawan dan wisudawati yang datang bersama para pendamping mereka. Di hari yang sangat penting ini tidak sedikit orang yang kerepotan untuk mempersiapkan segalanya. Pemandangan busana batik yang dikenakan para orang tua menggambarkan bagaimana rasa bangganya kepada buah hati mereka yang kini sudah bisa menggunakan jubah dan toga yang talinya siap dipindahkan.

Balance of FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang