[ RAYA - 05 ]

234 28 3
                                    

HAIII! I'M BACK!

Yang kangen absen dulu sini coba!
Hari ini aku update panjang
Semoga memuaskan

Jangan lupa vote dan komennya sayang
Ilysm <3

Jangan lupa vote dan komennya sayangIlysm <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RAYA : FIDELITY
[ BAB 5 ]

+


Diva menguap sambil menutupi mulut. Matanya berair, dan lelah. Ini sudah berlangsung dua jam pelajaran. Guru sejarah belum mau berhenti bercerita. Sungguh ia sangat mengantuk.

Mungkin jika Aya ada, gadis itu sudah molor dengan buku yang dibuka berdiri untuk menutupi kepalanya yang tergeletak di meja. Bisa saja Diva melakukan hal serupa, namun rasa takut mengalahkan niatnya.

Sedikit kilas balik pagi tadi, ia masih menebak-nebak pesan Aya yang mengejutkan. Mungkin yang dilihat Aya adalah Olivia. Mungkin saja, karena gadis bule itu belum mengetahui wanita itu. Dan juga, gadis jutek itu juga tidak jarang meng-hiperbola kata-kata.

Diva melirik jam dinding, masih tersisa 30 menit lagi. Matanya sudah sangat berat. Kalo kata Ayah nya—Gio—tinggal 5 watt. Hampir koit. Ia mengucek matanya yang kembali berair.

“Ini kapan selesainya sih,” rengek seseorang di belakang Diva.

Sedikit Diva menoleh ke belakang. Terkekeh mendengar ucapan Lia. Gadis itu tidak berubah, dan Diva bersyukur hubungan keduanya baik-baik saja. Lia belajar dari kesalahannya dan itu membuat Diva bahagia.

“Tidur ae tidur,” ucap Diva menyetani sahabat karibnya itu. Setelahnya ia terkekeh.

“Sayang nilai gua,” lirih Lia seraya mencondongkan tubuhnya. “Itu guru matanya 10 ada paling. Anak-anak noleh ke belakang aja dia tau.”

“Indranya banyak kali ya?” sahut Imel lirih.

Diva memejamkan mata, menahan bibirnya yang berkedut ingin tertawa.

“Iya banyak lah,” jawab Lia. “Kita aja punya 5 indra.”

Imel berdecak pelan melirik teman sebangkunya itu. Bisa-bisanya, batinnya.

“Pe-a'!” Imel mengeja kata tersebut.

“KHEM!”

Buru-buru ke dua gadis itu duduk tegak memandang papan tulis. Bukan hanya mereka, namun semua murid.

“Tugas hari ini, rangkum materi yang tadi saya jelaskan di buku catatan. Tulis dengan rapi, saya tidak menerima tulisan semrawut seperti anak paud,” ujar Guru Sejarah.

“Pelajaran sampai disini, sampai bertemu minggu depan. Selamat beristirahat, dan untuk yang muslim jangan sampai melewatkan ibadah. Saya permisi,” lanjutnya.

Serentak murid berkata, “Selamat siang, Bu.”

“Selamat siang.”

Ketukan sepatu wanita parubaya itu memenuhi ruang kelas. Ketika sudah melewati pintu baru semua murid bisa bernafas lega.

RAYA : Fidelity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang