[ RAYA - 12 ]

90 16 0
                                        

Haii I'm back!!

Jangan lupa dukung cerita ini ya, ily <3

Kalau ada typo, tinggalkan jejak ya... nanti aku revisi.

Playlist : Taylor Swift - ...Ready For it

RAYA : Fidelity [Bab 12]+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RAYA : Fidelity
[Bab 12]
+

Bunyi persendian yang lumayan keras adalah bukti jika Jack sudah begitu lama mematung di posisinya, ia sangat fokus pada pekerjaannya.

Di ruang bawah tanah inilah Jack berkutat dengan semua berkas yang berjejer rapi pada rak besar. Terhitung sudah 3 hari ia hidup di ruangan terpencil itu.

Jack meminum kopinya sejenak. Entah sudah berapa gelas ia habiskan. Bekasnya masih berantakan di belakang kursinya.

Lembar demi lembar Jack teliti dengan ketajaman matanya. Hingga telunjuknya yang sedikit membiru meraba tulisan rapi hasil cetak komputer yang berisikan perjanjian kerjasama.

Dengan sigap Jack mengambil berkas itu dari lapisan plastik sebagai pelindung. Segera ia bangkit lalu berjalan ke sebuah mesin untuk mencetak salinannya.

Mendadak ia teringat akan rapat beberapa waktu lalu, dimana dirinya absen dikarenakan titah sang leader.

Jika tebakannya benar, berarti salinan itu cukup berguna.

***

“Nggak perlu diperban kok, Om.”

Yosi menghela nafas. Ia berkunjung seperti biasa ke rumah William, namun yang ia dapati malah putri pria itu terluka.

“Udah dikasih obat?” tanyanya.

Kepala gadis itu mengangguk mantap. “Udah, tadi Raya udah minta salep ke pelayan,” jawab Diva.

“Tapi masih merah gini. Bukan melepuh biasa, udah kaya luka bakar,” sentak Yosi memperhatikan lengan Diva yang ia genggam.

“Beneran nggak pa-pa kok, Om.” Senyum manis terbit dengan harap bisa membuat Yosi berhenti melebih-lebihkan apa yang terjadi padanya.

Akhirnya pria itu menghela nafas. “Kalo gitu istirahat aja, besok Om izin ke wali kelas kamu,” ujarnya.

Iris gadis itu melebar. “Om!” rengeknya, “luka Raya itu di tangan, Raya masih bisa jalan ishh. Lagian gak parah kok! Kenapa harus absen?!”

“Besok diperiksa sama dokter, kalo beneran gapapa baru kamu boleh masuk sekolah.” Yosi mencolek hidung Diva.

Dengan wajah memelas Diva berkata, “Om, Raya udah sering absen lohh! Masa iya besok absen lagi.”

“Keselamatan kamu paling penting, Raya,” jelas Yosi.

“Serius, yang numpahin itu juga ga mungkin sengaja. Dia cuma adik kelas kok,” sangkal Diva masih berusaha meyakinkan.

RAYA : Fidelity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang