What's up?!?!
Siapa yang ga sabar baca part ini?!
Siapin jantung kalian, karena kita akan dituntun Papa Will dan Om Wier untuk chapter ini.
Ada tokoh baru lohh! Simak terus ya! Harus teliti pokoknya! Dann sosok misterius huhuuu siapakah itu?!
Akan ada sedikit penjelasan tentang masa lalu, biar kalian pembaca baru nggak bingung. Pembaca RAYA mungkin ada yang lupa-lupa-ingat, di sini akan diceritakan lagi.
Happy reading!!
----
[ RAYA : Fidelity ]
Bab 26
+
----Meski kondisinya belum pulih seratus persen, William kini sudah berpakaian rapi dengan kemeja putih dan celana hitamnya.
"Sudah siap?" tanya lelaki di depan pintu kamar William.
Setelah merapikan manset antipeluru yang melekat sempurna di badannya, William meraih tuxedo hitam di ranjang kemudian memakainya.
Lelaki tadi mendekati William dengan sebuah shotgun di tangannya. William menerima dengan sigap dan menyelipkannya di saku tuxedo.
"Kita selesaikan malam ini," ucapnya pelan.
Pandangan William menerawang. Bayangan senyum manis putrinya adalah hal pertama yang ia lihat. Juga salah satu motivasinya untuk segera menyelesaikan urusan rumit yang membelenggu. "Ya, kita selesaikan malam ini."
Keduanya bergegas keluar dari kamar dan bergabung di lantai dasar sebuah hotel di mana acara berlangsung.
"Sam, kau membawa undangannya?" tanya William ketika mereka sampai di lantai dasar.
Lelaki di sebelahnya mengeluarkan dua undangan berwarna golden, memberikan satu yang bernama William pada sang pemilik nama.
"Aku membayar mahal untuk ini," gumam sahabatnya itu.
William terkekeh, "Kau akan segera mendapatkan gantinya."
Sam ikut terkekeh lucu. Mereka berjalan diantara kerumunan loby hotel, berbelok ke arah ballroom tempat berlangsungnya acara yang akan mereka acak-acak.
Ketika Sam berkata dirinya membayar mahal untuk sebuah undangan, memang benar. Karena sejatinya mereka berdua tidak ada dalam daftar tamu acara tersebut. Mereka akan menjadi tamu tak resmi, menyelinap di antara ramainya para tamu dan membuat kekacauan sebagai hadiah untuk tuan acara.
Sebelum sampai pada sang tuan acara, mereka harus dihadapkan dengan rentetan pemeriksaan yang dijaga banyak pihak keamanan. Sam memimpin, memberikan undangannya kemudian di susul William. Di depannya petugas keamanan mengecek setiap bagian tubuh Sam. Setelah lolos, William maju dan mulai merentangkan kedua tangannya untuk diperiksa. Ketika sang petugas meraba bagian pinggannya, William mulai mengerang kesakitan.
"Asshhh, aku baru pulih dari sebuah kecelakaan, lukanya belum terlalu kering, tolong jangan merabanya hingga pinggul. Itu sakit, Bung," jelas William.
Dengan raut wajah datarnya, sang petugas keamanan membalikkan tubuh William dan mulai meraba punggung dan bagian belakang tubuhnya hingga kaki.
"Hentikan tanganmu itu sebelum aku membuatnya patah! Aku ingin petugas perempuan yang memeriksaku! Apakah sekelas Chester Adams tidak memperhatikan kenyamanan tamu perempuannya?!" teriakan kencang itu cukup menyita perhatian orang-orang termasuk petugas yang sedang berjongkok memeriksa William. Petugas itu berdiri dan menghampiri rekannya yang diberondong seruan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA : Fidelity
Ação[Sequel RAYA] Kisahnya berlanjut... Diva mulai merasakan keraguan terhadap hubungannya dengan Alaska yang tengah berada di Jepang. Kuncinya adalah kepercayaan namun Diva hanyalah perempuan biasa dengan segala prasangkanya. Apa ia harus bersikap ego...