[Sequel RAYA]
Kisahnya berlanjut...
Diva mulai merasakan keraguan terhadap hubungannya dengan Alaska yang tengah berada di Jepang. Kuncinya adalah kepercayaan namun Diva hanyalah perempuan biasa dengan segala prasangkanya. Apa ia harus bersikap ego...
Tatapan datar kembali menyambut setelah bola bernomor 3 jatuh ke lubang.
“Basstomi? Sangat mengejutkan dia tidak memilih Vegas,” jawabnya dengan anggun.
“Ya siapa yang tau jalan pikiran tuh kakek-kakek,” cetus lelaki itu mengangkat bahunya acuh.
“Diem doang tiap hari duwit masuk ke rekening dia udah kaya Air Terjun Niagara.” Si gadis tertawa mendengarnya.
“Tapi gua masih lumayan kaget sih denger kabar itu. Ga habis thinking aja,” komentarnya lagi.
“He just a human,” timpal sang gadis.
“Iya, tobat mah tobat, imannya aja yang belum kuat.”
“How bout you?”
“Iya dahh iya anjirrr, gua makhluk hamba Allah yang penuh dosa. Dah ganti topik! Ga usah ngomongin tobat!” sentaknya.
Pelan, gadis cantik itu terkekeh kemudian menggelengkan kepala, kembali mendorong tongkatnya dengan tenaga yang sudah diatur sehingga bola terakhir di atas meja kembali masuk ke lubang.
Ceklek!
Suara pintu tertutup membuat kedua orang dalam ruangan itu menoleh. Seorang pria yang sudah berusia hampir setengah abad menghampiri mereka.
“Zico, malem nanti pulang. Mama minta ditemenin ke rumah Bibi kamu,” petuah pria itu.
“Alahh baru aja ketemu Disa. Ini juga baru satu jam mainnya, Pah!” eluh lelaki dewasa itu.