[Sequel RAYA]
Kisahnya berlanjut...
Diva mulai merasakan keraguan terhadap hubungannya dengan Alaska yang tengah berada di Jepang. Kuncinya adalah kepercayaan namun Diva hanyalah perempuan biasa dengan segala prasangkanya. Apa ia harus bersikap ego...
Aduhh maaf, lama terbengkalai nihh... 😭😭😭😭 Maaf ya, maaf banget guys. Buat yang lupa scroll chapter sebelumnya dulu ya. Sorry banget 😭🙏
Langsung aja ya, kayanya bakal panjang kaya part kemarin. Buat yang lupa, baca ulang part kemarin okay?!
Happy reading, jangan lupa vote dan komen. Thx;)
Playlist : Justin Bieber - Peaches Ft. Daniel Caesar, Giveon
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RAYA : Fidelity [Bab 9] +
Suara bising mendominasi tempat itu. Diva mengalihkan pandangannya sejenak ketika motor pembalap baru saja melewati putaran ke delapan. Aya bilang hanya ada duabelas putaran untuk malam ini.
Ia memperhatikan sekitar. Rata-rata orang dewasa berpenampilan sangar serta pacar mereka yang super sexy dengan pakaian kurang bahan yang melekat di tubuh mereka.
Ngomong-ngomong soal Gino, biar Diva perkenalkan. Lelaki yang beberapa menit yang lalu namanya keluar dari mulut Aya itu berumur 19 tahun. Mereka saling mengenal karena club balap mereka sering melakukan latihan bersama. Sudah menjadi rahasia umum dalam lingkup club bahwa lelaki itu menaruh rasa pada Diva.
Tidak ada usaha dari Gino untuk menarik Diva jatuh ke pelukannya. Lelaki itu seakan nyaman dengan posisinya yang hanya berlandas cinta sepihak. Dan Diva baru kembali mendengar nama lelaki itu siang tadi serta malam ini.
Segerombol pria tinggi nan kekar masuk dari pintu yang tadi Diva lewati bersama Aya tadi.
“Orang berduit yang diomongin?” sahut Aya.
Diva menoleh, mengendikan bahunya.
Jika dilihat lebih jelas dan lebih detail. Yang dilindungi adalah seorang lelaki tinggi berbalut turtleneck hitam, menenteng jaket kulit senada dengan celana jeans sobek. Sayang wajahnya terbalut masker hitam.
“Wow, tipe gue banget tuh,” tutur Aya.
Ya, sebagai penikmat cogan alias cowok ganteng, dilihat dari auranya saja sudah jelas.
Gerombolan itu naik ke lantai atas, menuju ruang VVIP. Diva tidak bisa lagi melihatnya. Tempat itu tertutup, hanya jika lelaki itu keluar ke balkon maka ia bisa kembali melihatnya.
Setengah jam berlalu, Diva menegakkan tubuhnya. Ia cukup menikmati race hari ini. Persaingan sengit Gino dan rivalnya sangat menghibur. Lelaki itu finish di posisi pertama, sesuai prediksi banyak orang.
“Mau ketemu Gino dulu nggak?” tanya Aya.
“Gak usah,” jawab Diva.
Aya melirik jam di tangannya. Pukul sembilan lebih. Sudah dipastikan bahwa Yosi sudah bergerak satu jam yang lalu mencari keduanya.